This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Keras Kepala



Keras Kepala

0Terlepas dari masalah yang mendinginkan hubungan suami-istri tersebut, hari-hari selanjutnya berlalu dengan damai.     

Setiap pagi, Ecatarina akan datang ke kamar Mihai untuk membawa Liviu dan Mihai akan menanyakan perkembangan masalah Luca. Seperti sekarang, tepat satu minggu setelah permasalahan itu terjadi….     

Ecatarina kembali menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Mihai. Para pelayan sudah bekerja keras untuk menggali informasi tapi Luca benar-benar keras kepala. Sang tuan menolak untuk menjawab seluruh pertanyaan mengenai masalahnya tersebut.     

Telinga dan ekor Mihai terkulai kecewa.     

Sejujurnya, ia sangat ingin merecoki Luca secara langsung untuk membuat pria itu memuntahkan semua hal yang dipermasalahkannya. Namun, Mihai sudah berjanji jadi mau tidak mau, walaupun ia sudah sangat geram, ia harus menahan dorongan itu dan menunggu hasil dari penyelidikan para pelayan.     

"Bagaimana keadaan Luca?" tanya Mihai lagi. Itu juga pertanyaan rutinnya selama satu minggu ini karena ia tidak bisa melihat Luca secara langsung. Bahkan bayangannya saja tidak pernah memasuki pandangan Mihai lagi.     

Hal ini bukan karena Luca yang terlalu pandai menghindarinya. Sebaliknya, ini adalah keahlian Mihai.     

Ia sadar bahwa Luca sangat enggan melihat wajahnya dan akan berekspresi sakit seperti malam itu lagi. Jadi, menggunakan pendengaran tajam dan instingnya, ia bisa merasakan di mana Luca berada dalam radius beberapa puluh meter. Secara otomatis, ia memilih jalur yang tidak akan membawanya kepada Luca.     

"Datar seperti biasa. Jika dibilang perubahan…. "Ecatarina berpikir sejenak. "Sepertinya Tuan semakin kurus ... ah! Hari ini dia meminta sarapan pagi di perpustakaan lagi."     

"Mengapa dia mengurus? Seharusnya dia makan dengan teratur? Lalu … perpustakaan? Mengapa di sana?" Mihai ingat Luca mulai sarapan di perpustakaan sejak tiga hari yang lalu.     

Ecatarina mengedikkan bahunya. "Entahlah. Tuan makan dengan teratur tapi ia tetap mengurus. Dia juga tidak menjelaskan mengapa dia makan di perpustakaan."     

'Walaupun aku mungkin bisa menduga alasannya,' tambah Ecatarina dalam hati. Ia tidak mengucapkannya karena hal itu masih tidak pasti. Namun, jika dugaannya itu benar, Mihai masih memiliki harapan untuk masa depan yang cerah.     

Mihai manggut-manggut. Jika para pelayan tidak mengetahui alasannya, ia tidak mungkin mengetahuinya jadi ia tidak memikirkannya lagi. Hanya saja, ia sedikit cemas dengan kesehatan Luca. "Beri dia makan lebih banyak lagi," ujarnya seraya menyerahkan Liviu kepada Ecatarina.     

Ecatarina mengangguk sebagai jawaban. "Kau akan langsung ke kebun lagi? Biar aku pesankan Lonel untuk membawa sarapanmu ke sana."     

"Iya, terima kasih."     

Sejak malam itu, Mihai tidak sabar ingin mengetahui akar permasalahan Luca dan membantunya mencari jalan keluar. Namun, ia tidak bisa mendatangi Luca secara langsung sehingga membuatnya frustasi dan banyak pikiran. Untuk lari dari ketidakberdayaannya ini, ia akhirnya memutuskan untuk memfokuskan seluruh energi dan pikirannya setiap hari pada kebun yang dipercayakan kepadanya oleh Victor.     

Ketika Ecatarina keluar, Mihai juga siap-siap untuk pergi ke kebun. Di sela-sela kegiatannya itu, ia mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Liliane yang sudah tidak terlihat selama seminggu ini.     

'Ke mana Bibi itu?' pikirnya kesal.     

Padahal ia berpikir untuk meminta Liliane terus berada di sisi Luca dan mencari informasi dari kesehariannya. Mumpung Liliane adalah roh, ia akan lebih leluasa dalam mengumpulkan informasi tanpa takut ditemukan oleh Luca sendiri.     

"Hah … mungkin dia memang palsu dan lari setelah ketahuan olehku," gumamnya seraya mendengus lembut. Ia segera membawa peralatannya dan keluar dari kamar.     

Di tengah udara kosong, samar-samar, sebuah sosok memperlihatkan bentuknya. Itu adalah Liliane yang berwajah suram. Ia terbang dengan sangat lambat ke sisi tempat tidur, tampak lemas dan tak berenergi.     

Sebenarnya, ketika ia akhirnya menyadari apa yang sedang dipikirkan Mihai, ia sangat ingin menceritakan semuanya kepada Mihai. Namun….     

Suara seorang pria kembali bergema di dalam benaknya.     

["Lili, kau sudah kelewatan. Jangan ikut campur lebih dari ini! Jika kau melakukannya lagi, jangan harap kau bisa terbang ke sana kemari dengan bebas lagi seperti sekarang ini! Camkan itu. kau tahu aku bisa menemukanmu kapan saja dengan mudah!"]     

Liliane langsung cemberut. Kakinya terhentak-hentak kesal dan tangannya terkepal. Ingin sekali ia memukul pria itu tapi bahkan seminggu lalu ketika ia dipanggil secara paksa, pria itu tidak memperlihatkan sosoknya sama sekali.     

Ia masih ingin berada di sisi putranya jadi ia tidak bisa membiarkan dirinya dikurung oleh pria itu. Oleh sebab itu, ia hanya bisa menghindari kontak dengan Mihai agar tidak ikut campur lebih dari ini.     

Memikirkan hubungan putranya dan Mihai sekarang, ia hanya bisa menghela napas berat dan kembali menghilang ke udara kosong….     

*****     

"Hahaha … sangat tidak keren!"     

"Ughh!! Diam, Mihai! Aku pasti akan berhasil!"     

"Betul! Semangat El!"     

Percakapan yang penuh canda dan tawa samar-samar memasuki telinga Luca, menarik perhatiannya dari acara sarapannya yang penuh dengan kesunyian. Melirik dari jendela besar di sampingnya, ia segera menemukan Mihai dan si kembar Daniela-Daniel di tengah kebun kediaman. Daniel sedang berusaha melakukan salto belakang sambil memperhatikan cara Mihai melakukannya.     

Sejak kemarin, Daniel terus melakukannya tapi tetap gagal hingga hari ini. Percobaan kali ini pun gagal dan kembali mendapat tawa terbahak-bahak dari Mihai.     

"Ugh!! Jangan tertawa! El luar biasa jadi pasti bisa!" Tidak terima saudaranya diejek, Daniela menggembungkan kedua pipinya.     

Bukannya berhenti, Mihai malah tertawa semakin hebat. Tangannya dengan jahil menusuk-nusuk pipi gembung gadis kecil itu hingga mendapat tamparan kuat di lengan yang bertubi-tubi.     

"Wuah! Maaf! Maaf! Aduh!"     

Mihai benar-benar kesakitan tapi Daniela masih tidak mau berhenti. Pada akhirnya, ia berlari kabur mengeliingi area kebun tapi Daniela tetap tidak mau melepaskannya. Keduanya kejar-kejaran hingga Daniela tidak lagi kesal. Sebaliknya, ia jadi jahil dan berusaha memukul Mihai lagi untuk kesenangan pribadinya karena respon Mihai yang sangat menarik dan lucu.     

"Daa…." Liviu, yang walaupun sudah menerima takdirnya untuk berpisah dari sang papa sementara waktu, tetap tidak bisa menghentikan dirinya untuk bergumam sedih setelah melihat betapa serunya suasana di kebun itu.     

Tubuh Luca juga tanpa sadar bergerak-gerak tidak tenang. Kakinya terhentak naik-turun secara pelan, seperti tidak sabar untuk melakukan sesuatu. Matanya yang menampilkan kilauan aneh tidak bisa berhenti mengikuti seluruh pergerakan Mihai. Ia sudah melupakan kebencian dan kemarahan yang membuatnya tidak ingin menatap sosok itu.     

"Tuan." Vasile tiba-tiba memanggilnya.     

Luca refleks mengembalikan pandangannya pada meja yang penuh makanan dengan tubuh menegang layaknya seseorang yang tertangkap basah telah melakukan sesuatu yang salah.     

Vasile menemukan respon itu lucu sekaligus membuatnya frustasi. Sudah tiga hari Luca memutuskan untuk makan di perpustakaan, tepat di meja baca yang paling dekat dengan jendela, dan dalam tiga hari itu, sudah kesekian kalinya juga ia memergoki sang tuan melihat ke arah kebun, tepatnya kepada Mihai yang sedang berada di kebun. Bahkan jika di hari pertama sang tuan tidak sadar pada keanehannya itu, setidak pekanya Luca pun, seharusnya ia sudah cukup sadar jika tiga hari telah berlalu.     

Namun, pria itu masih dengan keras kepalanya menahan dirinya untuk tetap menjauhi Mihai, membodohi dirinya sendiri bahwa ia tetap tidak ingin melihat sosok itu. Bahkan, tubuh Luca sendiri masih lebih jujur – tentunya Luca tidak menyadari bahwa bahasa tubuhnya begitu bertolak belakang dengan apa yang ia pikirkan. Jika ia menyadarinya, ia sudah pasti berusaha mengontrol gerak gerik tubuhnya tersebut.     

Vasile diam-diam menghela napas. Walaupun frustasi oleh kekeras kepalaan itu, perkembangan sang tuan tetap senantiasa ia catat di dalam buku catatannya sebelum kembali serius dan menyampaikan tujuan kedatangannya.     

"Silver mengirimkan surat kepada Tuan. Apakah Tuan ingin mendengar isinya sekarang?"     

Luca mengangguk seraya menyuapi Liviu sesendok bubur.     

Vasile membuka surat itu seraya berdeham kecil. "Silver melaporkan bahwa jumlah anggota kepolisian yang menjadi korban luka di area kaum half-beast semakin meningkat. Hingga hari ini, totalnya berjumlah 50 polisi dari berbagai pangkat. Sekitar 20 sudah siuman tapi tidak ada yang mengingat sosok yang menyerang mereka. Ketika mereka tersadar, mereka sudah terluka parah dan karena rasa sakit yang luar biasa, mereka pingsan. Bahkan, ada yang tidak sadar bahwa mereka diserang dan berbalik bertanya mengapa ia bisa terluka."     

Luca mengangguk kecil. Ia sudah mengetahui mengenai jumlah korbannya melalui koran harian yang setiap pagi ia baca. Namun, ia tidak lagi menjadi kepala kaum sehingga ia tidak mengharapkan Silver akan memberikannya laporan detail secara pribadi.     

"Lalu … mm … Silver ingin meminta bantuan Tuan dalam penyelidikan ini."     

Luca mengernyit samar tapi tidak mengatakan apa pun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.