Dia Hanya Mengingatku

Kamu Tidak Bisa Lepas Dariku?



Kamu Tidak Bisa Lepas Dariku?

0Dia harus menahan diri karena banyak orang di sana. Fu Nanli memeluk erat pinggangnya dan mengelus kepalanya, "Kita sudah ditunggu, ayo segera pergi."     

Mereka dan He Qian menuruni tangga pesawat secara bersamaan. He Qian menoleh ke belakang melihat mereka berdua, dia melihat Wen Qiao sedang bersandar di pelukan Fu Nanli dengan patuh dan mesra.     

He Qian merasa hatinya seperti tertusuk duri dan tenggorokannya terasa sakit sekali. Dia berpegangan di pegangan tangga pesawat dan tidak mau menoleh ke belakang lagi.     

Fu Nanli berkata pada Wen Qiao, "Perhatikan langkahmu."     

Di mata seluruh kru pesawat, Kapten Fu adalah orang yang dingin, namun sekarang berubah menjadi lembut dan perhatian dengan mengingatkan kekasihnya untuk memperhatikan langkah kakinya.     

Kapten besar Fu, pertahanan Anda telah diruntuhkan!     

"Uhm." Jawab Wen Qiao.     

Karakter gadis yang menawan dan lembut pasti akan stabil, dan itu harus mengakar kuat di hati.     

Xu Shen berkata kepada Zhao Yuan, "Kak Yuan, aku tidak menyangka, Kapten Fu yang dingin bisa berubah menjadi seperti sekarang ini setelah ia berpacaran dengan wanita itu."     

Zhao Yuan melihat wajah He Qian memucat, dia langsung melirik Xu Shen, "Jangan bahas tentang kapten lagi."     

Setelah naik ke shuttle bus, Fu Nanli menarik tangan Wen Quan dengan maksud menyuruhnya untuk duduk. Pada saat itu, Wen Qiao mengenakan rok, yang mempertontonkan kaki jenjangnya.     

Fu Nanli menelan ludah. Dia mengulurkan tangannya untuk membuka kancing lalu melepas seragamnya. Kemudian dia menutupi kaki Wen Quan dengan seragamnya.     

Semua orang yang berada disekitar mereka langsung berpura-pura melihat pemandangan dan saling mengobrol.     

Kapten, kami benar-benar tidak sedang memperhatikan anda dan kekasih Anda.     

Mereka berpindah dari shuttle bus ke minibus. Wen Qiao yang tubuhnya diselimuti oleh pakaian seragam Fu Nanli, memandang kagum ke arah pemandangan di luar jendela.     

Wen Qiao bertanya pada Fu Nanli, "Itu sungai apa?"     

"Sungai Isar." Jawab Fu Nanli,     

"Kalau itu?" Wen Qiao kembali bertanya.     

"Gereja Munich."     

Dari nada suaranya yang datar terkandung kesabaran dan perhatian untuk gadis itu.     

Fu Nanli di mata orang sekitarnya bukanlah seorang pria yang sesabar ini.      

Gadis itu tampak sangat lengket padanya, dengan dagu bersandar di bahunya, suaranya terdengar manja, "Sangat indah sekali, pemandangan malam yang sangat indah."     

He Qian meremas ujung roknya dengan erat saat melihat pasangan kekasih yang sedang memadu kasih berada tepat di seberangnya.     

Gadis yang masih muda itu memiliki serangkaian trik untuk merayu seorang pria.     

Tubuhnya lentur seperti tak bertulang, sepanjang perjalanan dia terus menempel ke tubuh Fu Nanli.     

He Qian biasanya tidak pernah menghina orang dengan kata-kata yang pedas.     

Tapi si Wen Qiao ini benar-benar gadis yang licik.     

Di pintu Hotel Pullman, lampu-lampu berwarna emas menjuntai di dinding luar hotel, memperlihatkan kesan kemewahan yang sederhana. Penjaga pintu hotel berseragam keamanan dan sarung tangan putih maju ke depan untuk membuka pintu untuk rombongan mereka.     

Semua orang turun dari mobil dan berdiri di luar menunggu mereka.     

Fu Nanli turun dari mobil dan mengulurkan tangan untuk membantu Wen Qiao, Wen Qiao kemudian melompat.     

Sisimu yang menggemaskan muncul juga. Jantung Fu Nanli seakan ikut melompat, dia memegangi pinggang Wen Qiao dan berkata, " Hati-hati."     

Dua pramugari di belakang saling bertukar pandang, dan mereka berbisik, "Dia perhatian sekali."     

Amarah He Qian sudah memuncak hingga ke ubun-ubun kepalanya, lalu dia berjalan ke hotel sendirian, tidak menunggu mereka lagi.     

Ini adalah hotel tempat mereka menginap setiap kali mereka terbang kesini, dan ada kamar yang selalu dipesan tetap.     

Setelah keluar dari lift, Fu Nanli berjalan di atas karpet lembut bersama Wen Qiao, Sesampainya di ujung koridor, langkah mereka kemudian terhenti.     

Wen Qiao baru tersadar dan bertanya, "Kita tinggal di kamar yang sama?"     

Fu Nanli lalu mengulurkan tangan dan menggesek kartu untuk membuka kamar, dan meletakkan jari-jarinya yang lentik di kenop pintu emas. Pria itu meliriknya, "Kita adalah sepasang kekasih, apakah masalah dengan tinggal di satu kamar?"     

"Twin Room atau King Bedroom?"     

"King Bedroom."     

"King Bedroom? hanya ada satu tempat tidur?" Wen Qiao langsung merasa cemas.     

"Aa...raa..rasanya tidak bagus, kii...kita."     

"Bukankah kamu tidak bisa lepas sedikit pun dari ku sepanjang perjalanan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.