This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Menangis Untukmu



Menangis Untukmu

3"Ya. Dia adalah half-beast dan istriku."     

Senyum di wajah tetua peyot semakin lebar. Tidak sampai di situ saja, ia menambah besar api yang telah tersulut. "Benar bukan? Itulah mengapa kami segera menurunkannya karena kita tidak bisa memiliki seorang kepala yang telah berkhianat!"     

"Ya! Pengkhianat!"     

"Padahal aku sangat mengagumi perjuangannya dan jasanya selama ini. Tidak kusangka dia berkhianat terhadap kita!"     

"Kita tidak butuh pengkhianat di sini!"     

Semua orang mulai berseru. Segala kekaguman dan kehormatan yang selalu memenuhi pandangan mata mereka saat melihat Luca telah berubah menjadi kebencian dan rasa jijik. Bahkan ada yang meludah dan menghentakkan debu kakinya ke arah Luca.     

Di sisi lain, Luca hanya diam menatap kaumnya yang tiba-tiba berubah menjadi setan. Ia tahu para petinggi kaum tidak menyukainya tapi ia tidak menyangka bahwa seluruh anggota kaumnya akan begitu mudah membalikkan tangan mereka kepada Luca. Segala jasa yang telah ia perbuat seperti terhapus total dari ingatan mereka.     

Darah mencapai ubun-ubun Mihai dan urat-urat biru muncul dengan jelas pada lengannya yang terkepal erat. Ia tidak bisa mempercayai betapa mudahnya orang-orang ini mengubah sikap mereka.     

'Hanya karena Luca menikahi half-beast mereka bisa berubah seperti ini?!'     

Percakapannya dengan Luca beberapa saat yang lalu kembali terputar di dalam benak Mihai….     

["Kalau tidak salah, kau memberikan perasaanmu sebagai ganti kekuatan? Mengapa? Hidup tanpa perasaan itu pastinya sangat sepi kan?"     

"Demi kaumku yang kucintai dan sangat berharga. Kami sudah terlalu lama tersiksa. Demi kekuatan untuk membalas para half-beast dan menyelamatkan saudara-saudaraku dari kesengsaraan itu, perasaan bukanlah bayaran yang mahal. Buktinya sekarang, semua incubus hidup dengan makmur dan kuat. Mereka tidak lagi ditindas seperti dulu."]     

Gigi Mihai bergemeretak keras.'Bagaimana dengan perjuangan Luca selama ini? Segala pengorbanannya hingga kehilangan perasaan?     

'Hanya untuk kaum bangsat yang akan membenci hanya karena masalah sepele ini?!'     

Mihai ingin mengumpat dan membentak mereka tapi sebelum ia bisa meledak, Luca sudah menarik tangannya dan menyeretnya keluar.     

"Lepas! Aku akan menonjok keparat-keparat itu!" Mihai berusaha meronta tapi Luca mengeratkan genggamannya.     

Oleh karena tidak berhasil lepas, akhirnya Mihai hanya bisa berteriak keras. "SIALAN! KEPARAT! BEGITUKAH KAU MEMPERLAKUKAN ORANG YANG SUDAH BERJASA UNTUKMU!!"     

*****     

Luca terus berjalan dalam diam -- merenungkan reaksi anggota kaumnya itu -- menuju tempat kereta kuda mereka diparkirkan. Ia tidak gila hormat tapi seharusnya ia tidak akan kehilangan kehormatannya dan diperlakukan seperti itu hanya karena ia telah menikahi seorang half-beast. Ia seperti tidak bisa mengenal kaumnya lagi.     

Ketika ia sampai di kereta kudanya, kusir yang mereka sewa sudah tidak berada di sana karena untuk perjalanan pulang, Albert yang akan mengendarai kereta itu. Ia membuka pintu kereta lalu menoleh untuk menyuruh Mihai masuk duluan tapi ucapannya tercegat di tenggorokan.     

Di tengah-tengah perjalanan menuju ke sini, Mihai tidak lagi mengumpat. Luca mengira Mihai hanya kelelahan dan memutuskan untuk diam. Tidak ia sangka….     

Mata Luca sedikit melebar.     

Mihai berdiri di belakang Luca dengan sepasang mata sembab, basah oleh air mata. Ia menggigit bagian bawah bibirnya untuk menahan isak tangisnya. Kedua bahunya sesekali tersentak dan seluruh tubuhnya gemetar.     

"Mengapa kau menangis?" tanya Luca dengan suara yang datar tapi jika mereka mendengar lebih cermat, mereka akan bisa menemukan secercah kecemasan dalam ucapannya.     

"Aku…." Suara Mihai serak dan sangat rapuh, seperti akan pecah kapan pun membuat ia kembali menutup mulut untuk mengontrol suaranya. Dengan kasar ia mengusap wajahnya, tapi air mata kembali jatuh.     

Luca mengernyit dalam. Bagian dadanya kembali seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Biasanya samar tapi kali ini, ia bahkan bisa merasakan sakitnya itu dengan sangat jelas.     

Tanpa pikir panjang, ia menangkupkan kedua tangannya pada wajah Mihai, menariknya agar mendongak. Dua pasang mata langsung bertemu.     

"Mengapa kau menangis?" tanya Luca lagi kali ini lebih lembut.     

"Aku … aku sedih…." Tangis Mihai pecah tapi ucapannya masih dipenuhi dengan amarah dan umpatan. "Orang-orang sialan itu! Padahal kau … mengorbankan perasaanmu … untuk mereka tapi mereka … anjing-anjing itu! Sialan! Keparat! Aku tidak bisa memaafkan mereka!"     

Luca tertegun. Ia bertanya-tanya apakah seseorang memang semudah ini menangis demi orang lain?     

Mihai masih terus mengumpat orang-orang di dalam ruangan dan setelah ia puas, ia berbalik mengumpat kepada Luca, "Kau juga BODOH!"     

Luca sampai harus menjauhkan wajahnya agar tidak terkena ludah Mihai.     

"Untuk apa kau mengorbankan perasaanmu demi orang-orang busuk itu?! Mereka tidak pantas! Tidak pantas sama sekali! Dan sekarang … kau … hidup tanpa perasaan untuk ribuan tahun … demi keparat-keparat tak tahu terima kasih itu. ARGHH! SIAL!" Mihai tiba-tiba berteriak lagi dan detik berikutnya ia mulai menangis tersedu-sedu.     

Mihai benar-benar marah. Ia kembali teringat Luca yang selama dua minggu ini pun terus berada di dalam perpustakaan, tenggelam dalam buku-buku novel tebal. Ia juga teringat bagaimana Luca berusaha mengembalikan perasaannya dengan membaca buku-buku itu yang berarti Luca sangat ingin perasaannya kembali.     

Betapa ia berharap bahwa ia hidup ribuan tahun yang lalu dan menghentikan Luca untuk melakukan perbuatan bodoh itu hanya demi memakmurkan kaum serakah yang tidak tahu terima kasih ini. Ia akan merangkul Luca dan memintanya untuk memberikan perasaannya itu kepada Mihai saja dan Mihai akan menjaga perasaannya bagaikan harta suci yang berharga.     

"Sia … lan...."     

Tangan Mihai tiba-tiba ditarik kuat dan dalam sekejap, seluruh tubuhnya dibungkus oleh tubuh bersuhu dingin milik Luca.     

'A—apa?!' Luca memeluknya!     

Mihai takut ini adalah mimpi sehingga ia mencubit pipinya kuat-kuat. Ia langsung mengeluh kesakitan.     

Sebaliknya, Luca malah mengira ia telah memeluk Mihai terlalu kuat sehingga ia melepaskan pelukannya. "Maaf. Sesak?"     

Mihai bingung sejenak sebelum menggeleng. "Bukan! Bukan! Aku hanya mencubit diriku karena aku kira ini mimpi. Ahahaha…." Wajahnya memerah dan senyum lebar terlukis diwajahnya. Ia terlalu bahagia dengan kenyataan bahwa Luca memeluknya hingga air matanya dan segala kekesalannya pun reda.     

Luca mengulurkan tangannya, mengusap pipi Mihai yang dingin. "Terima kasih," gumamnya lembut.     

"Untuk apa?" Mihai tidak begitu paham tujuan ucapan itu.     

Luca tidak menjawab. Pria itu menurunkan wajahnya dan bibirnya bersatu dengan bibir Mihai, melumatnya lembut. Ia bisa merasakan asinnya bekas air mata yang menempel di bibir Mihai.     

Luca mengaku, ia tidak bisa lagi mempertahankan segala kedinginannya kepada pria harimau ini. Ia juga tidak bisa lagi membohongi dirinya bahwa ia tidak peduli dengan Mihai padahal tanpa sadar selalu mencari sosoknya. Ia tidak bisa lagi membencinya….     

Walaupun telah diperlakukan dengan begitu tidak adil, Mihai masih begitu perhatian kepadanya dan bahkan marah dan menangis untuknya sementara kaumnya sendiri menolaknya dengan begitu intens.     

Hal yang sudah berlalu biarlah berlalu. Perasaannya yang sudah hilang, biarlah tetap menghilang, ia akan relakan semua itu dan kebencian masa lalunya itu akan Luca lepas.     

Mulai dari sekarang, ia akan bergerak untuk dirinya sendiri, untuk keinginannya sendiri.     

Terserah apakah Mihai itu half-beast maupun mixed blood. Persetan dengan semua itu!     

Ia tidak bisa menyakiti Mihai yang begitu tulus kepadanya lagi. Tidak akan bisa bahkan jika alasan utamanya merupakan gadis pujaannya.     

Emilia sudah meninggal ribuan tahun yang lalu dan reinkarnasinya bukanlah orang yang sama. Mengapa ia begitu bodoh memegang teguh kebencian lama demi gadis yang sudah tidak berada di mana pun selain ingatannya dan malah mendorong dan menyakiti Mihai yang masih hidup yang rela menyodorkan seluruh hati dan pikirannya untuk marah dan frustasi atas ketidakadilan yang Luca terima.     

'Maaf Emilia tapi aku tidak ingin melepaskan orang ini seperti aku melepaskan perasaanku demi kaumku … aku tidak mau mendapatkan hasil buruk seperti hari ini lagi. Jadi, aku akan mengingkari janjiku untuk terus membenci dan membunuh semua mixed blood yang ada. Kau boleh mengutukku sesukamu di alam sana.'     

Luca berpikir, jika ia harus membawa kutukan dari Emilia dalam hidupnya bersama Mihai, itu tidaklah begitu buruk.     

Mihai segera menarik napas kala bibir mereka berpisah. Entah berapa lama mereka berciuman, tapi Mihai benar-benar kehilangan seluruh napasnya.     

Luca melingkarkan tangannya pada pinggang Mihai dan wajahnya ia sandarkan pada bahu kokoh Mihai.     

"Maafkan aku. Lupakan saja semua perjanjian kita. Jangan pernah tinggalkan sisiku lagi."     

Mihai tertegun. Ia tidak bisa percaya dengan apa yang telinganya dengar. "Ka—kau bilang apa?"     

Luca mendaratkan ciuman ringan pada pucuk telinga Mihai, kemudian berpindah ke mata, pipi, dan terakhir bibir pria itu.     

"Aku mencintaimu. Aku tidak akan melepaskanmu lagi." Walaupun Luca tidak memiliki perasaannya, ia yakin dengan kata-katanya. Jika ini bukanlah cinta, maka tidak ada yang bisa dinamakan cinta di dunia ini.     

Jantung Mihai berdebar kencang. Air matanya kembali jatuh, kali ini membawa kebahagiaan yang membuncah di dalam dirinya.     

"A—aku … aku!" Mihai kehilangan kata-kata. Ia hanya bisa mengekspresikan perasaannya itu dengan memeluk Luca erat-erat dan membalas ciuman Luca.     

___     

Extra:     

Di balik semak-semak tempat parkir, Albert, Ecatarina, dan Steve bersembunyi sambil menonton.     

Ecatarina: *menghela napas lega* akhirnya….     

Albert: *menghela napas juga* benar-benar akhirnya….     

Steve: *memberikan tatapan membunuh* Luca benar-benar berani membuat putraku menangis bahkan sampai berkali-kali. Lihat saja nanti!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.