Menjalin Cinta Dengan Paman

Bo Yan, Dia Menyukainya



Bo Yan, Dia Menyukainya

0Pada saat itu, mata biru keabu-abuan Laura berkedut. Dia mulai berbicara kepada Bo Yan, "Ya… Maaf, aku benar-benar tidak sengaja, rem mobilku rusak. Sungguh, jika kamu tidak percaya padaku, lihatlah—"     

Laura mengatakan itu sambil masuk ke dalam mobil.     

Detik berikutnya, ujung pistol sudah ditodongkan ke punggungnya. Laura langsung membeku, dia tidak bisa bergerak.     

Pada saat itu juga, niat membunuh melintas di mata Bo Yan.     

Sekilas, dia bisa melihat bahwa Laura sedang berbohong. Jika gadis itu benar-benar orang biasa dan melakukannya tanpa sengaja, dia pasti sudah panik hingga lututnya lemah saat Bo Yan mencekiknya secara tiba-tiba.     

Beberapa saat kemudian, Ai Rui dan yang lainnya datang. Mereka melihat An Ge'er berdiri sendirian, tidak jauh dari sana ada sebuah mobil mewah dengan ban yang pecah. Sementara itu, bos mereka sedang berbicara dengan seorang wanita asing.     

Detik berikutnya, Bo Yan membawa wanita asing itu mendekat.     

"Bawa dia dan interogasi sampai tuntas!" kata Bo Yan tegas.     

Ai Rui segera memborgol tangan Laura dan membiarkan beberapa orang menyeretnya ke mobil lain.     

Namun tanpa diduga oleh siapa pun, dalam situasi yang menyudutkannya, gadis asing itu tidak menangis atau membuat masalah. Sebaliknya, dia justru melengkungkan bibirnya dan menoleh ke belakang untuk melihat Bo Yan beberapa kali. Pandangan matanya tampak dalam dan posesif.     

Tatapan Laura terjatuh pada gadis yang berjalan perlahan ke sisi Bo Yan, lalu melihat pria itu mengelus kepalanya dengan penuh kelembutan dan perhatian. Seketika, kabut melintas di matanya.     

Laura belum berhasil membunuh An Ge'er dan dia merasa gadis itu hanya sedang beruntung.     

'Lain kali, kamu tidak akan seberuntung hari ini lagi!'     

Sebelumnya, Laura ingin membunuh An Ge'er karena dia berhutang budi pada Xu Wei. Namun sekarang, dia juga ingin gadis itu mati!     

Tepat saat Laura akan dimasukkan ke dalam mobil, dia mengarahkan pandangan agresifnya pada Bo Yan...     

Tak perlu diragukan lagi, itu karena Bo Yan.     

Laura pernah menyukai pria yang sudah menikah sebelumnya, lalu dia membunuh istri dan kedua anaknya.     

Bukankah sudah bisa dibayangkan apa yang akan dia lakukan kali ini?     

An Ge'er memandangi sosok Laura yang menjauh. Pada detik itu, dia tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya. Namun, dia selalu merasa bahwa kejadian berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba seperti itu tidak akan pernah berakhir.     

'Mungkinkah ini ulah Kobra?'     

'Meskipun sangat mungkin dia yang melakukannya… Tidak, cara Kobra tidak seperti ini…'     

'Tetapi selain Kobra, siapa lagi yang ingin membunuhku seperti ini? Bahkan aku hampir saja mati!'     

Melihat An Ge'er tampak pucat dan terus diam, Bo Yan mengira dia takut. Jadi, dia memeluk gadis itu di dadanya dan mencoba menghiburnya.     

Xu Wei yang masih memperhatikan dari kejauhan mengerutkan kening saat dia melihat Laura dibawa pergi. Pasalnya, ada mobil yang diam-diam mengikuti mereka dari belakang.     

Pada saat ini, An Ge'er dan Bo Yan tidak mengetahui hal itu.     

***     

Ada tiga orang di dalam mobil hitam yang membawa Laura pergi. Satu mengemudi, satu berada di samping pengemudi, dan satu lagi menjaganya di belakang.     

Tepat di sudut persimpangan, ban mobil hitam itu tiba-tiba bocor tanpa penyebab yang jelas. Itu pun membuat mereka terpaksa menepi dan berhenti.     

Melihat itu, Laura menyunggingkan senyuman samar di sudut bibirnya. Dia melirik ketiga orang di dalam mobil itu dengan dingin, seolah-olah sedang melihat orang mati.     

Segera setelah pengemudi keluar dari mobil dan membungkuk untuk memeriksa apa yang terjadi, dia ditembak tepat di dada oleh penembak jitu yang entah berada di mana. Seketika, darah pun memercik ke jendela.     

Dua orang yang ada di dalam mobil terkejut dan langsung mengeluarkan senjata mereka. Saat ini, mobil itu telah dikepung oleh empat mobil sedan. Kalah jumlah, dua orang anak buah Bo Yan yang tersisa itu pun langsung dihabisi sekaligus.     

Beberapa detik berselang, keadaan di dalam mobil itu itu pun tampak mengerikan. Bau darah langsung memenuhi segala sudut.     

Meskipun begitu, Laura bersandar di sana tanpa mengedipkan mata. Menunggu seseorang turun dari mobil yang ada di luar dan membukakan pintu untuknya.     

Beberapa pengawal asing berpakaian hitam berkata dengan hormat, "Nona, silakan."     

Setelah turun dari mobil, Laura menurunkan kelopak matanya sedikit, lalu meletakkan jari-jarinya yang diborgol ke pria berbaju hitam yang tertembak di sampingnya.     

Menggunakan darah pria itu, Laura kemudian menuliskan beberapa huruf latin di jendela mobil. Tulisan itu berwarna merah terang dan terlihat ganas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.