Dia Hanya Mengingatku

Teriakan di Rooftop



Teriakan di Rooftop

0Setelah Li Fang pergi, Fu Nanli menyalakan rokok sambil berdiri di depan jendela, sorot matanya menyimpan banyak rahasia.     

"Gadis pembohong." Fu Nanli bergumam dengan nada tak berdaya, tetapi anehnya, dia juga merasakan perasaan sayang terhadap gadis itu.     

Dia menyuruh Pak Hu untuk menjemput gadis itu di depan gang rumahnya, kemudian menuju ke Xiao Tang Shan untuk makan bersama.     

Fu Nanli memandangi gadis yang ada di sebelahnya, gadis itu memiliki kulit yang putih dan halus serta memiliki leher yang panjang. Karena kulitnya yang terlalu putih, pembuluh darah yang ada di leher dapat terlihat dengan jelas. Dia ingin menggigit lehernya dan memarahinya karena memiliki nyali yang besar sekali untuk membohonginya.     

Di hatinya masih ada sesuatu yang mengganjal, dia membelai kepala gadis itu dan bertanya kepadanya, "Kamu pernah bilang kita dulu pertama kali bertemu dimana?"     

Wen Qiao mengerang dalam hatinya dan menatap pria itu dengan gugup, "Kamu...kenapa kamu menanyakannya?"     

Fu Nanli menyandarkan sikunya di sandaran kursi, memainkan rambut di bahunya, "Aku hanya bertanya."     

Wen Qiao dengan hati-hati berkata, "Apakah kamu...apakah ingatanmu sudah pulih baru-baru ini?"     

Fu Nanli menutup matanya dengan perlahan, dan kemudian dengan serius berkata, "Tidak."     

Wen Qiao tidak tahu apakah harus bernapas lega atau justru menjadi cemas. Dia hanya bisa terus mengatakan kebohongan yang telah lama digunakannya, "Pada saat itu, hari sedang hujan, aku sedang berjalan di pinggir jalan, dan mobilmu melaju dengan kecepatan tinggi dan mencipratkan air ke sekujur tubuhku, aku mengejar mobilmu dan memintamu untuk memberi alasan."     

Fu Nanli mengangkat alisnya sedikit, "Lalu pada saat itu aku mulai jatuh cinta padamu pada pandangan pertama, bukan?"     

Wen Qiao berkata tanpa malu, "Seharusnya begitu."     

Mengapa dia harus dihadapkan pada situasi untuk berbohong lagi?     

Situasi ini membuatnya berada di posisi sulit.     

Dia menatap Fu Nanli lagi, pria itu membalasnya dengan senyuman dan Wen Qiao menyentuh lehernya, "Mengapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini?"     

"Karena aku tidak mengingat saat-saat pertama kali kita bertemu, kamu pernah memberitahuku tetapi aku sudah lupa, jadi aku menanyakannya padamu sekali lagi."     

Entah kenapa, Wen Qiao melihat ekspresi Fu Nanli seperti seolah pria itu sedang mengatakan aku sudah mengetahui semua yang kamu katakan adalah omong kosong.     

Seharusnya dia terlalu berprasangka buruk. Jika ingatan orang seperti Fu Nanli benar-benar pulih kembali, bagaimana mungkin dia bisa berpura-pura mencintainya? Melihat betapa besar kekuasaannya, sangat mudah baginya mengeluarkan perintah untuk membuat Wen Qiao pergi dari hidup pria itu selamanya.     

Di ujian akhir semester Universitas Pusat Musik, sekelompok mahasiswa diberikan tugas untuk berkumpul di depan gedung penelitian sekolah. Setiap mahasiswa diminta naik ke rooftop untuk meneriakkan harapannya untuk tahun yang akan datang atau kesusahan yang sudah mereka alami selama setahun ini atau apapun yang ingin dia katakan.     

Hari ini adalah giliran mahasiswa tahun pertama yang berteriak.     

Lu Youyou meraih lengan Wen Qiao dan bertanya kepadanya, "Apa yang ingin kamu teriakkan nanti?"     

Wen Qiao mengangkat bahu, "Aku akan teriak jurusan musik tradisional semakin hari semakin baik saja, deh."     

Ekspresi Lu Youyou cemberut, "Menurutku itu terlalu resmi."     

"Lalu apa yang akan kamu teriakkan?" Sahut Lu Youyou.     

Lu Youyou berkata sambil tersenyum, "Aku harap di tahun depan, aku bisa memiliki seorang kekasih."     

Xu Lu masih melanjutkan berteriak di rooftop, "Aku berharap di tahun yang baru, bisa membanggakan Universitas Pusat Musik, dan harapanku yang selanjutnya adalah Universitas Pusat Musik akan menjadi lebih baik lagi."     

Terdengar suara tepuk tangan dari lantai bawah.     

Xu Lu yang berada di rooftop, bisa melihat jelas dari atas, Zhuang Yan berada di belakang tak jauh dari tempat Wen Qiao berdiri. Pria itu sedang memandang ke arah Wen Qiao.     

Banyak orang yang bertepuk tangan untuknya, kecuali Zhuang Yan. Bagi pria itu, tidak ada yang lebih penting daripada seorang Wen Qiao.     

Setelah giliran Xu Lu selesai, beberapa mahasiswa juga naik ke atas dan mereka semua meneriakkan harapan mereka untuk memiliki seorang kekasih.     

Ketika mereka masih duduk di bangku SMA, ada larangan untuk berpacaran. Sekarang begitu masuk ke perguruan tinggi, tidak ada larangan berpacaran lagi. Usia dua puluh tahun, usia dimana mereka masih muda dan cantik, merupakan waktu yang terbaik untuk berpacaran.     

Sekarang giliran Zhuang Yan, dia mengenakan mantel kancing bermotif kotak-kotak berwarna coklat abu-abu, terlihat seperti tuan muda dari sekolah bangsawan di Eropa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.