Dia Hanya Mengingatku

Seluruh Anggota Keluargaku Orang Yang Berbakat



Seluruh Anggota Keluargaku Orang Yang Berbakat

0Zhong Hui berkata dengan nada yang merendahkan Su Yun, "Iya, mamamu sudah tidak menyukai Jianmin, karena dia berhubungan dengan banyak pria, dan seleranya juga buruk."     

'Plak!' sebuah tamparan keras yang sudah lama ditahan oleh Wen Qiao akhirnya mendarat di wajah Zhong Hui.     

Wen Qiao mengibaskan tangannya, "Aku lihat kamu menginginkan tamparanku, aku kabulkan keinginanmu."     

Zhong Hui menutupi wajahnya sambil meringis, "Bagaimanapun juga aku adalah orang tua, tidak peduli apa yang kukatakan. Kamu sudah berani menampar orang tua. Su Yun, kalian sekeluarga benar-benar tidak memiliki sopan santun."     

Wen Chi berkata, "Kakak perempuan saya diterima di Universitas Pusat Musik dengan nilai tertinggi, adikku telah menjuarai olimpiade matematika. Mama adalah orang yang baik dan sederhana, kami sekeluarga merupakan keluarga yang baik-baik dan berbakat. Sebutan tidak memiliki sopan santun itu lebih cocok diberikan untuk keluarga kalian."     

Wen Qiao memandang Wen Chi dengan lega.     

Anak ini tidak hanya berhenti menyelesaikan masalah dengan kekerasan, tetapi kata-katanya menusuk hati. Anak muda satu ini sudah pintar.     

Zhong Hui sebenarnya sudah merasa kedinginan luar biasa dan tak tertahankan, dinginnya air yang diguyur oleh Wen Qiao sungguh terasa di lehernya. Jika dia terus berada disini, dia bisa jatuh sakit.     

Lagipula, kedua kakak beradik ini sama-sama bermulut tajam. Dia tidak bisa berdebat maupun memukul mereka, jika dilanjutkan, maka yang dirugikan adalah dirinya sendiri. Awalnya dia berani masuk ke sini, karena dia hanya melihat ada Su Yun dan Wen Mo di rumah, dia tak menyangka ternyata kedua kakak beradik ini sudah pulang.     

Zhong Hui berkata sambil menunjuk ke arah mereka sekeluarga, "Dasar keluarga bandit yang tidak tahu malu."     

Setelah selesai berbicara, dia pergi dengan tergesa-gesa.     

Baru setelah Zhong Hui pergi, Wen Qiao menoleh untuk melihat ibunya, "Apakah dia mengatakan banyak hal yang menyakiti hati mama sebelum kami kembali?"     

Su Yun tersenyum dan berkata, "Aku berdebat dengannya hanya beberapa patah kata saja, setelah itu kamu datang dan menggantikan mama berdebat dengannya."     

Wen Qiao terkejut, "Mama melawannya?"     

"Iya."     

Wen Qiao senang melihat ibunya yang baik hati, ternyata bisa melawan orang lain.     

"Kamu...ada apa dengan mulutmu?"     

Wen Qiao menghela nafas dalam hatinya, "Mama mungkin tidak percaya. Aku mengambil stapler untuk main, tidak disangka, masih ada stapler di dalamnya, jadi tidak sengaja melukai mulutku."     

Wen Chi hanya bisa menatap kakaknya yang sedang berbohong.     

Su Yun tampak khawatir, "Kamu sudah bukan anak kecil lagi, mengapa kamu masih nakal?"     

"Iya, iya, lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi."     

Wen Chi merentangkan tangannya, Ibunya gampang sekali dibohongi.     

Di benak Su Yun, anak-anaknya masih muda, mereka tidak mungkin membohonginya dan tidak pernah menyangka bahwa putrinya sudah berpacaran.     

Karena itu, dia percaya saja dengan apa yang dikatakan oleh Wen Qiao.     

Zhong Hui bergegas kembali. Dia masih memiliki gejala flu. Bagaimanapun, saat ini adalah akhir November yang memiliki suhu sangat rendah di malam hari dan juga tadi dia disiram dengan air dingin. Dia menatap pakaiannya basah kuyup lalu bergegas pulang, tanpa menyadari bahwa dia sudah merasa kedinginan dalam waktu yang lama.     

Dia sudah bersin beberapa kali. Kemudian Bibi Rong yang adalah seorang pembantu bertanya kepadanya, "Nyonya, saya buatkan teh jahe."     

Zhong Hui tidak ingin bertemu dengan siapa pun saat ini, dan merasa bahwa Bibi Rong selalu berpihak kepada Su Yun dan keluarganya. Dia memelototinya, "Pergilah, apa kamu tidak lihat saya sedang kesal?"     

Bibi Rong hanya bisa keluar dari ruang tamu.     

Setelah beberapa saat, Wen Jianmin kembali, tetapi Zhong Hui tidak diliputi oleh kemarahan, tetapi nadanya lembut, "Jianmin, kudengar kamu pergi ke rumah Su Yun."     

Wen Jianmin mengerutkan kening, "Jangan campuri urusanku. Kamu cukup urus segala urusan di dalam keluarga ini saja."     

Wen Jianmin adalah seorang pria yang memiliki ideologi bahwa pria lebih unggul dibandingkan wanita, sehingga menurutnya, tugas seorang istri hanyalah mengurus suami dan anak, tidak boleh ikut campur urusan pekerjaan suami.     

"Tapi...tapi untuk apa kamu kesana? Bukankah kalian semua sudah menandatangani surat perjanjian untuk memutuskan hubungan? Keluarga itu semuanya serakah, bukankah sikapmu ini justru memberi harapan kepada mereka?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.