Menjalin Cinta Dengan Paman

Terobsesi dengan Jiwa dan Tubuhnya



Terobsesi dengan Jiwa dan Tubuhnya

0"Kenapa, kenapa kamu begitu ceroboh?"     

An Ge'er mundur, matanya merah, dia berkata dengan suara sengau, "Mengapa kamu tidak memberitahuku jika kamu akan datang?! Tadi aku sedang mandi dan tiba-tiba mendengar suara gemerisik di luar pintu… Itu membuatku takut setengah mati!"     

"Jadi kamu mematikan lampu dan berpura-pura tidak ada siapa-siapa?" ​​lanjut Bo Yan.     

An Ge'er masih menatapnya dengan mata merah dan sedih, "Dan kamu masih bisa menanyakan itu? Aku terbungkus handuk mandi dan berdiri dengan bodoh, ketakutan setengah mati… Aku pikir itu orang jahat, aku tidak menyangka ternyata itu kamu."     

Setelah mendengar itu, Bo Yan langsung menyesal dan tertekan. Dia merasa semua itu salahnya karena terlalu cemas dan bertindak sembrono.     

Jadi saat ini, sambil dengan hati-hati menghindari luka dan menggendong An Ge'er, Bo Yan menundukkan kepalanya dan mencium dahi gadis itu sembari berbisik berulang-ulang, "Maafkan aku gadis kecil... Maafkan aku..."     

Bo Yan memeluk An Ge'er. Gadis itu telah kehilangan handuknya yang jatuh ke tanah.     

Bo Yan masih mengenakan jaket hitam, tapi di lengannya ada seorang gadis berkulit putih, lembut, dan menarik dengan rambut hitam panjang halus yang tergerai secara alami. Dia membawanya ke kamar tidur.     

Pada saat yang bersamaan, tirai sutra biru bergerak pelan tersapu angin. Seolah mengaduk cahaya bulan yang samar-samar.     

Adegan itu menyajikan kontras yang sangat indah, menarik, dan membuat jiwa Bo Yan tergerak.     

Setelah sampai di tempat tidur, An Ge'er masih menundukkan wajahnya sedikit dengan rambut panjang yang menutupi setengah pipinya. Namun, dia tidak bisa menyembunyikan rona merah yang menyebar dari pangkal telinganya.     

Dalam keadaan terbungkus selimut, An Ge'er membiarkan Bp Yan mengambil kotak obat untuknya, mensterilkan lukanya, mengoleskan obat, dan membalutnya.     

Tindakan pria itu terampil, rapi, dan bersih.     

Setelah membalut luka An Ge'er, Bo Yan terus menatap kaki ramping gadis itu. Putih dan lembut…     

Bulu mata An Ge'er bergetar. Menyadari bahwa tubuh bagian atasnya hanya terbungkus selimut, dia pun ingin cepat-cepat menarik kakinya.     

Sebelumnya, Bo Yan hanya terdiam menatapnya. Namun ketika An Ge'er bergerak, telapak tangan yang besar milik pria itu tiba-tiba menangkap kakinya. Gerakannya begitu cepat dan tiba-tiba.     

An Ge'er tersipu malu, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak membuang muka.     

'Kenapa…'     

An Ge'er tahu apa yang ada di lubuk hati Bo Yan. Meskipun begitu, dia tetap terkejut melihat penampilannya.     

Tebakannya benar, Bo Yan memang terlalu curiga. Bahkan ketika mereka masih berada di pangkalan rahasia bawah tanah, pria itu meraih tangannya dan menatap langsung ke matanya.     

Mata manusia adalah bagian yang tidak bisa menipu.     

Bo Yan mungkin telah mengetahui identitasnya.     

Sangat disayangkan bahwa dia tidak berani mengakui hal itu. Bahwa setelah kematian Kumiko, dia melihat An Ge'er masih hidup dan baik-baik saja. Jadi, dia lebih memilih percaya bahwa perasaan sebelumnya hanyalah ilusi.     

Setelah melalui berbagai insiden berbahaya, An Ge'er bisa merasakan emosi yang berbeda dari Bo Yan. Lebih dalam dan lebih menakutkan.     

Sebenarnya, An Ge'er kadang tidak mengerti…     

Bagaimana bisa Bo Yan memiliki perasaan sedalam itu padanya?     

Mencintai seseorang kurang dari setahun, bagaimana bisa menciptakan perasaan yang kuat?     

Saat ini, Bo Yan meraih kaki An Ge'er dan menjatuhkan ciuman lembut di lututnya. Dia berusaha menghangatkan kaki kecilnya yang dingin, menelusuri lututnya dan terus menciuminya...     

Bo Yan merasa tertekan karena An Ge'er, tetapi ada juga rasa pemulihan yang tak terlukiskan di dalam hatinya.     

Perasaan itu sangat dalam. Sedemikian rupa sehingga dia tampak semakin terobsesi dengannya, terobsesi padanya.     

Terobsesi dengan jiwanya, tubuhnya, segala sesuatu tentang dia.     

Melihat Bo Yan terus menciumi kakinya, An Ge'er tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Detik berikutnya, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menendang kaki pria itu karena ingin melepaskan diri. Namun, dia tidak bisa.     

Sebaliknya, Bo Yan mengambil kesempatan itu untuk mengendalikannya dengan kuat, memisahkan kakinya, lalu menguburkan kepala di sana sambil melanjutkan apa yang dia lakukan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.