Menjalin Cinta Dengan Paman

Tidak Bisa Menunggu, Maukah Kamu Menikah Denganku (2)



Tidak Bisa Menunggu, Maukah Kamu Menikah Denganku (2)

0Jika berkata tentang penyesalan… Malam itu An Ge'er memanggil nama seorang pria, tetapi itu bukan Bo Yan.     

Itulah mengapa dia merasakan pukulan yang kuat dan rasa sakit di dalam lubuk hatinya.     

Itulah mengapa dia membuang kelembutannya, menerjang An Ge'er gila-gilaan, dan terus menginginkannya dengan liar lagi dan lagi.     

Bo Yan hanya ingin An Ge'er ingat bahwa dia adalah miliknya. Dia hanya ingin gadis itu tahu bahwa pria yang menginginkannya lebih dulu adalah dia, bukan orang lain.     

Bo Yan ingin membuat tanda kepemilikannya menjadi lebih dalam dan tak terpisahkan dari tubuh An Ge'er… Dia ingin membuat itu sampai tidak bisa dihapus lagi!     

Malam itu, An Ge'er akhirnya menjadi seperti yang Bo Yan inginkan. Gadis itu memberikan hal-hal yang paling indah dan seolah-olah benar-benar jatuh cinta kepadanya. Apalagi, saat itu An Ge'er mengambil inisiatif untuk merayunya.     

Bo Yan tahu semua itu karena An Ge'er sedang dalam pengaruh obat dan dia telah mencoba yang terbaik untuk membantunya. Namun pada akhirnya, dia tetap tidak bisa menahan godaan dan rayuan gadis yang dicintainya itu.     

Saat An Ge'er merobek handuk mandi yang melilit bagian bawah tubuh Bo Yan dengan tangan putihnya yang lembut, sesuatu yang telah lama ditahan oleh pria itu akhirnya meledak.     

'Malam itu memang menjadi mimpi buruk untukmu, tapi bagiku… Itu adalah malam yang paling membahagiakan dan paling memuaskan…'     

Kalimat yang dikatakan Bo Yan itu terus menggema di benak An Ge'er. Lalu, itu membuat hatinya yang semula kesal menjadi hancur dalam sekejap!     

Apalagi yang bisa An Ge'er lakukan? Dia melihat video itu dengan jelas…     

Saat dibius, An Ge'er mengambil inisiatif untuk merayu Bo Yan dan pria itu berusaha menahan diri terus-menerus. Pamannya itu takut menyakitinya dan telah begitu banyak mempersiapkannya...     

'Paman tetaplah Paman…'     

'Dia tidak pernah berubah…'     

'Dia lembut dan perhatian padaku sejak awal sampai akhir…'     

'Malam itu, dia mencoba yang terbaik untuk memperlakukanku dengan lembut…'     

Mimpi buruk yang selama ini dia pikirkan… Siapa sangka ada fakta yang tidak terduga dibaliknya?     

An Ge'er mau tak mau harus mengakui bahwa dia merasa terkejut, marah dan panik saat mengetahui orang itu adalah Bo Yan. Meskipun begitu, sebenarnya ada suatu rahasia yang tak terungkapkan di lubuk hatinya yang paling dalam… Kebahagiaan.     

Bagaimanapun, Bo Yan seratus kali lebih penting dari orang lain bagi An Ge'er. Tidak, bahkan sepuluh ribu kali lebih penting.     

Fakta bahwa dia adalah milik Bo Yan sejak awal membuatnya bahagia.     

Itu adalah yang pertama kali bagi mereka berdua, satu-satunya bagi mereka     

Pada awalnya, An Ge'er memang benar-benar marah dan ketakutan. Sejenak, dia juga merasa tertipu dan dipermainkan. Namun setelah melihat adegan di antara mereka dan ingin marah lagi, dia kehilangan terlalu banyak alasan untuk itu.     

Apa lagi yang bisa An Ge'er katakan? Satu-satunya hal yang salah dan membuatnya marah adalah Bo Yan menyembunyikan semua itu sendiri. Namun, semua itu dilakukan karena dia takut.     

Pria yang hampir sempurna ini, dia tidak takut pada langit dan bumi, tetapi takut jika An Ge'er akan membencinya dan meninggalkannya.     

Itu membuat An Ge'er merasakan sakit di hati Bo Yan. Dia tidak mengerti bagaimana dia bisa mendapatkan cinta pria itu. Apalagi cinta yang begitu dalam, cinta yang begitu kuat…     

Tanpa perlu diungkapkan dengan kata-kata, semua jelas tercermin dalam setiap detailnya.     

Sedalam itu, seolah-olah Bo Yan sudah lama mencintainya…     

Mengenai video itu, seandainya An Ge'er masih belum jatuh cinta kepada Bo Yan, dia akan benar-benar berusaha menghindari pria itu dengan cara apa pun. Namun sekarang, dia tidak bisa melakukannya.     

Sekarang, setiap detik dalam hidupnya, An Ge'er akan senang jika dia bisa menghabiskannya dengan Bo Yan.     

Baginya, hidup sudah cukup rumit sehingga tidak perlu menghukum orang lain dan menyiksa diri sendiri.     

"Jadi, gadisku… Maafkan aku, aku tidak bisa kehilanganmu. Bahkan jika itu hanya membayangkannya… Aku tidak bisa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.