Dia Hanya Mengingatku

Rasa Khawatir



Rasa Khawatir

0Lu Youyou sadar diri di hadapan Fu Nanli.     

Wen Qiao mengulurkan tangan untuk merebut ponselnya kembali, tapi pria itu justru mengangkat lengannya lebih tinggi lalu meletakkan ponsel di atas meja bundar kecil di belakang sofa.     

Wen Qiao menatapnya, "Aku masih ingin browsing forum sekolah sebentar."     

Jempol kasar pria itu meraih dagunya, "Apa?"     

Wen Qiao menyadari bahwa pria itu tidak suka dicuekin, jadi dia hanya bisa duduk dan memegang tangannya, "Sudah larut malam, tidurlah."     

Dia bersumpah bahwa kali ini, dia tidak berniat menggodanya.     

"Qiao..." Rasanya seperti terbius dengan suara yang memanggilnya beberapa kali.     

Terdengar sebuah ketukan mengerikan dari pintu, dan wajah pria yang dekat dengannya itu tiba-tiba berhenti tanpa ekspresi, dan terlihat marah.     

Wen Qiao mengkhawatirkan orang yang mengetuk pintu itu, tidak peduli siapapun dia, pasti akan selalu diingat oleh Tuan Muda Fu.     

Fu Nanli membuka pintu itu dengan perasaan kesal, ternyata yang mengetuk pintu dan berdiri di luar pintu itu adalah Paman Li dan Bibi Qin.     

Paman Li tersenyum dengan hati-hati, "Tuan muda, saya mendengar bahwa Anda akan kembali hari ini, dan Nyonya takut jika makan malam Anda tidak enak, jadi nyonya secara khusus meminta kami untuk datang."     

Bibi Qin kemudian mengangkat dua kantung besar di tangannya dengan tersenyum.     

Fu Nanli dirawat dan dibesarkan oleh Bibi Qin. Bibi Qin hampir berusia enam puluh tahun. Fu Nanli menghormati Bibi Qin melebihi ibunya sendiri.     

Itu sebabnya Paman Li membawanya ke sini.     

Mata Fu Nanli terlihat muram, "Tidak perlu."     

Paman Li telah memandu Bibi Qin pergi ke lorong. Bibi Qin sangat khawatir, dan wajah tuan muda itu benar-benar membuatnya terganggu.     

Paman Li merasa tidak tenang begitu menerima kabar kalau tuan muda mengajak gadis itu ke apartemen.     

Dasar kriminal.     

Pintu kembali ditutup dengan keras, membuat Wen Qiao merasa gemetar, dia melihat Paman Li sudah masuk ke ruang tamu.     

Ketika Paman Li melihat Wen Qiao, dia merasa tidak bisa berbuat apa-apa.     

Tuan Muda ingin pindah untuk pertama kalinya hanya demi bisa leluasa bertemu dengan gadis ini.     

Tuan Muda pada dasarnya bukanlah orang yang perhatian terhadap orang lain, tapi kali ini dia membuat pengecualian untuk gadis ini.     

Jika gadis ini adalah orang yang baik, dia tidak mempermasalahkan.     

Sayangnya, gadis ini bukanlah gadis yang baik.     

Bibi Qin kemudian segera pergi ke dapur untuk memasak makan malam dengan dibantu Paman Li disebelahnya, sementara Fu Nanli duduk di sofa sambil memijat keningnya.     

Melihat suasana hatinya yang sedang buruk, Wen Qiao membacakan dua paragraf dari Weibo untuk pria itu tetapi usaha itu tidak membantu membuatnya lebih baik.     

Kemarahan tuan muda itu terpendam di hatinya dan tidak tahu bagaimana caranya untuk melampiaskan kemarahan itu.     

Dia tampaknya sangat menghormati Bibi Qin sehingga semua orang memblokir pintu dan tidak bisa mengusir mereka.     

Tiga macam masakan dan satu sup sudah dihidangkan di meja dengan cepat, dan Wen Qiao menemani Fu Nanli menikmati beberapa hidangan itu.     

Setelah makan beberapa suap, Fu Nanli meletakkan sumpitnya.     

"Setelah makan, Bibi Qin bisa kembali."     

Paman Li, "Kalau begitu kami juga akan mengantar Nona Xiao Qiao untuk pulang ke rumahnya."     

Setelah selesai bicara, Paman Li melirik ke arah Wen Qiao.     

Wen Qiao memandang Fu Nanli, dan pria itu duduk di kursi utama. Tidak tahu mengapa, Wen Qiao bisa melihat kesepian di mata kekasihnya itu.     

Pria itu ingin dia tinggal.     

Dia mengetahui pikiran pria itu.     

Dia tidak melakukan apa-apa, dan dia ingin menemaninya.     

Hak untuk memilih kini berada di tangannya.     

"Terima kasih Paman Li, Anda tidak perlu repot mengantar saya pulang, saya bisa pulang sendiri."     

Mata Fu Nanli kembali berubah lembut setelah mendengar itu..     

Paman Li dengan perasaan canggung, "Baiklah kalau begitu. Tuan Muda, Bibi Qin dan saya permisi pulang dulu."     

Fu Nanli berkata dengan acuh tak acuh, "Kalian jangan datang lagi kesini, tanpa kalian disini, aku tidak akan mati kelaparan."     

Paman Li dan Bibi Qin lalu pergi dengan panik, mereka kemudian keluar dan menghela nafas bersama.     

Bibi Qin bergumam dengan suara rendah, "Gadis kecil itu benar-benar cantik, dan dia terlihat patuh, penampilannya juga memikat. Tuan Muda bisa jatuh di dalam pelukannya merupakan hal yang wajar."     

Paman Li berkata dengan tidak berdaya, "Siapa yang bilang bukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.