Dia Hanya Mengingatku

Apakah Kamu Tidak Takut Mati Kedinginan?



Apakah Kamu Tidak Takut Mati Kedinginan?

0Pelayan itu berusaha mati-matian untuk menahan Wen Qiao, tetapi Wen Qiao mampu untuk mendorongnya menjauh, dia menarik ujung roknya, dan berlari keluar dengan tergesa-gesa.     

Wen Qiao ternyata tertipu.     

Ada seseorang yang telah mengetahui apabila Fu Nanli tidak menyukai dirinya bertemu dengan keluarga Fu Nanli, sehingga orang itu sengaja membuat rencana agar dia bisa datang kesini dan membuat Fu Nanli marah.     

Di luar sudah mulai turun hujan, dia hanya memakai gaun karena mantelnya masih dibawa oleh pelayan tadi.     

Dia mengulurkan tangannya untuk menggosok tubuhnya yang mulai merasa kedinginan dan berjalan menuruni gunung tanpa ada sedikitpun keraguan.     

Dia berjalan cukup cepat, pikirnya dalam waktu setengah jam dia pasti sudah berada di bawah, dan disana pasti ada taksi, lalu dia akan naik taksi untuk pulang ke rumahnya.     

Para tamu sudah lama datang. Suasana jalan setapak di tepi danau diterangi dengan lampu yang redup, dan hampir tidak ada mobil yang lewat. Angin dari barat laut sangat kencang dan berhembus dari atas kepalanya. Hanya dalam waktu dua atau tiga menit, dia membeku hingga tubuhnya menjadi kaku, telinganya terasa sakit, dan dia memegangi lengannya sembari berjalan tanpa ragu-ragu.     

Wen Qiao kurang berhati-hati sampai bisa tertipu seperti sekarang ini. Lain kali dia harus lebih berhati-hati lagi.     

Dia pikir bisa turun gunung dalam waktu setengah jam, tetapi ekspektasinya itu meleset. Dia tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi, sehingga dia tidak bisa berjalan cepat. Dia berjalan selangkah demi selangkah dengan tumit yang terasa sakit.     

Di resort Xiao Tang Shan, Fu Nanli sedang duduk santai di teras lantai dua. Di akhir tahun ini, ibunya memintanya untuk bertemu dengan beberapa rekan bisnis dari perusahaan Zhonghuan.     

Fu Cheng datang dengan segelas anggur dan bersandar di pagar teras, "Di mana Xiao Wen?"     

Fu Nanli meliriknya, "Aku tidak ingin dia datang kesini."     

Fu Cheng menyesap sampanye dan melihat sekeliling, "Sepertinya aku baru saja melihatnya, dia mengenakan gaun berwarna merah, dan sangat menarik perhatian."     

Fu Nanli sedikit mengernyitkan dahinya, "Kamu mungkin sedang salah melihat orang, dia tidak datang kesini."     

Jari telunjuk Fu Cheng diletakkan di pelipisnya, "Seharusnya aku tidak salah melihat orang. Tidak mungkin ada wanita yang secantik Wen Qiao di Xiao Tang Shan ini."     

Fu Nanli segera bangkit berdiri, "Di mana kamu melihatnya?"     

"Dia tadi melewati jembatan di depan resort, setelah itu aku tidak melihatnya lagi."     

"Kapan kamu melihatnya?"     

"Sekitar setengah jam yang lalu. Kukira dia datang kesini bersamamu."     

Fu Nanli buru-buru keluar, mengambil mantelnya di depan ruang perjamuan. Dia memanggil Pak Hu dan pergi mencari gadis itu.     

Salju turun dengan lebat di luar, dan dia masuk ke mobil sambil menghubungi Wen Qiao.     

Jari-jari Wen Qiao agak kaku karena kedinginan. Samar-samar dia mendengar bunyi ponsel di tas nya, dia segara membuka tasnya. Dia membuka ponselnya dan ternyata Fu Nanli yang sedang menghubungi dirinya, lalu dengan cepat dia mengangkatnya dengan suara bergetar, "Halo..."     

"Kamu di mana?"     

Wen Qiao menggosok lengannya yang mati rasa, dia tidak ingin memberitahunya, dia taut pria itu mengira dirinya melanggar janjinya untuk tidak bertemu dengan ibunya lagi.     

"Aku... aku ada di rumah."     

"Wen Qiao, apakah kamu sedang berada di Xiao Tang Shan? Kemana kamu pergi? apakah kamu sudah turun gunung? Ķirimi aku titik lokasimu sekarang juga dan tetaplah disana, jangan kemana-mana."     

Fu Nanli menutup teleponnya. Wen Qiao dengan gemetar mengirimkan titik lokasinya kepada Fu Nanli.     

Fu Nanli melihat posisi gadis itu berada di lereng gunung Xiao Tang Shan, dan segera memerintahkan pak Hu untuk pergi ke sana.     

Sepuluh menit kemudian, di tengah turunnya hujan es, Fu Nanli melihat Wen Qiao yang memakai gaun merah bagaikan pemandangan yang indah di dunia dongeng itu dengan hati teriris-iris.     

Kepingan es berjatuhan di bawah lampu mobil, gadis itu berdiri dengan kedinginan di tengah hembusan angin musim dingin, hati Fu Nanli terasa sakit melihatnya dan langsung membuka pintu mobil tanpa menunggu mobil berhenti.     

Dia melepas mantelnya, dan mengenakannya di tubuh gadis itu. Dia memeluk Wen Qiao sambil menggertakkan gigi, katanya, "Wen Qiao, apa kamu tidak takut mati kedinginan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.