Menjalin Cinta Dengan Paman

Rong Bei, Dasar Gigolo!



Rong Bei, Dasar Gigolo!

0An Ge'er tidak sudi menemani Rong Bei jika pria itu berusaha untuk bunuh diri.     

Namun tanpa diduga, Rong Bei tersenyum jahat sambil berkata, "Kenapa tidak?!"     

Ketika An Ge'er mendengar kata-kata itu, dia menoleh dan hendak melarikan diri. Tentu saja, detik berikutnya Rong Bei langsung menggenggam pinggangnya dan menyentuh tombol di gelang pergelangan tangannya.     

Segera setelah itu, seutas benang perak sepanjang seratus meter merambat naik. An Ge'er berjuang untuk melepaskan diri, tetapi detik berikutnya tiba-tiba dia sudah meninggalkan tanah! Tubuhnya menggantung di tubuh Rong Bei, mereka naik dengan cepat.     

Situasi yang tiba-tiba itu membuat An Ge'er menjerit dan ketakutan hingga kakinya lemah.     

Tanah dengan cepat terpisah dari dirinya sendiri!     

Jadi saat ini, An Ge'er hanya bisa memeluk Rong Bei dengan erat, melingkarkan kakinya di pinggang pria itu sambil ketakutan. Dia melotot marah, matanya seolah akan menyemburkan api.     

An Ge'er lebih memilih ketahuan daripada harus melakukan sesuatu yang membuatnya mengalami kontak intim seperti itu dengan dewa kematian!     

Rong Bei memegang benang perak dengan satu tangannya yang terbalut sarung tangan hitam dan memegang An Ge'er dengan tangan lainnya. Melihat ekspresi kesal gadis itu, senyum di sudut bibirnya menjadi semakin dalam.     

Tatapan An Ge'er yang sedikit malu dan penampilannya yang berantakan itu memancarkan kecantikan yang tak terduga.     

Merasakan kakinya terjepit di pinggang gadis yang ketakutan itu, Rong Bei hanya merasa perut bagian bawahnya tiba-tiba menegang.     

Lalu dia berkata pelan, "Ini bukan seks, apa yang kamu lakukan dengan kakimu yang memelukku begitu ketat itu? Apakah kamu ingin mencobanya? Kakak akan dengan senang hati menemanimu."     

Begitu suara Rong Bei terdengar, ekspresi An Ge'er berubah seketika. Dia tercengang dan hampir menampar pria itu. Detik berikutnya, dia berteriak, "Dasar gigolo!"     

Segera setelah itu, kaki An Ge'er meluncur dari pinggang Rong Bei. Namun pria itu bisa menangkapnya tepat waktu!     

Dengan sudut bibir yang tersenyum jahat dan suara yang berpura-pura lembut, Rong Bei berkata, "Tenang saja… Kakak hanya takut jika itu mengeras, maka tidak ada tempat untuk memadamkan apinya…"     

Mata An Ge'er berkedut keras, dia kehabisan kata-kata, "..."     

'Sialan!'     

'Rong Bei, gigolo ini, melakukannya dengan sengaja dan bahkan tidak lupa menggodaku pada saat kritis seperti ini?!'     

Setelah itu, tiba-tiba Rong Bei melihat langit malam yang gelap di sekitarnya. Dia menghela napas dan berkata, "Aku sangat takut."     

An Ge'er dengan sinis berkata, "Kamu tidak takut mati, tetapi kamu takut akan ini?!"     

Rong Bei menggelengkan kepalanya dan berkata pelan, "Tidak, di sekitar sini sangat gelap dan Kakak sangat tampan… Aku hanya khawatir… Khawatir orang lain tidak akan melihatnya."     

An Ge'er sekali lagi tidak bisa mengatakan apa-apa.     

'Sial!'     

Tangan An Ge'er tiba-tiba terasa gatal.     

'Apa yang harus aku lakukan jika tiba-tiba ingin membunuh seseorang?'     

Hanya dalam waktu singkat, An Ge'er akhirnya akan segera tiba di kamarnya. Dia senang karena tidak menutup jendela ketika pergi, jadi dia bergegas masuk.     

Melihat Rong Bei yang ingin ikut masuk, An Ge'er segera menutup jendela. Dia lalu mengejek pria itu dengan mengucapkan beberapa kata tanpa suara, "Pergi ke neraka!"     

'Dasa bajingan!'     

'Pria mesum yang arogan dan narsis!'     

Rong Bei tidak kesal ketika melihat gerakan mulut An Ge'er dari luar. Pada malam itu, mantel hitamnya tertiup angin dengan keras. Wajahnya sangat indah dan memesona. Kulitnya putih, rambut hitamnya yang agak panjang sedikit berantakan, tetapi sudut bibirnya sedikit terangkat.     

Rong Bei menampilkan senyum yang memukau. Keindahan yang memesona!     

Sama seperti bunga poppy beracun, itu indah, menggoda, dan membuat orang lain tenggelam dalam pesonanya.     

An Ge'er sedikit terkejut saat melihat pemandangan itu. Detik berikutnya, dia dengan cepat menarik tirai jendela dan bergegas membersihkan diri.     

Namun, Rong Bei tidak pergi. Jendela di depannya baru saja terbanting menutup, tapi tidak menutup sepenuhnya. Dia mendorongnya sedikit, tapi tidak masuk.     

Kawat perak di tangan Rong Bei jatuh sedikit, dia melihat ke kamar lain dari depan kamar An Ge'er.     

Selanjutnya, dia tiba-tiba mengeluarkan pistol dan menembak salah satu jendela kamar. Kaca itu langsung pecah, Rong Bei menendangnya lagi dan melompat masuk. Setelah berguling, dia mendarat dengan satu lutut. Kini, dia telah berhasil memasuki kamar yang terletak satu lantai di bawah kamar An Ge'er.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.