Dia Hanya Mengingatku

Penerbangan Perdana



Penerbangan Perdana

0Wen Qiao meminum secangkir kopi sambil duduk di sofa, karena merasa bosan dia bangkit berdiri dan berjalan-jalan. Pandangannya jatuh pada sebuah bingkai foto yang terpajang di atas meja yang membelakangi dirinya. Dia berjalan memutar dan berdiri di depan meja. Dia terkejut saat melihat sosok yang ada di bingkai foto itu.     

Fotonya.     

Pria itu tak hanya mempercayai bahwa dia adalah kekasihnya, pria itu juga sudah memperlakukannya dengan baik.     

Wen Qiao lalu duduk di kursi sambil mengusap fotonya yang terpajang di meja.     

Semua orang mengatakan bahwa Fu Nanli adalah orang yang susah didekati, tetapi sikap pria itu terhadap dirinya sangat baik.     

Dia berusaha memperlakukan pria itu dengan baik untuk menebus rasa bersalahnya.     

Sebenarnya inspeksi mesin bisa dilakukan oleh co-pilot saja, namun pria itu memilih untuk memeriksanya sendiri agar dia bisa melihatnya.     

Wen Qiao melihat Fu Nanli dari teleskop di pintu keberangkatan nomor 85.     

Kru pesawat berada disampingnya untuk menemani Wen Qiao selama di ruang tunggu.     

"Apakah Nona Wen sedang melihat Kapten Fu?"     

"Iya." Jawabnya sambil tersenyum.     

Zhuang Yan berjalan melewati punggung Wen Qiao, dia tak menduga bisa berada di bandara dan jam keberangkatan yang sama dengan gadis itu, hanya berbeda di negara tujuan.     

Dia masih tetap memutuskan menemani Fu Nanli terbang ke Jerman.     

Bibirnya terkatup, dia mengulurkan tangannya untuk mengencangkan tali tas piano, dan menggertakkan giginya lalu berjalan melewatinya.     

Kali ini, Wen Qiao masih duduk di kelas bisnis, dan Zhao Yuan melayaninya sepanjang perjalanan, dan kadang-kadang dia masih bisa merasakan He Qian memandangnya dengan tatapan penuh arti.     

"Halo para penumpang, saya kapten penerbangan ini. Selamat datang di Dongchuan Airlines D1005 dengan rute penerbangan Kota Haicheng menuju ke Munich..."     

Suara Fu Nanli yang dewasa dan seksi mulai terdengar, Wen Qiao tersenyum mendengar suaranya yang bagus.     

"Perkiraan lama perjalanan sepuluh jam…"     

"Sebentar lagi kita akan lepas landas, sekarang awak kabin akan melakukan pemeriksaan keamanan."     

Di dalam cockpit, Xu Shen melaporkan,      

"Radar cuaca sudah dimatikan."     

"Turunkan pegangan roda pendaratan."     

"Kedua wiper sudah dimatikan."     

Fu Nanli memperhatikan jam dinding, lalu dengan suara yang dalam berkata, "Periksa tombol pemadam kebakaran, tali penyelamat dan juga circuit breaker."     

"Semua dalam kondisi tertutup, Kapten yang terhormat." Jawab Xu Shen.     

Fu Nanli melirik ke arah Xu Shen, "Jangan senyum-senyum."     

Xu Shen mengusap tangannya, "Kapten Fu akhirnya bisa bertugas kembali. Saya paling nyaman bekerja dengan Anda."     

Fu Nanli memakai kacamata hitamnya, lalu berkata, "Menara pengawas, D1005 dari Kota Haicheng izin lepas landas."     

Menara Pengawas, "D1005 dari Kota Haicheng, silahkan lepas landas, landasan pacu 02 berada di kiri, dan kecepatan angin 30 km."     

Sepanjang perjalanan, Wen Qiao tidur, bangun untuk makan di pesawat, lalu tidur lagi, dan tibalah di Munich.     

Pesawat mendarat dengan mulus, dan Wen Qiao menunggu pria di cockpit keluar.     

Xu Shen yang keluar lebih dulu dan memijat matanya sambil melihat Wen Qiao, "Kapten sedang berbicara dengan petugas Otoritas Transportasi, mohon ditunggu sebentar."     

Sekitar lima menit kemudian, Fu Nanli keluar. Dia mengenakan seragam kapten dan topi. Dia berjalan ke arahnya sambil menundukkan kepalanya dan berbicara dengan kru dalam bahasa Jerman.     

Akhirnya, setelah berbicara, para kru kemudian meninggalkan kabin, sekarang hanya menyisakan mereka berdua di kabin besar.     

Wen Qiao berjalan mendekat dan dengan ramah membantu Fu Nanli dan memijat bahunya, "Tuan Kapten pasti sudah lelah ya, aku bantu pijat ya."     

Gadis itu berdiri di belakangnya dan membantunya memijat punggung dan bahunya. Fu Nanli lalu meraih tangannya dan memintanya untuk memeluk pinggangnya dari belakang, dan berjalan keluar bersamanya, "Aku tidak lelah."     

Wen Qiao harus menjinjit agar bisa menyandarkan dagunya di bahu pria itu.     

"Kamu sangat tinggi ya, kira-kira 188 cm?".     

"Iya, tinggi badanku 188cm."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.