Menjalin Cinta Dengan Paman

Bo Yan Bergegas ke Kamarnya, Tidak Ada Orang!



Bo Yan Bergegas ke Kamarnya, Tidak Ada Orang!

0"Ah—!"     

Itu adalah sebuah kamar tidur yang terletak pada ketinggian lebih dari empat puluh lantai!     

Malam itu, seorang pria gemuk sedang bekerja keras pada tubuh seorang wanita. Setelah Rong Bei masuk, pria itu begitu ketakutan dan langsung berhenti melakukan apa yang sedang dia lakukan. Sementara itu, si wanita menjerit ngeri.     

Rong Bei berdiri tanpa tergesa-gesa, berjalan ke meja, mengambil anggur merah yang terbuka, lalu mengeluarkan gelas dari rak anggur. Ketika berbalik, dia melihat kedua orang itu masih terbungkus selimut dan gemetar di tempat tidur, menatapnya penuh rasa takut.     

Rong Bei mengangkat alisnya sedikit sambil setengah membuka mantelnya, memperlihatkan pistol gelap yang ada di sana. Lalu dengan suaranya yang malas dan acuh tak acuh, dia berkata, "Masih, tidak, segera, keluar?"     

Setelah mendengarnya, kedua orang itu langsung berkata, "Ya, ya! Keluar keluar keluar, tolong jangan tembak… Jangan tembak."     

Keduanya sangat ketakutan sehingga mereka keluar hanya dengan terbungkus selimut dan tanpa alas kaki. Itu sangat memalukan!     

Baru setelah kedua orang itu pergi, Rong Bei berjalan dan membuka tirai dan jendela kamar. Dia membiarkan angin malam yang sejuk bertiup masuk.     

Meniupkan aroma sensual di udara…     

Rong Bei berdiri di depan jendela, menuangkan anggur merah, menggoyangkan gelas dengan lembut, lalu menyesapnya secara perlahan sambil bersiap mendengarkan sesuatu sudut dinding…     

***     

Di lantai atas.     

Beberapa menit yang lalu, Bo Yan dan Ai Rui memasuki lift. Namun, liftnya sedikit ramai pada saat itu sehingga kecepatannya menurun.     

Semua proses itu terasa sangat sulit dilalui.     

Bo Yan ingin cepat-cepat sampai di kamar untuk melihat bahwa gadis kecilnya memang beristirahat di hotel, menunggu kedatangannya yang tiba-tiba di malam hari untuk mengejutkannya.     

Namun tentu saja Bo Yan memikirkan hal lainnya…     

'Bagaimana jika dia tidak ada di sana?'     

Kumiko memberi rasa yang begitu akrab padanya. Begitu akrab hingga Bo Yan bahkan memiliki ilusi, seolah-olah jika polesan warna di wajahnya itu terhapus, maka yang muncul adalah wajah gadis yang dia cintai di dalam hatinya.     

Pesona dan cinta yang murni…     

Namun bagaimanapun, Kumiko sudah mati.     

Bo Yan melihat Kumiko masuk ke dalam mobil dengan mata kepalanya sendiri saat wanita itu melarikan diri bersama Fusen Ryota. Lalu, mobil mereka meledak.     

Meskipun keraguannya atas identitas Kumiko sulit dipercaya, tetapi kunci untuk memutuskan apakah semua itu benar atau tidak adalah dengan pergi ke hotel saat ini.     

'Jika dia ada di hotel, maka itu bukan dia…'     

'Jika dia tidak ada…'     

Bo Yan tidak bisa membayangkannya.     

Dia pikir dia akan menjadi gila karena semua itu. Mempertanyakan bagaimana An Ge'er bisa menjadi Kumiko dan tidak percaya jika gadis yang dicintainya itu sudah mati!     

Setelah bergegas keluar dari lift, suasana hati Bo Yan yang menggebu tiba-tiba memudar. Langkah kakinya yang semula cepat juga melambat.     

Saat ini, dia menjadi sedikit takut menghadapi apa yang mungkin terjadi.     

Bo Yan merasa bahwa perasaannya tidak salah, tetapi dia juga tidak berani mempercayainya.     

Jadi, dia sungguh berharap bahwa perasaannya salah. Berharap An Ge'er ada di kamarnya.     

Faktanya, tidak ada kata-kata yang dapat secara akurat menggambarkan suasana hati Bo Yan saat ini.     

Jika kamu sangat mencintai seseorang, maka kamu akan selalu khawatir tentang segala sesuatu tentang orang itu. Kamu akan menjadi terlalu peduli, bahkan lebih dari hidupmu sendiri.     

Itulah yang dirasakan Bo Yan. Dia sangat takut kehilangan An Ge'er. Dia juga takut tidak akan bisa mengontrol diri jika itu terjadi.     

Sampai di tempat tujuan, Bo Yan berjalan mondar-mandir di depan pintu untuk sementara waktu. Setelah akhirnya memasukkan kata sandi, dia perlahan membuka pintu itu…     

Sepi.     

Anehnya, kamar itu sangat sepi.     

Gelap, hanya cahaya bulan yang masuk dari jendela.     

Hati Bo Yan menutup. Dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa saat ini gadis kecilnya sedang tidur…     

'Dia sedang tidur…'     

Bo Yan pergi ke kamar tidur dan tidak ada seorang pun di sana.     

Tempat tidurnya terlipat rapi, tidak ada jejak.     

Hati Bo Yan seolah menjadi setengah kosong. Setelah itu, muncul rasa sakit yang menyebar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.