Dia Hanya Mengingatku

Perkelahian



Perkelahian

0Wen Qiao tersenyum, "Mengebor lubang."     

"Mengebor lubang?"     

"Iya, seorang paman sedang memasang AC di rumahku."     

"Iya."     

Keduanya mengobrol. Kebisingan di luar terdengar terlalu keras, mengganggu obrolan mereka sehingga Wen Qiao terpaksa berkata, "Sampai sini dulu ya pembicaraan kita, kamu istirahatlah lebih awal."     

Fu Nanli tidak ingin menutup telepon yang sedang berlangsung tersebut, dan melanjutkan obrolannya, katanya, "Aku sudah menyewa rumah. Aku akan pindah setelah pulang dari penerbangan ini, jaraknya dekat dari Jalan Shuying."     

Wen Qiao terharu mendengar pria itu melakukan apa yang dia inginkan.     

Pria itu menyimpan semua perkataan dari gadis itu di dalam hatinya.     

Semakin pria itu berbuat banyak untuknya, semakin besar rasa bersalahnya dan menjadikannya semakin tidak bisa lepas dari pria itu.     

Paman Ji sudah selesai memasang AC, dan sebagian besar bajunya basah di bagian belakang. Ketika Su Yun mau membayar, Ji Mingyuan mengambil kotak peralatan dan berlari keluar dari rumah mereka.     

Wen Qiao berdiri di dekat pintu, "Bu, Paman Ji sudah memasangkan AC di rumah kita, kenapa tidak menyuruhnya makan dulu di rumah kita?"     

Su Yun menggenggam uang di tangannya, "Setelah makan malam, kamu antarkan uang ini ke rumahnya, kita tidak bisa menerima kebaikan orang secara cuma-cuma."     

"Bu, menurutku Paman Ji orang yang baik, coba lihat, Paman Ji baru berusia empat puluh tahun, tampangnya lumayan, badannya tidak pendek, tingginya sekitar 160 atau 170 cm, orangnya pekerja keras dan dapat diandalkan, aku mendengar bahwa dia merenovasi rumahnya dan di bangun menjadi dua rumah baru."     

Su Yun menyipitkan matanya, "Dari mana kamu mendengar semua itu, Nak?"     

"Bibi gendut yang mengatakannya. Dia ingin mengenalkan adik perempuannya kepada Paman Ji. Adiknya baru saja bercerai sehingga ia ingin menjodohkan mereka berdua. Ma, jangan sia-siakan kesempatan."     

Su Yun pura-pura kesal, "Dasar anak kecil, jangan ikut campur urusan orang dewasa, minggir dari sini."     

Setelah selesai berbicara, Su Yun pergi ke dapur untuk memasak.     

Handphone Wen Qiao berbunyi, Xia Bai yang meneleponnya dengan nada panik, "Kakak Qiao, ada perkelahian, Kakak Chi bertengkar."     

Wajah Wen Qiao panik dan dia berjalan keluar, "Di mana?"     

"Pintu belakang sekolah, cepat ke sini, kami tidak bisa menahannya."     

Wen Qiao meletakkan handphonenya dan berlari keluar, bertepatan dengan tetangga sebelah bernama Kakak Kai kembali dengan sepeda motornya, Wen Qiao melangkah maju, "Kak Kai, aku pinjam sepeda motornya dulu ya."     

Kakak Kai melihatnya tampak cemas dan marah, dia melepas helm dan memberikan pada Wen Qiao, Wen Qiao naik, memutar pegangan, dan sepeda motor mengeluarkan suara 'Bremm...bremm'     

Sepeda motor itu melesat keluar seperti anak panah yang lepas dari talinya, Kakak Kai baru tersadar dan mengejarnya sambil teriak, "Qiao, kamu bisa mengendarai sepeda motor?"     

Wen Qiao mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan berhenti tiba-tiba di pintu belakang SMA 9, dengan satu kaki panjang ditopang di tanah.     

Wen Qiao meletakkan sepeda motor, berlari ke depan, dan meraih tinju Wen Chi.     

"Xiao Chi, berhenti!"     

"Xiao Chi...tenanglah."     

Wen Chi masih berteriak-teriak, Wen Qiao bertanya pada Xia Bai dengan keras, "Ada apa ini sebenarnya?"     

Wajah Xia Bai memar, dan dia tidak pandai untuk berkelahi, "Mereka mengatakan bahwa Xiao Mo anak bisu, dan kami mendengarnya, Saudara Chi langsung..."     

Langsung tidak bisa mengendalikan diri.     

Wen Chi membenci orang lain yang memanggil Wen Mo dengan sebutan si anak bisu.     

Dia hanya sakit, bukan bisu.     

Wen Qiao menepuk punggung Wen Chi, "Kamu tidak perlu membuat perhitungan dengan mereka, biarlah kakak yang memberi mereka pelajaran. Kamu tenanglah.".     

"Hei kalian hentikan semuanya ini!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.