Dia Hanya Mengingatku

Pembalasan Dendam



Pembalasan Dendam

0Pukul setengah enam sore, Xu Lu berpisah dengan Zhang Tong, taksi yang dipesan sudah menunggu di belakang sekolah, dia naik ke dalam taksi dengan suasana hati yang bahagia.     

Berita tentang perusahaan Fu yang telah membeli SMA 9 belum tersebar luas. Berita yang ia temukan di internet adalah unggahan yang ditulis oleh internet ghost writer mengenai siswa yang memiliki gangguan jiwa bersikeras ingin melanjutkan sekolah, meskipun tidak disebutkan siapa nama siswa itu, tapi sudah sangat jelas unggahannya menunjuk pada Wen Chi.     

Pengaruh mereka di media sosial sangat besar.     

Wen Qiao pun dibuat tidak berdaya.     

Xu Lu menghembuskan napas lega, dia mulai membayar kekalahannya sebelumnya.     

Taksi berhenti di toko piano seperti biasa, setelah membayar uang taksi lalu dia turun, masuk ke toko biola dan melihat biola yang harganya empat puluh ribu yuan. Sekarang uang empat puluh ribu yuan adalah angka yang sangat berharga baginya.     

Paman Wen sudah tidak memberinya uang saku, beberapa waktu yang lalu dia juga sudah menghabiskan banyak uang untuk mempromosikan lagu single-nya, dia merasa sungkan jika harus meminta uang lagi ke ibunya.     

Dia akan mencobanya lagi lain waktu. Sementara ini, dia hanya bisa melihat-lihat ke toko piano itu tiap minggu selesai pulang sekolah.     

Keluar dari pintu toko, dia berjalan menuju ke perumahan.     

Perumahan di daerah elit ini memiliki gerbang masuk yang terpisah dengan daerah lain, Privasi penghuni perumahan ini terjaga dengan baik. Di daerah perumahan elit ini juga terdapat beberapa vila yang difungsikan sebagai tempat penginapan untuk wisatawan kaya beserta anak-anaknya ketika liburan musim panas dan musim dingin tiba, kecuali pada hari biasa.     

Di tengah suasana sekitar yang sunyi, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang dari arah belakangnya. Dia menengok ke belakang dan melihat Wen Qiao berjalan mengikutinya, kedua kakinya langsung terasa lemas. Wen Qiao masih belum berbuat apa-apa tapi dirinya sudah terkulai jatuh ke tanah.     

Wen Qiao mendekatinya dan berkata sambil setengah berlutut, "Xu Lu, kenapa kamu panik?"     

"Aa..aku tidak panik."     

"Bagaimana mungkin kamu tidak panik? Kamu yang mengirimkan email tanpa nama ke SMA 9, agar mereka mengeluarkan adik laki-lakiku dari sekolah itu."     

Xu Lu mau menjawab, tetapi Wen Qiao tertawa, "Sudah jangan mengelak, aku sudah menyelidiki dan menemukan bahwa kamulah pelakunya."     

Xu Lu melangkah mundur, "Memangnya apa yang kuperbuat ini salah? Adikmu memiliki gangguan jiwa yang sama seperti siswa gila yang sudah melukai temannya itu."     

Sebuah tamparan mendarat tepat di wajah Xu Lu hingga telinganya berdenging.     

"Kamu tidak tahu apa-apa, maka aku yang akan memberitahumu, nama penyakitnya adalah TSD. Setelah trauma yang dialaminya, dia sudah menjalani serangkaian terapi obat dan sekarang sudah tidak ada indikasi bisa menyerang maupun melukai orang. Apa aku bodoh tidak menyadari bahwa kamu melakukan ini sebenarnya untuk kebaikan murid-murid sekolah atau hanya untuk balas dendam kepadaku?"     

"Kamu jangan menuduhku yang bukan-bukan."     

Wen Qiao menekan lehernya, "Apa kamu sudah melupakan apa yang sudah kukatakan padamu dulu?"     

Xu Lu gemetar, "Jangan berbuat seenaknya."     

Wen Qiao tersenyum, tetapi senyumnya itu membuat Xu Lu merasa ketakutan.     

Tinjunya datang begitu cepat dan tiba-tiba, dan langsung mengenai tulang hidungnya.     

Xu Lu menjerit kesakitan.     

Wen Qiao memberinya satu kali pukulan, dan dirasanya cukup satu pukulan saja.     

Xu Lu sangat kesakitan sehingga dia merasa batang hidungnya patah. Dia menggertakkan giginya dan menatap Wen Qiao, "Jangan berpikir kamu bisa lolos."     

Wen Qiao lalu bangkit, menepuk kedua tangannya dari debu dan tersenyum, "Kamu coba saja, kali ini hidungmu yang patah, kalau kamu masih mengulangi perbuatanmu lagi, lain kali giliran jarimu yang akan patah, jadi kamu tidak akan bisa bermain piano lagi."     

Setelah selesai berbicara, dia pergi meninggalkan Xu Lu.     

Xu Lu mendongak dan melihat ada CCTV di beberapa pintu rumah.     

Wen Qiao, habislah riwayatmu!     

Dia merasakan kesakitan di bagian tulang hidungnya, dan pulang ke rumahnya dengan menahan rasa sakit. Sesampainya di rumah, dia meminta ibunya untuk membawanya ke rumah sakit.     

Pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan, dan hasilnya ada patah tulang di bagian batang hidung.     

Xu Lu hampir pingsan, "Apa yang harus dilakukan dengan patah tulang ini?"     

"Harus dilakukan operasi."     

"Artinya hidung saya harus di perban dalam waktu yang cukup lama?"     

"Prosedurnya harus seperti itu, apakah Anda tidak mau operasi?"     

Xu Lu merasa sudah hampir gila. Wen Qiao sudah berbuat sangat kejam telah membuatnya cacat. Dia menjadi tidak bisa berpartisipasi di dalam pertunjukkan sekolah untuk waktu yang lama. Wen Qiao benar-benar orang yang kejam.     

Dia akan membalas perbuatan yang sudah dilakukan Wen Qiao kepadanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.