Dia Hanya Mengingatku

Penyakit Yang Tidak Ada Obatnya



Penyakit Yang Tidak Ada Obatnya

0Saat Su Yun hendak membuka mulutnya, Wen Qiao segera memegangi tangannya.Tidak ada negosiasi tentang masalah ini. Uang itu akan digunakan untuk mengobati Xiao Chi dan Xiao Mo, dan tidak mungkin untuk dipinjamkan kepada orang lain.     

Su Ying adalah yang pertama menyerang, "Wen Qiao, mengapa kamu berubah menjadi mata duitan? Ini keluargamu sendiri, mengapa kamu menjadi sangat perhitungan?"     

Kemarahan Wen Chi hampir pecah. Wen Qiao menekan bahunya dan mencibir Su Ying, "Ada begitu banyak orang yang membeli rumah dengan pinjaman, mengapa kalian tidak bersedia membayar bunga pinjaman? Selama ini kalian tidak pernah membantu kami, kenapa kami harus membantu kalian dengan memberi pinjaman uang? Yang mata duitan seharusnya kalian, mengapa malah menuding ke orang lain?"     

Su Lei tidak senang, "Pa, ma, jangan meminjam uang darinya, temperamennya buruk."     

He Mei menoleh dan menatapnya, lalu tersenyum pada Wen Qiao, "Qiao Qiao, di masa lalu, paman dan bibi juga bukanlah orang kaya, dan memiliki dua anak yang harus dibesarkan. Lalu..."     

Wen Qiao langsung menyelanya dengan tidak sabar, "Aku telah menyewa psikiater untuk Xiao Mo. Seorang Dokter dengan biaya per jam. Uang dua juta yuan ini tidak akan aku habiskan dan tidak akan aku pinjamkan kepada siapa pun."     

He Mei lalu berkata dalam hatinya,      

Qiao Qiao, banyak orang sudah bilang kalau penyakit autis dan depresi adalah penyakit yang tidak ada obatnya, buat apa ke dokter? Jangan mengeluarkan uang untuk hal yang sia-sia.     

"Brak." Wen Qiao memukul meja dengan keras yang membuat semua orang terkejut.     

Wen Qiao meraih tangan ibunya dan memandang Wen Chi dan Wen Mo, "Ayo pergi."     

Su Yun merasa ragu, dengan suara yang pelan dia berkata, "Qiao Qiao, bicarakanlah masalah ini dengan baik-baik."     

Su Hai juga berkata, "Qiao Qiao, bibimu tidak pandai dalam berbicara, kata-katanya jangan dimasukkan dalam hati."     

Su Lei menggertakkan giginya, "Biarkan dia pergi, kita ambil pinjaman bank untuk membeli rumah saja. Apakah kita masih mau melihat gadis kecil ini? Sepertinya dia sudah menganggap dirinya Tuhan."     

Wen Qiao memandang ibunya, "Ma, ayo pergi."     

Su Yun melihat tubuhnya gemetar, Xiao Chi dan Xiao Mo baginya bagaikan nyawanya sendiri, ketika orang lain mengejek penyakit kedua adiknya itu tidak ada obatnya, sungguh membuat hatinya terasa perih.     

Mereka telah dianiaya dan membuat hatinya sangat terluka. Su Yun dengan cepat menarik Wen Chi dan Wen Mo, dan berkata kepada Su Hai, "Kalau begitu kami pergi dulu."     

Su Hai dan He Mei lalu mengantar mereka ke pintu masuk lift, setelah pintu lift tertutup, Su Ying dan Su Lei berkata, "Pa,ma, dia sudah bilang tidak mau meminjami kita uang, kenapa kalian masih tidak melepasnya. Kalian lah yang menyebabkan sikapnya menjadi semena-mena seperti tadi."     

He Mei menudingkan jari langsung ke dahi Su Ying, "Dasar bodoh, coba pikir Wen Jianmin selama ini selalu memperlakukan mereka dengan buruk tapi gadis itu bisa berhasil memperoleh uang dua juta yuan dari ayahnya yang pelit, itu artinya dia sangat cerdik, ke depannya dia pasti berguna bagi kita."     

Su Ying lalu melipat tangannya dan mencibir, "Buktikan saja, kalau tidak, menurutku itu hanya cara untuk menyingkirkannya. Wen Jianmin tidak ingin malu sehingga ia mengusir Wen Qiao dengan uang, apa yang berguna darinya?"     

Di lantai bawah, di bawah terik matahari yang panas, Su Yun sebenarnya ingin naik bis, Wen Qiao melambaikan tangan menghentikan taksi.     

Tidak hanya dua juta Wen Jianmin, Wen Qiao juga dapat mengandalkan bakatnya untuk menghasilkan uang.     

Tidak perlu hidup terlalu hemat di masa depan.     

Kembali ke rumah, Su Yun meletakkan tas di tangannya, "Aku akan memasak mie untuk kalian makan."     

Wen Qiao dengan sungguh-sungguh berkata kepada kedua adik laki-lakinya, "Tidak peduli apapun yang orang lain katakan, jangan masukkan dalam hati, apa kalian mengerti?"     

Wen Chi mendengus, "Apapun yang dikatakan oleh keluarga itu, aku anggap angin lalu."     

Wen Mo mengangguk, dia hanya mendengarkan kata-kata kakak perempuannya. Su Yun membawa semangkuk besar mie ke ruang tamu, diiringi suara AC tua mereka 'woo woo,' yang masih mengeluarkan hawa sejuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.