Dia Hanya Mengingatku

Wen Mo Menjadi Juara Olimpiade Matematika



Wen Mo Menjadi Juara Olimpiade Matematika

0Di meja makan, Wen Chi menatap telepon yang sedang berbunyi 'Tut...Tut', dan Wen Qiao berteriak, "Kamu membuatku kaget, apa yang kamu lakukan?"     

"Guru kami mengirimkan kabar ke seluruh peserta lomba."     

"Lalu kenapa?"     

"Wen Mo menjadi juara."     

Wen Qiao dan Su Yun buru-buru membungkuk untuk melihat handphonenya, "Apakah Olimpiade Matematika kemarin?"     

"Iya, dan aku menang."     

"Berapa skala kompetisinya, seluruh dunia atau seluruh kota?"     

"Seluruh dunia."     

Wen Qiao seketika terkejut, lalu dia menoleh untuk melihat Wen Mo, Wen Mo tampak sedikit malu, dan tersenyum pada Wen Qiao.     

Wen Qiao memeluk kepala Wen Mo, "Apakah Wen Mo kita sehebat ini?"     

Baguslah.     

Semuanya perlahan membaik.     

Wen Mo menepuk punggung kakaknya, kemudian Wen Qiao melepaskan pelukannya dan membelai wajahnya lagi, "Xiao Mo, kamu luar biasa."     

Su Yun sangat bersemangat sehingga dia menyeka tangannya dan mengambil handphonenya untuk melihat pesan itu lebih dekat.     

"Guru mengatakan bahwa besok malam akan ada upacara penghargaan."     

Wen Mo mengangguk.     

"Oh, apakah Xiao Mo, memiliki pakaian formal? Sepertinya tidak punya."     

Wen Qiao, "Besok aku akan mengantarnya ke mall untuk membeli satu stel."     

Dia sudah mendapat uang dari komisi hak cipta senilai tiga ratus ribu yuan, lalu memenangkan permainan kartu dengan saudara-saudara dari keluarga Fu Nanli tiga ratus ribu yuan, dan juga dua juta yuan dari Wen Jianmin, sekarang dia sama sekali tidak kekurangan uang.     

"Bagus."     

Keluarga Wen sekeluarga sedang menonton TV setelah makan malam, dan ketika mereka menonton saluran kehidupan lokal, mereka melaporkan sesuatu tentang Lomba Olimpiade, menunjukkan bahwa siswa SMA 9 memenangkan Kejuaraan Matematika Olimpiade Nasional.     

Reporter sedang mewawancarai kepala sekolah siswa tersebut.     

"Iya, Wen Mo dari sekolah kami yang memenangkan Olimpiade Matematika Nasional."     

Wajah keempat orang yang duduk di sofa itu langsung terpaku.     

Wajah Xu Lu seketika suram dan mengerikan, dan dia benar-benar dibuat tidak memiliki kesempatan untuk bernafas oleh satu keluarga itu.     

Gagal menyuruh orang untuk memancing emosi Wen Chi, dia juga gagal mengumpulkan bukti bahwa Wen Qiao adalah gadis gampangan. Sikap Paman Wen terhadapnya juga jauh berkurang baru-baru ini.     

Sekarang si anak bisu yang gila itu telah memenangkan sebuah kejuaraan olimpiade matematika?     

Tahun yang penuh dengan kesialan!     

Diantara yang lain, wajah Wen Jianmin lah yang paling tidak suka mendengar berita itu, dia buru-buru mengulurkan tangannya untuk mengganti saluran televisi dengan isi hati yang bercampur aduk.     

Zhong Hui buru-buru berkata, "Lu Lu juga memenangkan kompetisi piano sebelumnya, dan itu tidak lebih buruk dari kompetisi olimpiade ini."     

Wen Jianmin berkata, "Hmm." Ekspresinya tidak mereda.     

Zhong Hui mengerti bahwa tidak peduli seberapa baik Jianmin memperlakukan Lu Lu, dia tetaplah putri orang lain.     

Terlebih lagi, Jianmin tampaknya sedikit tidak puas dengan Lu Lu akhir-akhir ini.     

Dia berkata lagi, "Xuan Xuan akan menginjak kelas enam pada semester depan, dia juga akan mendaftar ke olimpiade. Jianmin, nilai Xuan Xuan bagus, dan jika nanti dia memenangkan juara, dia akan membuatmu sangat takjub."     

Wen Xuan berkata dengan keras, "Itu benar, Pa. Apa yang hebat dari sebuah olimpiade matematika itu? siswa dan guru kelas lima kami tidak mengizinkan kami untuk mendaftar olimpiade itu. Jika aku mendaftar, aku pasti yang akan keluar jadi juaranya."     

Wen Jianmin dengan enggan tersenyum, dia yang paling tahu bahwa dengan kepintaran putranya itu, putranya bahkan tidak akan bisa masuk dalam bab kualifikasi.     

Saat ini, di kelas sekolah internasional, nilainya hanya berada di tengah-tengah daripada siswa lain disana. Sedangkan di olimpiade matematika ini adalah lomba yang diikuti oleh peserta yang memiliki bakat sangat luar biasa. Putranya satu ini pasti tidak bisa masuk dalam kualifikasi juara lomba itu.     

Dua anak yang berbeda, yang satu, anak gila yang berbakat, yang satunya lagi, anak normal yang biasa-biasa saja.     

Dia memilih anak normal yang biasa-biasa saja, yang tidak membuat dia menjadi bahan tertawaan dan sumber percakapan bagi orang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.