Bos, Aku Membencimu: Tetapi Kamu Membuatku Jatuh Cinta

Lihatlah Ji An’an Kita…



Lihatlah Ji An’an Kita…

0

*

Di malam hari, di rumah besar keluarga Beiming tampak terang benderang, dan meja panjang yang biasanya terdapat di istana tertata rapi dengan peralatan makan yang terbuat dari emas.

Kandil lilin yang tinggi dan panjang itu diterangi cahaya lilin yang hangat.

Ada mawar merah di setiap gelas kristal, dan serbet dilipat membentuk sepasang angsa…

Pita merah muda, balon dan bunga segar menghiasi setiap sudut ruangan.

Seluruh ruang makan didekorasi seperti tempat acara lamaran untuk sebuah pernikahan.

Para pelayan yang ada di sana sedang sibuk, sederet pelayan memakai celemek dengan rumbai putih di bawahnya. Di setiap celemek yang dikenakan oleh pelayan itu bertuliskan sebuah kata.

[Ji] [An] [An] [Menikahlah] [Denganku] ....

Kepala pelayan melatih postur tubuh para pelayan yang lain saat berdiri, dan kata-kata yang akan diucapkan untuk lamaran pernikahan juga sudah disiapkan.

"Tuan Muda, Anda sudah kembali."

Beiming Shaoxi berjalan masuk ke ruang makan, dan merasa hari ini sangat berbeda dengan hari-hari biasanya.

Nanny Porti berlari mendekat ke arahnya, "Tuan Besar sedang menunggu Anda… Tuan Muda, apapun yang terjadi, tolong jangan pikirkan itu."

Beiming Shaoxi hanya diam tidak menjawab, "....."

"Hahahahahahahahaha…." 

Terdengar tawa aneh yang cukup panjang.

Kakek Beiming saat itu sedang duduk di sofa bergaya Perancis sambil memegang laptop di tangannya, ia tertawa dan suara tawanya seperti sengatan listrik yang mengejutkan.

"Shaoxi, kemarilah, Kakek ingin menunjukan sesuatu yang menarik."

Bei Ming Shao Xi melemparkan mantelnya kepada Nanny Porti, setelah itu ia pun berjalan mendekati kakek dengan sikapnya yang dingin…

"Wahahahahahahahahha!"

Kakek Beiming tertawa terbahak-bahak, Steve memberikan saputangan pada Kakek Beiming, dan kakek menyeka air mata di sudut matanya.

"Kakek, kamu punya sakit jantung, tidak baik terlalu bereaksi berlebihan seperti ini."

"Shaoxi, lihatlah Ji An'an kita… Gadis kecil ini benar-benar buah hatiku."

Beiming Shaoxi mendengar suara Ji An'an dari komputer, dan seketika wajahnya langsung berubah menjadi suram, "Aku sudah menontonnya."

Anak keduanya ini adalah kaki tangan yang paling khusus Kakek Beiming, dan ia selalu melakukan pengintaian untuknya sepanjang hari.

Dan tidak hanya itu, di Rumah besar keluarga Beiming ini sudah lama tidak terdengar suara tawa seperti bahagia seperti ini…

Ketika Kakek Beiming merasa senang, semua pelayan yang ada di sana pun juga ikut merasa senang.

"Di mana Yechen? Kenapa masih belum kembali!" Kakek Beiming tidak sabar untuk melihat Ji An'an datang, "Cepat telepon dia."

"Sudah coba dihubungi, tapi ponsel Tuan Muda kedua mati….."

"Coba lihat ke ruang makan dan cek bagaimana persiapannya!!" Kakek Beiming memberi perintah lagi sambil melihat ke belakang.

"Kakek, ini sudah yang kelima kalinya Kakek menonton videonya…"

Ekspresi Wajah Beiming Shaoxi tampak gelap seperti patung yang terbuat dari batu hitam. Ia duduk dengan menyilangkan kedua kakinya dan sikapnya sangat dingin, ia duduk santai sambil membuka-buka koran malam bagian keuangan.

"Tuan Muda Kedua sudah kembali!" 

"Tuan Muda Kedua kembali——"

"Tuan Muda Kedua sudah kembali !!!"

Para pelayan langsung bergegas ke posisi masing-masing…

Kakek Beiming pun meletakkan laptopnya, lalu meregangkan badan dan bangkit berdiri, "Di mana An'an?"

"Nona Ji masih belum terlihat kedatanganya, Tuan Muda Kedua hanya datang sendirian saja."

"An'an belum kembali?" Senyum Kakek Beiming seketika langsung membeku, wajahnya seperti diliputi awan abu-abu, "Lalu buat apa dia kembali pulang? Usir dia keluar dan perintahkan untuk jemputnya ke sini! Keluar!"

Beiming Yechen saat itu sedang berjalan dari pintu masuk, ia mendengar dengan jelas kata 'keluar'.

"Woo, kenapa semua melihat ke arahku? Apa ini penyambutan?"

"Kamu tidak membawa gadis itu ke sini?" Kakek Beiming masih terus bersikeras, dan menatapnya dengan amarah. Dia bahkan masih berharap Beiming Yechen akan menyulap Ji An'an keluar dari sakunya? !

"Aku tidak berhasil menghentikannya, dia izin pergi saat sore hari."

Setelah Beiming Yechen baru mengatakannya, serangkaian hujan buah menghantamnya.

Kakek Beiming melemparkan apa saja yang dilihatnya ke arah Beiming Yechen, lalu ia melihat sebuah durian dan mau mengambil buah durian tersebut…

"Kakek, ini tidak boleh dilempar!"

Napas Kakek Beiming terengah-engah, bahkan jika ia melemparkan durian itu, tetap saja ia tidak akan bisa melemparnya jauh, karena buahnya terlalu berat!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.