Menjalin Cinta Dengan Paman

Su Chen Menyita Nomor Ponsel yang Diberikan Pria Tampan Itu Padanya



Su Chen Menyita Nomor Ponsel yang Diberikan Pria Tampan Itu Padanya

0Namun, baik Gu Liang maupun An Ge'er tidak selalu berada di sisinya.     

Sebaliknya, Fu Jiu punya banyak teman laki-laki. Selain kelompok senjata mereka, dia tak bisa memungkiri bahwa ada banyak kesenangan di luar.     

Fu Jiu sangat pemilih jika berkaitan dengan teman, terutama teman wanita. Dia paling benci dan kesal dengan para wanita yang setiap hari membicarakan orang tua dan urusan keluarga mereka. Dia juga tak suka dengan mereka yang membicarakan gosip tidak jelas dan tidak berguna itu.     

Fu Jiu berpikir bahwa wanita yang seperti itu sedikit menjijikkan.     

Bagaimanapun, dia sangat menyukai kehidupan yang bebas dan mudah. Sejalan dengan itu, laki-laki memang jarang memiliki banyak masalah. Jadi, dia lebih suka bermain dengan mereka.     

Menurut Fu Jiu, Su Chen juga salah satunya.     

Dia menyukai Su Chen. Pertama, karena mereka sering menjadi pasangan, pasangan hidup dan mati serta orang yang saling percaya. Kedua, dia berpikir bahwa Su Chen stabil, pria itu bisa mempertimbangkan banyak hal secara detail dan matang.     

Jadi, Fu Jiu terbiasa mendengarkan kata-kata Su Chen dan dia tidak bisa melakukan kesalahan atau membantahnya.     

Tentu saja, saat Su Chen memberikan saran padanya untuk lebih banyak bermain dengan teman wanita, Fu Jiu merasa sedikit malu dan tidak berdaya.     

Diam-diam, Fu Jiu merasa bahagia dengan hal itu. Namun, dia juga bertanya-tanya dalam hati mengapa Su Chen begitu peduli? Mengapa harus membatasi dirinya agar tidak berkencan dengan pria lain?     

Saat ini, keduanya masih harus terbang untuk pulang bersama. Jadi Fu Jiu hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali, seolah-olah dia akan mematuhi kata-kata Su Chen.     

Sebelum naik pesawat, ada seorang pria Inggris tampan yang memberi Fu Jiu nomor ponsel. Namun, itu disita oleh Su Chen dengan acuh tak acuh.     

Pada saat itu terjadi, Fu Jiu hanya bisa terdiam, "..."     

Setelah berada di dalam pesawat, Su Chen bersandar di jendela untuk tidur siang dan Fu Jiu duduk di sebelahnya.     

Tak lama kemudian, seorang wanita yang duduk di kursi seberang deretan mereka sepertinya terlalu bosan dan ingin mengobrol dengan Fu Jiu.     

Awalnya, Fu Jiu terlalu malas untuk menanggapi. Namun saat memikirkan kembali saran orang di sisinya yang menyuruhnya untuk lebih banyak berkomunikasi dengan wanita, dia bersabar dan mencoba mengobrol dengan wanita itu untuk sementara waktu.     

Wanita itu tidak terlalu tua. Dia melirik Su Chen yang sedang beristirahat di sebelah Fu Jiu, lalu bertanya pekerjaan apa yang Fu Jiu lakukan.     

Tentu saja Fu Jiu berbohong. Dia mengatakan bahwa dia melakukan bisnis.     

"Wah, suamimu tidak merawatmu?" Wanita itu mengangkat alis.     

Sebenarnya, Fu Jiu berpikir untuk mengatakan bahwa Su Chen bukan suaminya. Namun setelah itu, dia justru berkata, "Bukan suamiku yang merawatku, tapi aku yang merawat suamiku."     

Wanita itu jelas sangat terkejut. Sepertinya, dia ingin melihat lebih jelas pria yang duduk di dekat jendela sebelah diri Fu Jiu.     

Dia jelas menganggap Su Chen sebagai suami Fu Jiu.     

Fu Jiu melakukan gerakan yang tampak seperti disengaja dan tidak disengaja untuk memblokir pandangan wanita itu, menyipitkan matanya dan tersenyum, "Apakah kamu sangat penasaran?"     

Saat melihat senyuman Fu Jiu yang sedikit palsu, wanita itu pun segera berhenti berusaha untuk mengintip Su Chen karena malu. Dia berkata dengan senyum kecil, "Aku benar-benar iri padamu. Kamu sangat mandiri dan bebas, itu membuat orang merasa iri dan cemburu. "     

"Apa yang membuatmu cemburu?" Fu Jiu mengatakan itu sambil melirik Su Chen tanpa jejak, lalu melanjutkan, "Aku ingin mengatakan bahwa yang paling penting adalah memiliki suami yang baik, tampan, perhatian, dan hangat. Lalu di tempat tidur..."     

Fu Jiu memberi wanita itu pandangan yang dalam sambil berbisik, "Yang penting dia melakukan pekerjaan yang bagus dan kasar..."     

Su Chen, yang sedang beristirahat, menggerakkan sudut matanya.     

Saat wanita itu mendengar kata-kata Fu Jiu, dia tiba-tiba menjadi iri lagi. Kata-katanya penuh dengan kecemburuan dan lebih dari itu.     

Sesaat setelah itu, dia mulai berbicara tentang dirinya sendiri dan betapa kerasnya dia bekerja. Wanita itu bercerita tentang hal yang paling menjengkelkan baginya. Itu adalah bahwa dia harus menghidupi orang tua di kedua sisi keluarga, mengurus anak, dan pergi bekerja.     

Tidak seperti dia, Fu Jiu bisa pergi ke mana pun dan sangat bebas.     

Begitu Fu Jiu mendengarnya, dia berusaha membuat wanita itu tidak terlalu merasa tertekan. Hidup sederhana seperti itu juga menjadi harapan banyak orang.     

Jika berbicara tentang kepuasan hidup, Fu Jiu juga berharap suatu hari akan ada pelita yang menunggunya pulang, menyaksikan tahun-tahun tenang dan dunia yang stabil.     

Namun—     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.