Dia Hanya Mengingatku

Siapa Lagi Kalau Bukan Aku



Siapa Lagi Kalau Bukan Aku

0Wajah Wen Qiao terlihat sangat jelas telah memerah hingga ke telinga dan sampai ke lehernya.     

Fu Nanli berkata kepada Xu Shen dengan nada yang tidak senang, "Siapa lagi kalau bukan aku?"     

Wen Qiao seketika panik dan dengan cepat dia mengulurkan tangan untuk menutupi mulutnya.     

Wen Qiao pun berkata, "Diamlah!"     

He Qian hampir saja memecahkan piringnya, dia meletakkan pisau dan garpu sambil menggigit bibir berkata, "Aku sudah kenyang, kalian lanjutkan makan." Setelah itu, dia lari terburu-buru.     

Beberapa orang di meja sebelah tidak berani berbicara apa-apa lagi, seketika mereka semua hanya sarapan dengan suasana tenang.     

Wen Qiao melepaskan tangannya dari tangan Fu Nanli, kemudian dia menatap Fu Nanli kesal, Fu Nanli sepertinya tidak merasa dirinya telah melakukan kesalahan.     

Mereka hanya tinggal di Kota Munich selama sehari, tidak bisa jalan-jalan ke tempat yang jauh, hanya di sekitar kota.     

Penerbangan mereka dijadwalkan pukul empat subuh, sekelompok orang menunggu di pintu masuk hotel, tak lama setelah itu, dia melihat Fu Nanli sedang memeluk seorang wanita yang tidak henti-hentinya menguap. Satu tangannya memegang wanita itu, sedangkan tangan yang lain mendorong dua koper.     

Wen Qiao berkata dalam hati, Kekasihku benar-benar pria yang kuat sekali.     

Kota Haicheng dikelilingi oleh laut dari 3 sisi, dan pegunungan rendah di satu sisi yang lainnya. Saat musim panas seringkali turun hujan. Pesawat mendarat di Kota Haicheng pukul sembilan malam, sementara cuaca di luar hujan sedang turun dengan lebat.     

Tombol panel cockpit semuanya menyala terang. Cahaya lampu dan pemandangan malam memantul ke wajah Fu Nanli.     

Titik merah berkedip sedikit di radar panel cockpit. Menandakan adanya kilat di awan Cumulonimbus. Ekspresi wajahnya berubah menjadi serius, dia harus menghindari sambaran petir dan kilat ini saat mendarat nanti.     

"Nomor D1005 izin mendarat, menara pengawas, mohon instruksinya."     

Hujan akan mengurangi jarak pandangnya, dan lampu bantuan navigasi bandara sangat membantu untuk memberikan arahan visual.     

Pesawat perlahan telah mendarat, setelah meluncur beberapa saat akhirnya pesawat berhasil mendarat dengan stabil.     

Kapten Cheng kemudian tertawa dan berkata, "Sebenarnya menurutku Kapten Fu tidak perlu melakukan tes semacam ini, hanya saja ini peraturan dari pihak penerbangan yang mau tidak mau kita harus menurutinya."     

Fu Nanli berkata, "Saya harus mematuhi peraturan."     

Mereka berdua keluar dari cockpit, sedangkan Wen Qiao masih dalam keadaan mengantuk, handphonenya bergetar menandakan ada SMS masuk, dia mengeluarkan handphonenya melihat SMS itu.     

'Uang dua juta yuan sudah ditransfer.'     

Rasa kantuknya seketika hilang dalam sekejap.     

Ketika Fu Nanli melihatnya, dia melihat gadis itu sedang memegang handphonenya sendirian di kursinya.     

"Kita sudah sampai." Pria itu berdiri di depannya dan mengelus kepalanya.     

Wen Qiao mengangkat kepala melihatnya, dan melompat kegirangan. Dia memeluk lehernya dan berkata dengan penuh semangat, "Aku berhasil."     

He Qian mendengar suara keributan itu dan melihat ke arah belakang. Dia sangat marah sehingga dia berjalan dengan terhuyung-huyung, kakinya keseleo, dan dia jatuh ke bawah membuat pergelangan kakinya terkilir, dia mengerang kesakitan, sayangnya Fu Nanli tidak melihat ke arahnya sedikitpun.     

Zhao Yuan cepat-cepat memapah He Qian, "Kakimu terkilir ya? Ayo periksakan kakimu ke rumah sakit."     

He Qian harus dipapah untuk turun dari pesawat.     

Fu Nanli mengelus punggung Wen Qiao, "Kamu sedang mengerjakan apa?"     

Wen Qiao menyadari bahwa tubuh mereka terlalu dekat, dia ingin mundur, tetapi ditahan oleh pria itu.     

"Itu..itu tugas sekolah, sudah selesai aku kerjakan."     

Dia tidak mau membahas tentang uang di depan Fu Nanli.     

Hujan diluar sangat deras, di bagian samping pintu pesawat ada payung cadangan berwarna hitam, Fu Nanli memegang payung hitam besar itu dan turun ke tangga pesawat bersamanya.     

Hujan membasahi seragam kaptennya, dadanya yang tegap melindunginya dari angin dan hujan. Di pelukan Fu Nanli, Wen Qiao merasakan sebuah rasa aman yang semu.     

Bahkan timbul rasa ketergantungan.     

Dia bingung dengan pikirannya.     

Dia pembohong luar biasa.     

Suatu hari nanti kebohongan ini akan terungkap.     

Di tengah hujan lebat, mobil berhenti di gang Jalan Shuying, ketika Wen Qiao hendak keluar dari mobil, pria itu menahan pergelangan tangannya.     

"Pergilah ke Kota Xiao Tangshan bersamaku di akhir pekan ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.