Dia Hanya Mengingatku

Wen Qiao, Aku Percaya Kepadamu



Wen Qiao, Aku Percaya Kepadamu

0Rambut dan alis Wen Qiao tertutup dengan kepingan salju yang mencair, hidung dan pipinya merah karena kedinginan, dan kulit di sekujur tubuhnya membeku hingga memar. Tubuhnya tidak bisa berhenti gemetar di dalam pelukan pria itu dan dengan suara gemetar berkata, "Aku telah ditipu."     

Fu Nanli merangkul gadis yang hampir membeku itu sambil naik ke dalam mobil.     

Wen Qiao masuk kedalam mobil sambil berkata, "Aku tidak tahu mamamu juga datang kesana. Percayalah...percayalah kepadaku."      

Mereka sudah berada di dalam mobil, dan FuNanli berkata dengan tidak sabar, "Naikkan suhu pemanasnya."     

Wen Qiao masih gemetar karena kedinginan, "Aku sudah ditipu. Kukira kamu yang mengundangku. Aku tidak tahu jika mamamu juga datang. Kalau aku tahu mamamu datang, aku...aku tidak akan datang. Percayalah...percayalah kepadaku."     

Perasaan cemas dan kedinginan bercampur menjadi satu. Dia masih terus menjelaskan keadaan dengan tubuh yang gemetar hebat.     

Hati Fu Nanli sakit melihat akibat dari apa yang dia lakukan terhadap gadis ini. Perlakuan kasarnya di waktu lalu sudah membuat kekasihnya takut sampai berani menahan dingin demi tidak bertemu dengan ibunya.     

Wen Qiao melihat Fu Nanli tidak berbicara sedikit pun. Dia mengira pria itu marah dan tidak mempercayainya.     

"Aku tidak berbohong. Ada seorang pria beruban datang ke rumah dan memberiku gaun ini, dia memintaku pergi ke Xiao Tang Shan. Jika kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada adikku."     

Dia memeluk Wen Qiao dan dengan lembut, lalu menggosok lengannya yang dingin untuk menghangatkannya, dengan suara yang sangat lembut berkata, "Wen Qiao, aku percaya kepadamu...aku percaya."     

Wen Qiao sedikit menggigil di pelukannya.     

Fu Nanli melanjutkan perkataannya, "Aku tidak mengizinkan kamu bertemu dengan mereka, karena aku mengira kalian tidak cocok. Wen Qiao, di cuaca sedingin ini dan turun salju, meskipun ada mamaku disana, kamu juga tidak perlu sampai berbuat senekat ini."     

Apa yang dia lakukan sebelumnya sudah membuatnya takut.     

Nada bicara Wen Qiao masih menyalahkan diri sendiri, "Mengapa aku tidak menyadari hal ini? Selama ini kamu tidak pernah memberiku gaun untuk acara apapun, dan kamu sendiri yang biasanya datang untuk menjemputku."     

Dia terlalu lalai.     

Tangan Fu Nanli membelai punggung gadis yang sedang kedinginan itu dengan lembut, "Lain kali jangan berbuat seperti ini lagi. Tidak apa-apa jika kamu kebetulan bertemu dengan mamaku. Tidak perlu sampai menyalahkan diri sendiri."     

Wen Qiao beberapa kali bersin.     

Tadi dia sudah merasa tubuhnya membeku selama empat puluh lima menit, ketika dia mengira dia akan bernasib seperti kisah 'Gadis penjual korek api' yang masih menyimpan harapan ketika keadaan sudah sangat menghimpit, tiba-tiba Fu Nanli muncul selayaknya pahlawan.     

Pria itu selalu muncul setiap kali dia berada dalam kondisi berbahaya.     

Tetapi dia saat ini terserang flu.     

Fu Nanli bertanya kepadanya, "Kamu masih merasa kedinginan?"     

Pria itu membelai kulit tangan Wen Qiao yang masih dingin. Dia merasa sekujur tubuh gadis ini seperti batu es. Dia merasa sudah cukup lama menghangatkan gadis ini tetapi tubuhnya masih saja terasa dingin.     

"Tuan muda, kita kemana?" Tanya pak Hu.     

"Pergi ke apartemenku."     

Fu Nanli terus menggosok kulit Wen Qiao. Ketika mereka sudah sampai di kaki gunung, ada sebuah toko teh susu dan Fu Nanli menyuruh Pak Hu turun dari mobil untuk membeli secangkir minuman panas. Setelah memberinya beberapa teguk, Wen Qiao merasa sedikit lebih segar.     

Mobil melaju kencang dan berhenti di lantai bawah di apartemennya. Fu Nanli menggendong Wen Qiao keluar dari mobil. Tubuh gadis itu agak kaku, "Aku...aku bisa berjalan sendiri."     

Tumitnya sedikit terasa sakit karena memakai sepatu hak tinggi, tapi itu tidak mempengaruhinya untuk berjalan.     

Tapi pria itu bersikeras untuk menggendongnya sampai ke atas.     

Ada perapian di apartemennya yang biasanya tidak digunakan, tapi itu sangat berguna untuk saat ini. Pemanas itu pun dihidupkan. Fu Nanli menggendongnya sampai di kursi depan perapian, dan mengambil selimut tebal untuk menghangatkannya. Dia lalu pergi untuk membakar kayu di perapian lagi, gerakannya agak tergesa-gesa.     

Api di perapian dengan cepat menyala, dan Wen Qiao merasakan kehangatan mengalir di wajahnya. Fu Nanli menyingkirkan kotak korek api, menyentuh wajahnya, dan menyentuh tangannya lagi, "Duduklah."     

Fu Nanli kemudian Berbalik dan menuju dapur, Wen Qiao melihat melalui pegangan pintu dapur yang transparan.bahwa pria itu sedang sibuk. Setelah beberapa saat, dia berjalan mendekat ke arahnya lagi, "Aku buatkan teh jahe untukmu, sekitar setengah jam lagi sudah bisa kamu minum."     

Wen Qiao memeluk selimut di depannya dan mengangguk, "Iya."     

Fu Nanli duduk di sebelahnya, memegangi tangannya, dan akhirnya mendapati suhu tubuh gadis ini sudah kembali normal.     

Fu Nanli lalu menurunkan matanya dan melihat luka lecet memerah di tumitnya, dan menggenggam pergelangan kakinya, "Kenapa dengan tumitmu?"     

Wen Qiao merasa tenggorokannya menjadi serak dan batuk sebanyak dua kali, "Lecet karena memakai sepatu hak tinggi."     

Di luar jendela terlihat salju masih turun. Terdengar suara teh jahe yang mendidih di panci. Di depan perapian, Fu Nanli membawakan kotak obat, memegang pergelangan kaki gadis itu sambil mengoleskan obat.     

Wen Qiao merintih kesakitan, Fu Nanli memegangi pergelangan kaki gadis itu, "Jangan bergerak."     

"Seharusnya kamu segera menghubungiku ketika bertemu ibuku, bukan malah menerobos cuaca dingin tanpa memakai mantel. Apa kamu mengerti?"     

Sampai saat ini hatinya masih terasa sakit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.