Dia Hanya Mengingatku

Memeluk Dia



Memeluk Dia

0He Qian hanya bisa meminta maaf dengan suara pelan.     

Dia jelas-jelas merupakan wanita terhormat dari keluarga kaya raya, tapi sekarang dia dihadapkan situasi harus menunduk minta maaf kepada orang yang tidak sekaya dirinya.     

Dia melakukan semua ini demi Fu Nanli.     

"Apakah gunanya minta maaf? Saya membayar harga tinggi untuk kelas bisnis ini hanya untuk disiram oleh Anda?"     

"Maaf, Nyonya, saya benar-benar minta maaf. Begini saja, Dongchuan Airlines akan mengganti kerugian Anda, bagaimana?"     

Wanita itu lalu melepas masalah tersebut setelah mendengarkan tawaran dari He Qian.     

Wen Qiao menyelimuti tubuhnya dengan erat sembari makan melon tanpa bersuara.     

Pandangan mata He Qian yang dipenuhi dengan amarah tertuju ke arahnya, kedua matanya juga masih terlihat merah membara, namun tak membutuhkan waktu lama, amarahnya kembali reda.     

Wen Qiao, "....."     

Itu karena kamu tidak melayani penumpang dengan baik.     

Dan penumpang itu yang mempermalukan Anda.     

Mengapa pandangan matamu seolah-olah menuduhku?     

Memang dia suka mengada-ngada.     

Zhao Yuan menarik He Qian ke ruang makan, ekspresinya sedikit muram, "Kamu telah membuat banyak kesalahan dan kelalaian hari ini. Aku tidak bisa melindungimu. Penilaian kinerjamu akan dikurangi, Jika tidak, kapten akan mengetahuinya dan hukumannya akan lebih berat."     

Mata He Qian berlinang air mata, "Hampir di setiap kali penerbangan, aku sudah pernah berhadapan dengan berbagai macam masalah. Aku bersedia menanggung semua masalah di sini demi dia, tapi dia..."     

Zhao Yuan menghela nafas, "He Qian, aku mau mengatakan sesuatu yang tidak ingin kamu dengar. Apa yang kamu lakukan selama ini murni keinginanmu saja. Kapten tidak pernah memintamu untuk melakukan ini, dan bahkan dia tidak peduli dengan apa yang dia lakukan padamu."     

He Qian menutupi mulutnya dan hampir menangis.     

Zhao Yuan tahu bahwa dia terlalu kejam, dan dia menghibur, "Sudah, sudah … Berhentilah menangis. Masih banyak pria yang mau mengejarmu, juga tidak sedikit dari mereka yang tampan dan kaya. Mengapa kamu hanya terpaku pada satu pria yang sama sekali tidak mencintaimu?"     

"Aku, He Qian, mau menikah dengan pria yang sempurna, dan pria yang sempurna itu adalah Fu Nanli."     

Dia sudah menemukan pria yang sempurna. Dia tidak bisa disuruh untuk melepaskan pria itu kepada wanita lain.     

Zhao Yuan melihat He Qian begitu keras kepala, akhirnya dia memilih untuk diam.     

Setengah jam kemudian, pesawat mendarat di Bandara Internasional Munich dan para penumpang keluar pesawat. Wen Qiao mengikuti instruksi Fu Nanli untuk menunggu di kursinya.     

Sepuluh menit kemudian, staf dari Otoritas Layanan Darat memasuki cockpit untuk pemeriksaan rutin, kemudian staf tersebut pergi.     

Dua menit kemudian, Wen Qiao melihat Fu Nanli keluar dari cockpit.     

Dia mengenakan seragam kapten, lencana di bagian lengan seragam terdapat dua garis berwarna kuning muda, begitu juga lencana yang ada di bagian bahu memiliki warna yang sama, ditambah lagi dia memakai topi kapten. Dia terlihat sangat tampan dalam balutan seragamnya.     

Dia berjalan di lorong pesawat yang sempit bak seorang model berseragam menghampiri Wen Qiao. Jantung Wen Qiao berdebar semakin cepat seiring dengan dia berjalan semakin dekat menghampirinya.     

Wen Qiao bangkit dari kursi, lalu menghampiri Fu Nanli dan memeluknya.     

"Tuan Kapten kau sudah berjerih lelah."     

Ekspresi pria itu sedikit terkejut, sepertinya tidak menyangka Wen Qiao begitu antusias dan proaktif terhadap dirinya.     

Tidak jauh dari belakang lorong, He Qian menatap keduanya dengan perasaan campur aduk di hatinya, Zhao Yuan menariknya, "Ayo kita turun sekarang."     

He Qian menoleh dengan enggan.     

Tentu saja apa yang dialami Wen Qiao ini untuk membuat He Qian merasa iri.     

Dia tidak mau berbelas kasihan terhadap saingan cintanya yang tidak mau memberikannya selimut.     

Fu Nanli memandangi senyum lembut gadis itu, mata gadis itu basah seperti uap air, bola matanya yang bagaikan buah persik yang merekah sedikit terangkat ke ujung mata diam-diam memikat hati, pupil matanya berwarna kuning kecoklatan, tangan kecil gadis itu masih melingkar di pinggangnya.     

Dia sepertinya tidak menyadari bahwa ini posisi yang sangat berbahaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.