Menjalin Cinta Dengan Paman

Aku Bukan Pangeran, Tapi Kesatriamu



Aku Bukan Pangeran, Tapi Kesatriamu

0Begitu kata-kata itu keluar dari bibir An Ge'er, itu sudah menunjukkan bahwa dia ingin bersama Bo Yan selamanya.     

Gadis itu hanya mengandalkan Bo Yan dan mencintai dirinya seorang.     

Sambil memegang dagu An Ge'er, Bo Yan mencium bibir kecil yang merah di hadapannya itu secara lembut untuk waktu yang lama.     

An Ge'er memejamkan matanya. Saat membukanya kembali, dia melihat mata sipit dan menawan Bo Yan penuh dengan kelembutan yang memabukkan. Pria itu perlahan berkata, "Kamu akan selalu menjadi putriku, aku akan selalu berada di sisimu."     

Kelopak mata An Ge'er berkedip beberapa kali, pandangannya tampak bersinar. Tanpa sadar dia bertanya sambil tersenyum, "Kalau begitu, kamu adalah pangeranku?"     

Jawaban yang tidak terduga keluar dari bibir Bo Yan, "Tidak."     

Hati An Ge'er tiba-tiba menegang, ekspresi wajahnya tampak sedikit terkejut. Alisnya terangkat seolah sedang bertanya-tanya.     

Namun, kata-kata Bo Yan setelah itu membuat hati An Ge'er bergetar. Memori berdebu di kedalaman ingatannya tiba-tiba muncul, membuat napasnya hampir berhenti.     

Detik sebelumnya, bibir Bo Yan yang tajam dan tipis sedikit terbuka. Suara anggun dan menawannya terdengar sedikit demi sedikit dan menggetarkan hati An Ge'er, "Aku bukanlah seorang pangeran, tetapi kesatriamu. Seorang kesatria yang hanya melihat seorang putri di matanya, seorang kesatria yang akan selalu mencintai diam-diam dan melindungi sang putri dengan sepenuh hati."     

Bagi seorang pangeran, belum tentu hanya ada seorang putri, bisa ada wanita lain. Namun di mata kesatria, sang putri adalah hidupnya dan satu-satunya.     

Setelah kata-kata itu terucap, darah An Ge'er seolah terasa membeku. Bukan karena perkataan Bo Yan yang membuat terkejut, tapi karena kata-kata itu terasa begitu familier baginya.     

'Apakah aku pernah membaca surat seperti ini?'     

Entah apa yang dipikirkannya, bulu mata An Ge'er tiba-tiba bergetar.     

'Tidak, itu tidak mungkin…'     

An Ge'er merasa dia dan Bo Yan jarang bertemu sebelumnya. Ingatan masa kecilnya tentang pamannya itu juga tidak banyak.     

'Surat itu... Apakah itu Qin Mo…?'     

An Ge'er merasa tidak mungkin membaca atau mendengar kata-kata itu dari Bo Yan sebelumnya karena dia berpikir pria itu belum lama mencintainya.     

Namun, hati An Ge'er terasa hangat saat mendengarnya. Jika orang lain yang mengatakan itu, dia tidak akan percaya. Tetapi jika Bo Yan yang mengatakannya, dia percaya.     

'Paman tidak akan pernah berbohong padaku.'     

Setelah beberapa saat terdiam, akal sehat An Ge'er akhirnya kembali. Dia mengambil inisiatif untuk bersandar, lalu menggigit bibirnya yang dingin dan seksi dengan lembut. Saat hendak keluar dari mobil, dia mengalihkan pandangan sehingga tidak melihat ekspresi Bo Yan.     

Sambil menyiapkan peralatannya, An Ge'er berbisik ke arah jendela mobil, "Sebenarnya, sang putri selalu berharap kesatria itu bisa menikahinya."     

Setelah membuka pintu dan keluar dari mobil, An Ge'er menoleh kembali untuk melihat Bo Yan. Matanya seolah-olah menantikan sesuatu…     

Dia berharap…     

Benar, An Ge'er sedang berharap. Bo Yan adalah pria yang baik dan dia selalu bermimpi untuk menikah dengannya.     

Sementara itu, Bo Yan yang ada di dalam mobil melihat sosok An Ge'er menjauh sambil terdiam. Ada kerumitan muncul di matanya. Perlahan-lahan, itu memudar dan digantikan dengan kilatan ketegasan.     

'Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menghentikan kami!'     

Masih di tempat yang sama, Bo Yan menghubungi Ai Rui dan menjelaskan bahwa mereka harus memperhatikan keselamatan An Ge'er. Setelah menutup telepon, tepat ketika akan pergi, dia menemukan bahwa...     

Sebuah mobil sport merah melaju lurus ke arah An Ge'er, melaju semakin cepat!     

An Ge'er yang sedang berjalan tiba-tiba mendengar teriakan orang-orang yang ada sekitarnya. Pada saat yang bersamaan, dia menyadari ada ada sebuah mobil di sisi kanannya yang keluar dari jalan dan akan menabraknya!     

Saat itu, sudah terlambat untuk lari. Namun tepat ketika mobil itu hendak menabraknya, sesuatu tiba-tiba datang dari belakang.     

An Ge'er berusaha merespon apa yang telah terjadi, tetapi dia sudah berada di dekapan seseorang dan terjatuh ke tanah, berguling sampai berkali-kali sebelum akhirnya berhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.