This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Benih Sang Dewa Tanah



Benih Sang Dewa Tanah

0Beribu-ribu tahun yang lalu, terdapat beast rubah yang memiliki kekuatan luar biasa. Tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam pertarungan. Ia juga menyembuhkan luka berkali-kali lipat lebih cepat dibandingkan beast lainnya. Sosoknya megah dan semua beast memujanya.     

Mereka menghela napas lega berpikir bahwa masa depan kehidupan kaum mereka akan penuh dengan kejayaan dan kemakmuran jika beast rubah inilah yang menjadi pemimpin mereka.     

Namun, beast itu tidak pernah puas. Meskipun ia berdiri di atas semua orang, ia terus lapar. Ia menginginkan lebih.     

Ketika semua beast menyadari nafsu itu, beast rubah yang dipuja-puja telah masuk ke dalam jalur yang salah, ilmu hitam.     

Itu adalah teknik terlarang. Alasan menjadi terlarang sangatlah jelas. Jika ada yang bisa menguasai ilmu tersebut secara sempurna, ia akan dapat menggerakkan dunia, membuat dunia, dan memusnahkan dunia … kekuatan para dewa yang seharusnya didapatkan dalam pergulatan dengan diri sendiri selama beratus hingga ribuan tahun dapat didapat dalam sekejap dengan menggunakan ilmu hitam.     

Para beast berbalik ingin memusnahkan si rubah. Posisi kepala klan rubah yang sudah berada di tangan sang rubah langsung dicabut dan ia diasingkan dari klan.     

Akan tetapi, mereka tidak bisa membunuh rubah itu. Siapa pun yang berusaha membunuhnya hanya meninggalkan nama saja.     

Mereka hidup dalam ketakutan.     

Klan rubah merasa sangat bertanggung jawab atas keadaan kritis ini sehingga adik laki-lakinya yang mendapatkan posisi kepala klan selanjutnya menggantikan sang kakak berusaha melawan kakaknya itu. Pertarungan di antara kedua saudara berlangsung selama seratus tahun lamanya. Di detik terakhir, Yuki berhasil menyegel sang kakak dan memisahkan kakaknya dari kekuatan hitam yang kemudian Yuki segel di tempat yang jauh dengan pola segel terumit yang bisa dibuat oleh beast pada saat itu. Tempat segelnya bahkan sangat rahasia karena kekuatan hitam itu benar-benar berbahaya.     

Sekarang, Lauren benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.     

Bagaikan tong bocor, pria itu menyalurkan seluruh energi hitam itu ke tanah, merusak ekosistem dimensi itu. Jika dibiarkan, dimensi ini akan rusak dan musnah bersama jiwa-jiwa yang ada di dalamnya!     

Hal pertama yang Yuki pikirkan adalah membuka dimensi buatannya. Namun, energi hitam itu menyebar begitu cepat, mengganggu aliran energi sihir di dalam tubuhnya. Ia tidak bisa memanipulasi dimensinya dengan baik dan akhirnya memuntahkan seteguk darah.     

"Bagaimana dengan pintu dimensi ke dunia beast?" tanya Alex. Satu tangannya menopang tubuh Yuki sementara tangan lainnya mengusap darah di sudut bibir Yuki.     

Yuki menggeleng. Meskipun pintu bisa terbuka, harus ada puluhan hingga ratusan orang yang rela mengorbankan nyawanya untuk membuka pintu itu.     

Akan tetapi, keadaan sekarang tidak memberi mereka kesempatan untuk memikirkan metode lain.     

Retakan menyebar melalui tanah yang kering. Satu per satu retakan itu melebar, menjatuhkan beberapa penduduk yang panik ke dalam perutnya. Langit pun gelap gulita. Garis-garis halus retakan mulai terbentuk dan serpihan-serpihan kecil dari retakan-retakan itu jatuh bagaikan rintik hujan.     

Satu-satunya cara untuk selamat adalah berlari menuju Bukit Luito lalu membuka pintu dimensi menuju dunia beast dengan segala cara.     

Mereka sudah mempersiapkan hati untuk kehilangan nyawa dalam prosesnya tapi jangankan mencapai bukit, ketika mereka sampai di pusat kota, retakan besar terbentuk, membentuk jurang yang besar. Lava panas mengalir di dasar jurang tersebut, mengepulkan asap panas yang mengkhawatirkan.     

"Bagaimana ini?!"     

"Kita terjebak!"     

"Tidak! Aku tidak mau mati sekarang!"     

Tangisan dan rintihan … harapan mulai hilang.     

Apakah ini akan menjadi akhir dari mereka?     

Sebagian dari mereka sudah pasrah tapi sebagian lainnya tidak menginginkan akhir seperti ini, salah satunya adalah Luca.     

Ia menggenggam erat tangan Mihai.     

Akhirnya mereka bertemu kembali, tidak mungkin Luca rela untuk berakhir di sini!     

Pasti ada cara untuk menghentikan ini! Pasti ada!     

Luca memutar otaknya 180 derajat, mencari strategi yang mungkin bisa ia gunakan dengan cepat.     

"Luca." Mihai membalas genggaman Luca, menarik pria itu keluar dari kekacauan.     

"Ya?"     

"Lihat ini."     

Sesuatu yang kecil bercahaya di dalam tangan Mihai. Cahayanya redup tapi di tengah kegelapan, cahaya kecil itu cukup untuk menarik perhatian semua orang.     

Mihai membuka telapak tangannya dan sebuah benih hijau memasuki pandangan semua orang.     

Deg!     

Jantung Luca berdebar kencang. Cahaya benih itu semakin terang ketika Luca menyadarinya.     

Luca tidak bisa menghentikan tangannya untuk menggapai benih itu, membungkusnya di dalam telapak tangan.     

Kehangatan menjalar dari tangannya, menuju seluruh tubuh, membawa bersama kebahagiaan dan kerinduan.     

Ranting-ranting di sekitar mereka mulai bergoyang kecil. Dedaunan coklat yang bergantung di sana memancarkan cahaya redup berwarna hijau, bagaikan kunang-kunang. Akar-akar menjalar, membungkus area tanah yang lebih luas. Gemetar di kaki mereka pun mulai melemah.     

"Orang yang memberiku benih ini mengatakan bahwa kunci untuk mengaktifkannya adalah harapan," jelas Mihai. Namun, instingnya mengatakan bahwa ada hal lebih dari harapan yang mengaktifkan benih itu sekarang. Ia menatap Luca yang terlihat akan menangis, entah mengapa Mihai juga merasa ingin menangis. Ia dapat merasakan kerinduan yang disalurkan oleh benih itu tapi ia tidak paham alasannya merasakan ini.     

Luca juga tidak. Ia merasa ia tahu tapi pada akhirnya ia tidak. Hal ini benar-benar membingungkan.     

Namun, yang pasti adalah benih ini bisa menjadi solusi mereka.     

"Semuanya! Keluarkan harapan terbesar kalian! Apa pun saja yang dapat menghentikan kehancuran ini!"     

Mereka hampir serentak mengangguk paham lalu memejamkan mata. Takut dirasakan tidak begitu tulus, sebagian dari mereka bahkan meletakkan kedua tangan di depan dada, meremasnya kuat.     

'Aku berharap bisa makan di toko X lagi!'     

'Aku tidak ingin kehilangan perusahaan yang sudah kubangun susah payah!'     

'Istriku masih di Bukit. Aku tidaj mau mati sebelum bertemu kembali!'     

Beberapa dari mereka mulai meneteskan air mata. Ada beberapa yang tidak sanggup berdiri dan akhirnya terduduk di atas tanah tapi ia tidak berhenti memohon dengan kuat.     

Luca meletakkan benih itu di atas telapak tangan Mihai lalu mengatupnya dengan tangan miliknya. Jari jemari mereka tertaut erat tapi berkas-berkas cahaya yang semakin terang tetap berhasil kabur dari sela-sela jari mereja.     

Ia menatap Mihai sejenak, Mihai juga membalas tatapannya. Keduanya tidak mengucapkan apa pun, hanya tersenyum lembut sebelum memejamkan mati.     

'Aku ingin hidup panjang dan damai di sini bersama Mihai dan Livi.'     

'Aku berharap Livi baik-baik saja dan kami bisa hidup damai bersama di Rumbell.'     

Di kejauhan, di area terdalam Bukit Luito, masih terdapat orang-orang yang tidak dapat bertarung, berlindung di sana. Mereka berkumpul menjadi satu dan membungkuk dalam, ketakutan oleh tanda-tanda kehancuran yang melanda kota.     

Saat itu, Liviu yang juga tinggal karena masih terlalu muda, terbang keluar dari kerumunan.     

"Nak! Kembali!"     

Liviu tidak mendengarnya. Tubuh mungil itu melayang sedikit lebih tinggi, menatap ke kejauhan.     

Tiba-tiba, cahaya yang menyilaukan menyebar ke seluruh dimensi, membungkus seluruh makhluk hidup yang ada di sana ….     

*****     

"Apa yang terjadi?! Mengapa tiba-tiba dimensi itu akan hancur?" Wanita anggun mungil yang dari tadi masih menopang wajahnya dengan malas tidak lagi bisa mempertahankan warna wajahnya. Tangannya menggenggam erat kulit bersisik yang menjadi tunggangannya, menatap dimensi yang terselimuti oleh kegelapan mulai terbelah menjadi beberapa bagian.     

Tidak hanya itu, serpihan-sepihan yang terlepas dari dimensi itu meluncur ke arah mereka, seperti ingin membunuh.     

"Kekuatan hitamnya memekat." Pria yang terbalut kain pakaian berwarna hitam itu mengernyit dalam.     

Makhluk besar bertubuh panjang yang menjadi tunggangan mereka bergerak ke sana kemari, dengan gesit menghindari serpihan-serpihan tajam itu.     

Yang tidak mereka duga adalah beberapa menig kemudian, cahaya yang membutakan mata terpancar dari dimensi rusak itu, menembus lapisan hitam pekat yang sudah menyelubunginya entah berapa ribu tahun lamanya ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.