Dia Hanya Mengingatku

Akan Kembali Tepat Waktu



Akan Kembali Tepat Waktu

0Setelah Fu Nanli pulang, Wen Qiao harus segera bertemu dengannya, kalau tidak, pria itu akan langsung menuju ke Kota Shaocheng untuk merayakan ulang tahun neneknya.     

Keesokan harinya, Wen Qiao dan yang lainnya berlatih di gedung musik tradisional. Karena tidak ada kelas di sore hari, mereka semua berkumpul di sana.     

Karena fokus latihan, Wen Qiao tidak menyentuh ponselnya.     

Sampai malam, Wen Qiao mengambil ponsel dan dia melihat ada tiga panggilan tidak terjawab dan pesan WeChat, semuanya dari Fu Nanli pada jam empat sore.     

Wen Qiao buru-buru membuka pesan WeChat. Setelah turun dari pesawat, nenekku menghubungiku dan memintaku cepat kesana. Jadi aku dan Ji Xianzheng langsung menuju ke Kota Shaocheng. Kita bertemu lagi ketika aku sudah kembali.     

Tangan Wen Qiao gemetar.     

Apakah menunda bertemu dengan pria itu selama beberapa hari bukan masalah besar baginya?     

Tapi bagi Wen Qiao ini adalah masalah yang besar. Hari ini hari kedelapan dia tidak bertemu dengan pria itu, hanya tersisa lima hari lagi, dan dia sudah merasa terancam.     

Dia buru-buru mengirim pesan ke Fu Nanli. Berapa hari kamu berada di Kota Shaocheng?     

Tak menunggu lama, dia menerima balasan dari Fu Nanli, tiga hari.     

Wen Qiao sedikit lega, tiga hari masih waktu yang aman.     

Setelah tiga hari itu, kamu sudah harus pulang, aku sudah merindukanmu.     

Di malam hari, Fu Nanli dan Ji Xianzheng duduk di barisan belakang, dalam cahaya redup, Ji Xianzheng secara tidak sengaja melihat chat antara Fu Nanli dan Wen Qiao lalu mengangkat alisnya, "Kalian lengket sekali."     

Fu Nanli tidak menggubris Ji Xianzheng dan tetap fokus membalas pesan Wen Qiao, aku akan kembali tepat waktu.     

Fu Nanli kemudian meletakkan ponselnya, Ji Xianzheng masih menatapnya, dan Fu Nanli protes, "Apa yang kamu lihat?"     

Ji Xianzheng tertawa, "Aku hanya tidak menyangka gaya pacaranmu ternyata seperti ini."     

"Gaya seperti apa?"     

"Gaya pacaran yang menunjukkan bahwa kamu mencintai gadis kecil itu tanpa batas."     

"Benarkah? Aku merasa tidak seperti itu."     

"Aku dengar kamu membeli SMA 9, padahal keuntungan yang didapat dari pembelian itu tidak begitu besar."     

"Anggap saja itu untuk berbuat amal dan meningkatkan reputasi di mata masyarakat, ini akan berguna untuk mendukung bisnis kita yang lain. Bukankah begitu?"     

" Kamu bukanlah orang yang suka berbuat amal."     

"Dulu iya, tetapi sekarang aku sudah berubah."     

Ji Xianzheng menyalakan sebatang rokok, perlahan mengeluarkan semburan asap, "Bagaimana kamu akan mengatasi masalah yang terjadi dengan Fu Jiang?"     

Fu Nanli bersandar di sandaran kursi dan menaikan alisnya, "Di dalam keluarga Fu tidak hanya Fu Jiang yang menginginkan Tianhuan. Tidak perlu mengkhawatirkan masalah Fu Jiang, masih ada hal lain yang perlu di khawatirkan, hal yang lebih berbahaya yang kita tidak tahu."     

"Selalu ada jalan keluar dari suatu masalah, jangan terlalu khawatir."     

Mata Fu Nanli sedikit terkulai, dan dia memiliki seseorang yang harus ia lindungi dan menjadi titik lemahnya, mau tidak mau dia merasa khawatir.     

Kota Shaocheng terletak di selatan Kota Haicheng, Neneknya yang bernama Shancheng memiliki sebuah villa di pegunungan, dan pesta ulang tahunnya diadakan di pegunungan.     

Villa itu memiliki kebun yang mengambil gaya Tiongkok, memiliki pemandangan yang indah dan elegan, tetapi satu-satunya yang kurang adalah sinyal disini tidak terlalu bagus.     

Neneknya yang sudah berusia delapan puluh tahun ini, rambutnya beruban, memiliki karakter yang anggun, dan wajahnya terlihat ramah dan baik. Di antara cucu-cucunya, Fu Nanli adalah cucu yang paling dia sayang. Bagaimanapun, Fu Nanli adalah satu-satunya yang mewarisi pemikiran yang dimiliki kakeknya.     

Melihat Fu Nanli, wanita tua itu tidak bisa menahan diri untuk memanggilnya, "Nanli, kemarilah."     

Fu Nanli berjalan ke wanita tua itu dan memberikan kotak beludru merah di tangannya, "Nenek, ini hadiah ulang tahun untukmu."     

Wanita tua itu membuka kotak itu dan terlihat bahagia, "Darimana kamu mendapatkannya?     

Sebuah gelang emas yang terlihat biasa-biasa saja.     

Wanita tua itu sangat bersemangat karena gelang emas ini adalah mahar pernikahannya dulu.     

Wanita tua itu lahir di Republik Tiongkok dan merupakan keluarga kaya dan berpengaruh di Kota Shaocheng. Pengerjaan gelang emas ini sangat rumit. Setelah dia menikah dengan keluarga Ye, dia kehilangan gelangnya setelah beberapa kali gelang ini berpindah tangan.     

"Saya menemukan seorang pengrajin yang sudah senior dan berpengalaman, dia membuat gelang ini sama persis seperti contoh foto yang kuberikan padanya."     

Wanita tua itu meneteskan air mata, "Kamu perhatian sekali."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.