Menjalin Cinta Dengan Paman

Aku Hanya Menginginkanmu, Tidak Masalah Punya Anak atau Tidak



Aku Hanya Menginginkanmu, Tidak Masalah Punya Anak atau Tidak

0Bo Yan mendekat, dia berbaring miring menghadap An Ge'er. Setengah wajahnya kecil gadis itu terkubur dalam selimut, dia tidur sangat tenang tanpa suara.     

Meskipun begitu, Bo Yan tahu bahwa An Ge'er tidak benar-benar tidur.     

Setelah ditolak dengan cara seperti itu, hatinya pasti terasa sangat sakit.     

Pada saat inilah Bo Yan menyadari alasan An Ge'er tiba-tiba berinisiatif seperti itu. Semua karena rahasia tersembunyi yang sulit dikatakan.     

Bahkan jika kemungkinannya kecil, gadis itu masih ingin terus mencoba.     

Meskipun Bo Yan sangat menginginkan seorang anak, tetapi melihatnya melakukan itu justru membuatnya semakin patah hati.     

Pada titik ini, Bo Yan duduk dan menggenggam tangan An Ge'er. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa tangan kecil itu kaku.     

Selanjutnya, Bo Yan memandangi gadis kecil yang tampak tenang itu dan berkata perlahan, "Ge'er kecil, apakah kamu tahu mengapa aku menginginkan seorang anak?"     

Malam sudah sangat larut, cahaya bulan yang redup berpendar dari jendela.     

Suara Bo Yan yang elegan dan menawan terdengar, "Aku menginginkan anak karena kamu... Mungkin kamu tidak akan menyadari betapa cantik, imut, baik, dan pintarnya kamu. Kamu juga tidak akan menyadari berapa banyak pria yang mengincarmu dan menginginkanmu selama ini."     

Setelah berhenti sejenak, Bo Yan melanjutkan, "Semua itu membuatku sangat khawatir. Mungkin suatu hari kamu nanti, kamu bisa saja meninggalkanku dan memilih orang lain. Tapi jika punya anak, aku bisa menahanmu… Aku berharap kamu akan selalu berada di sisiku. Bahkan jika itu hanya demi anak-anak, aku tidak apa-apa..."     

Bo Yan mengatakan itu dengan sungguh-sungguh. Semua itu juga terkait dengan lingkungannya yang tidak biasa. Jika An Ge'er benar-benar terlibat di masa depan, ada kemungkinan dia akan merasa takut dan ingin melarikan diri…     

Berbicara tentang itu, Bo Yan menambahkan, "Jadi, ada anak atau tidak... Tidak masalah. Selama kamu berjanji, apa pun yang terjadi di masa depan kamu akan tetap di sisiku, itu tidak masalah…"     

"Jadi... tidak masalah apakah kita memiliki anak atau tidak. Selama kamu tetap di sisiku…"     

Kalimat terakhir yang diulangi oleh Bo Yan itu terasa menusuk hati An Ge'er dengan keras. Itu menyebabkan matanya yang terpejam mengeluarkan air mata secara perlahan.     

'Ternyata dia tahu…'     

Kata-kata itu membuat An Ge'er sadar bahwa Bo Yan sudah tahu tentang kondisinya yang sulit untuk hamil. Bahkan di masa depan, mereka akan sulit memiliki anak.     

Namun dalam situasi itu, Bo Yan justru mengatakan bahwa dia tidak masalah jika mereka tidak memiliki anak…     

'Apakah benar-benar tidak masalah?'     

An Ge'er tidak mengerti mengapa Bo Yan seperti itu. Dia telah mengatakan berkali-kali bahwa dia sangat menginginkan kehadiran seorang anak. Namun saat ini, untuk menghibur dirinya, pria itu mengatakan bahwa itu bukan masalah. Ada atau tidak ada anak di masa depan, dia hanya menginginkan An Ge'er.     

Menghadapi tingkah laku Bo Yan yang seperti itu, An Ge'er hanya ingin menangis.     

'Mengapa Paman mau dirugikan begini?'     

An Ge'er menjadi semakin yakin sekarang. Dia berpikir mungkin surat yang dia dapat lebih dari sepuluh tahun yang lalu itu benar-benar ditulis oleh Bo Yan.     

Bo Yan juga sangat mencintainya selama lebih dari sepuluh tahun. Perasan itu tidak berubah selama bertahun-tahun.     

Itulah mengapa Bo Yan selalu melindunginya apa pun yang terjadi. Meskipun An Ge'er sulit hamil, dia mengatakan tidak apa-apa. Selama An Ge'er di sini, dia hanya menginginkannya.     

Perasaan seperti itu pasti tidak lahir dalam waktu singkat, satu atau dua tahun saja sepertinya kurang.     

Melihat An Ge'er perlahan membuka mata dan menatapnya dengan tatapan berkabut, Bo Yan langsung mencium dahinya.     

"Sayang, jangan khawatir… Tentang anak, jika dia hadir maka kita terima. Jika tidak, kita juga tidak perlu memaksa. Kita hanya harus menjalani hidup kita dengan baik, tidak apa-apa."     

Setelah mendengarkan semua itu, An Ge'er hanya bisa mengubur dirinya di dada Bo Yan, mengangguk dengan suara serak.     

***     

Malam itu berawan. Pemandangan di langit seperti air yang mengalir.     

Sementara di dalam kamar, di tempat tidur besar, di bawah selimut tipis, dua sosok terjerat. Erangan tak terkendali gadis itu terus terdengar dan tubuh pria di atasnya terus-menerus bergerak. Tampak seperti tirai yang tertiup angin, sedikit menawan.     

Entah setelah berapa lama, saat semuanya akan berakhir, Bo Yan tiba-tiba mengambil bantal dan meletakkannya di bawah tubuh An Ge'er sebelum membuat langkah terakhirnya...     

Setelah itu, An Ge'er bertanya kepadanya mengapa mereka membutuhkan bantal?     

Bo Yan mencium alisnya dan memberitahu bahwa itu rahasia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.