Menjalin Cinta Dengan Paman

Bagaimana Bisa Berpisah Setelah Tidur Bersama?



Bagaimana Bisa Berpisah Setelah Tidur Bersama?

0Namun, lelaki tua itu tidak berhenti sampai di situ. Dia berdiri dan memukul meja dengan tongkat sambil meraung keras, "Kamu tahu apa yang telah kamu lakukan?! Dia keponakanmu! Cucuku! Bagaimana kamu bisa melakukan sesuatu yang lebih buruk dari binatang?!"     

Bo Yan tampak acuh tak acuh, dia tidak mengatakan sepatah kata pun di hadapan tuduhan lelaki tua itu.     

Kesabaran Kakek An akhirnya pecah, dadanya naik turun dengan cepat. Dia meraung lagi, "Aku tidak peduli, bagaimanapun kamu harus menghentikan masalah ini! Kalian berdua harus segera berpisah! Pisah! Jangan pernah bertemu lagi! Aku akan mengirim dia belajar di luar negeri, harus benar-benar terpisah!"     

Setelah Bo Yan mendengar Kakek An mengatakan itu, dia yang lama terdiam akhirnya angkat bicara.     

Ekspresinya tetap acuh tak acuh, bibirnya yang tipis terbuka sedikit, dan dia mengucapkan sebuah kalimat yang membuat lelaki tua itu membeku.     

Bo Yan berkata, "Aku sudah tidur dengannya, bagaimana mungkin bisa berpisah?"     

Bo Yan tidak berbicara tentang mereka yang telah mendapatkan surat nikah. Namun, dia mengatakan bahwa mereka tidak bisa berpisah karena dia sudah tidur dengannya.     

Dia benar-benar tidur dengan keponakan kecilnya yang 8 tahun lebih muda itu…     

Jadi, mereka tidak akan pernah berpisah lagi…     

Saat Kakek An mendengar itu, dia tampak ngeri. Dia melebarkan matanya dan tubuhnya goyah untuk sementara waktu. Dia sepertinya tidak mengira bahwa gadis yang dibesarkannya sejak masih kecil telah menjadi seorang wanita dewasa sekarang. Bahkan, dia sudah tidur dengan seorang pria!     

Pria itu tidak lain adalah anaknya sendiri!     

Lelaki tua itu tiba-tiba merasakan sesak dan nyeri di dadanya, dia sulit bernapas.     

Tatapan mata Bo Yan semakin dalam. Tepat saat dia hendak beranjak, lelaki tua itu tiba-tiba mengangkat tongkatnya dan memukul lengannya dengan keras, meraung marah, "Pergi! Aku tidak punya anak yang lebih buruk dari binatang sepertimu!"     

Kakek An mengutuk dan berjalan keluar dari meja kerja. Lalu, dia mengambil tongkat dan akan memukul Bo Yan lagi. Namun, anaknya itu hanya berdiri tegak dan menanggung semuanya.     

Orang tua itu marah dan akhirnya suaranya menjadi sedikit serak, "Dia masih anak-anak, bagaimana bisa kamu melakukan hal seperti itu? Dasar brengsek! Kamu menghancurkan hidupnya!" Pukulan lain mengenai punggung Bo Yan. Wajahnya memucat, tetapi dia hanya merintih sedikit.     

"Kalian tidak bisa bersama! Dia tidak akan melakukan syuting lagi! Pergi ke Amerika Serikat dan belajar ke universitas, aku akan mengirimnya pergi! Dan kamu… Kamu tidak diizinkan untuk memiliki hubungan lagi dengannya!"     

Kakek An akhirnya memberikan perintah menyedihkan dan dengan tegas menyuruh mereka berpisah.     

"Selain itu, keluarga telah mengatur perjodohan untukmu. Setelah menunggumu untuk siap menikah begitu lama, kamu justru melakukan hal seperti ini? Sekarang, segera nikahi wanita lain!"     

Orang tua itu akhirnya merasa lelah bermain dengan beberapa tongkat dan berdiri di tempat. Berbicara sambil terengah-engah.     

Dia awalnya berpikir bahwa Bo Yan akan mendengarkan, tetapi ternyata tidak.     

Bo Yan hanya mengangkat kepalanya sedikit, matanya bersinar dengan tekad, "Aku mencintainya, aku hanya akan menikahinya."     

Tubuh lelaki tua itu bergetar lagi.     

Dia melihat ketegasan mata Bo Yan dan hatinya tiba-tiba meledak menjadi lebih marah lagi. Kemudian, dia mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi ke arahnya. Matanya sangat menakutkan, seolah-olah dia ingin membunuhnya.     

Sementara itu, mata Bo Yan tidak berkedip dan tangannya terkepal.     

Namun, tepat saat tongkat itu diayunkan—     

Sedetik sebelumnya, pintu ruang kerja tiba-tiba terbuka dan sosok ramping bergegas masuk. Ketika tongkat itu akan jatuh mengenai Bo Yan, dia hampir tanpa sadar bergegas ke depannya, memeluknya erat-erat dengan tangan kecilnya.     

"Duakkk!"     

Pukulan keras menghantam punggung sosok kecil itu, tongkat itu jatuh di tubuhnya yang lembut.     

Saat rasa sakit yang luar biasa datang, dia hampir tidak punya ruang untuk berteriak. Dia hanya merasa pandangannya mulai gelap dan seteguk manis keluar dari mulutnya.     

Tubuhnya tiba-tiba menjadi lemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.