Dia Hanya Mengingatku

Berjuang Untuk Meyakinkan



Berjuang Untuk Meyakinkan

0Wen Qiao menggertakkan gigi dan berkata, "Meskipun Wen Chi dan Gong Lin sama-sama menderita PTSD, kondisi mereka berdua berbeda. Gong Lin tidak menerima perawatan, sedangkan Wen Chi telah menerima perawatan. Psikiaternya adalah psikolog dalam negeri yang terkenal, yaitu Dr. Chen Yanfei, beliau dapat maju untuk bersaksi bahwa adik saya dan kondisi Wen Chi saat ini tidak ada indikasi untuk bisa menyakiti orang."     

Sekretaris itu tampak tidak memperdulikan penjelasannya, "Mohon maaf, meskipun hanya ada satu persen kemungkinan, kami tidak bisa membiarkan risiko seperti itu ada di lingkungan sekolah ini."     

Wen Qiao tidak sabar, "Apakah kalian pernah belajar tentang TSD? Apakah Kalian tahu gangguan jiwa macam apa ini?"     

"Kami tidak perlu mengerti."     

Nada bicara sekretaris terdengar sopan dan cuek.     

Pihak sekolah hanya ingin menghentikan kerugian tanpa memperdulikan perasaan orang lain.     

Seperti inilah keadaan dunia saat ini.     

"Kalian tidak boleh menilai secara subjektif, tetapi harus memahami dulu seperti apa penyakit ini."     

"Apakah anda kakaknya Wen Chi?" Sekretaris dengan tegas menyelanya, "Kami tidak membutuhkan anda untuk mengajari kami cara mengelola sekolah. Kami telah menangani semua prosedur untuk keluar sekolah ini untuknya. Kami sudah berbaik hati karena belum memberitahu media mana pun untuk hal ini. Saya percaya bahkan jika ada pemungutan suara di Internet, sebagian besar orang pasti mendukungnya untuk berhenti dari sekolah."     

Dalam hal ini, Wen Qiao tidak bisa berbuat apa-apa selain menarik Wen Chi yang berkata, Ya sudah, berhenti sekolah saja, kita pergi dari sini. Tetapi, demi masa depan adiknya, Wen Qiao harus menahan amarahnya.     

Dia membungkuk kepada kepala sekolah dan sekretaris, "Saya ingin bertanya bagaimana cara agar adik saya bisa tetap bersekolah disini? Dia benar-benar sudah tidak memiliki indikasi bisa menyakiti orang. Jika Anda membutuhkan bukti surat keterangan dokter, saya akan memberikannya."     

Wen Chi tidak bisa menahannya lagi, dan meraih Wen Qiao, "Ayo pergi."     

Meskipun dia berhenti sekolah, dia tidak tahan dengan kerendahan hati saudara perempuannya memohon kepada para pemimpin yang berdarah dingin seperti ini.     

Wen Qiao diseret keluar oleh Wen Chi.     

Di pintu belakang sekolah, di bawah pohon phoenix dan disinari oleh cahaya matahari terbenam, terlihat Wen Qiao yang pikirannya sedang kosong.     

"Kamu tidak berkelahi dengan mereka barusan, kan?"     

Wajah Wen Chi muram, dan dia menendang pohon, "Aku hanya berargumen. Jika mereka menganggapnya sebagai berkelahi, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."     

"Apakah ada keinginan untuk memukul mereka saat itu?"     

Wen Chi mengangguk, "Ada, mereka terlalu murahan, bukankah begitu? tapi aku bisa mengendalikan emosiku."     

Wen Qiao menghela nafas dan melihat ke gerbang sekolah.     

Xia Bai dan Ding Hai khawatir, "Kak Qiao, bagaimana? Apakah kakak akan membiarkan kakak Chi berhenti sekolah atau mau mencari sekolah lain."     

Wen Qiao mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya.     

Antara SMP dan SMA di kota ini semuanya saling terhubung. Masalah tentang pihak sekolah yang meminta Wen Chi berhenti sekolah juga pasti sudah didengar oleh kepala sekolah di sekolah lain, selain itu mereka juga pasti akan tahu jika Wen Chi dikeluarkan karena penyakit gangguan jiwa yang dideritanya. Buat apa mereka harus mencari masalah lagi.     

Wen Qiao kesal, "Tunggu Xiao Mo selesai sekolah, kita akan pulang bersama."     

Mereka menunggu hingga pukul setengah lima, Wen Mo selesai dari sekolah, dan melihat beberapa orang berwajah serius tanpa dia tahu alasannya.     

Wen Qiao tidak menyembunyikan apa pun darinya, jadi dia memberitahu dia tentang masalah Wen Chi. Wen Mo merasa cemas, dan memegang tangan Wen Qiao dengan erat.     

Ketika Wen Chi masih di bersekolah disini, dia dapat melindungi Wen Mo. Jika saudaranya itu pergi, dia pasti tidak akan seaman dulu.     

Wen Qiao tahu itu.     

Demi kedua adik laki-lakinya,      

Dia harus berjuang untuk meyakinkan sekolah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.