Dia Hanya Mengingatku

Kompetisi Klub Diretas



Kompetisi Klub Diretas

Wen Chi berkata dengan penuh semangat dan percaya diri, "Biarlah kemampuanku yang akan membuktikan bahwa apa yang sudah dia katakan adalah salah."      

Xia Bai dan Ding Hai sangat gemas dan berkata, "Jika dia tidak mampu mengalahkanmu, seharusnya dia tidak boleh memfitnahmu telah berbuat curang. Apakah dia layak memakimu seperti itu?"     

Malam itu, beberapa dari mereka berkumpul di depan komputer, menonton kompetisi game persahabatan antara Luo Ying dengan pembawa acara siaran langsung.     

Xia Bai dan Ding Hai berbicara saling bersahutan, "Luo Ying waktunya pensiun, dia sudah semakin tua."      

"Apalagi dia player yang tidak suka bekerja sama, karena dia suka dipuji oleh banyak orang."     

"Dulu tembakannya sangat bagus tetapi sekarang usianya sudah semakin tua, reaksinya sudah tidak lagi bagus seperti dulu. Jika bukan karena kemampuan dari rekan setimnya yang bagus, dia tidak mungkin bisa terpilih untuk ikut bertanding dalam kompetisi ini."     

Dalam siaran langsung itu, Luo Ying masih saja berani mengkritik rekan setimnya.     

Tiba-tiba, layar komputer berubah menjadi hitam.     

Beberapa orang yang menonton siaran langsung itu seketika bingung. Hari ini, ada kompetisi game yang disiarkan secara langsung antara pembawa acara dengan pemain profesional, kompetisi ini tidak hanya langka, tetapi juga sangat menarik bagi mereka.     

Layar komputer tiba-tiba berubah menjadi hitam, tetapi suara Luo Ying masih jelas terdengar di headset.     

"Sial, bagaimana situasinya? Mengapa layar komputer tiba-tiba menjadi hitam?"     

Dia telah menyebarkan berita di akun Weibonya bahwa dia pasti akan bisa mendapatkan juara pertama. Kemampuan pembawa acara ini tidak sebanding dengan kemampuannya.     

Tidak disangka-sangka, di saat yang penting seperti ini, ada orang yang mau mengacaukan kompetisi ini.     

"Tim Luo Ying, cepat ganti komputer. Jika ronde ini kalah, lawan bisa menyusul skor."     

Wen Qiao melihat sekeliling, dilihatnya Xiao Mo duduk di sofa sendirian sambil menggeser ponselnya.     

Dia tidak menghampiri adiknya, tetapi berbalik badan lagi ke arah layar komputer.     

Dari headset terdengar suara panik Luo Ying, "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa komputer ini tiba-tiba rusak? Di mana teknisinya?"     

Disambung dengan suara rekan setimnya yang khawatir dan juga kebingungan, "Kita akan kalah di ronde ini."     

"Kenapa komputernya belum kembali normal?"     

Meskipun mereka tidak bisa melihat gambaran kekacauan yang sedang terjadi, tetapi mereka bisa mengetahuinya dari suara kekesalan Luo Ying.     

Komputer tetap diretas sampai akhir permainan.     

Tim pembawa acara hiburan yang sudah dia pandang rendah, berhasil menduduki posisi pertama.     

Tak lama kemudian terdengar suara benda yang dibanting, sepertinya Luo Ying sudah membanting headset-nya, karena setelah itu, tidak terdengar lagi suaranya.     

Ding Hai dan Xia Bai tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Apakah Tuhan sedang membalaskan dendam kita kepadanya?     

Wen Qiao akhirnya berjalan ke sofa dan mendekat ke Wen Mo, "Xiao Mo sedang bermain Sudoku ya?"     

Wen Mo menganggukkan kepalanya dengan patuh.     

Dia lalu berbalik memandang ketiga orang yang berada di depan komputer, "Sepertinya komputernya sedang diretas oleh seseorang."     

Xia Bai menyanggah, "Komputer yang dimiliki oleh klub mereka memiliki tingkat keamanan firewall yang sangat tinggi, tidak segampang itu untuk diretas."     

Wen Qiao berkata, "Berarti orang tersebut adalah peretas yang hebat."     

Ding Hai bertepuk tangan, "Sepertinya Luo Ying sudah menyinggung banyak orang, ini adalah sebuah ganjaran yang pantas untuknya."     

Di villa Keluarga Fu, ketika Fu Nanli kembali ke rumah, dia melihat tamu tak terduga, kakek Fu Jiang dan kakeknya sedang duduk bersama meminum teh dan mengobrol, sementara Fu Jiang duduk di samping mereka.     

Ketika dia melihat Fu Nanli, Fu Jiang langsung berdiri dan menyapa saudaranya dengan hormat, "Kak."     

Fu Nanli melepas mantelnya, dan Paman Li mengambilnya, "Tuan Muda mau minum apa?"     

"Teh merah."     

"Baiklah."     

Fu Nanli berjalan mendekat, dan Fu Jiang tidak berani melakukan gerakan sedikit pun, dia bahkan takut untuk duduk.     

Fu Nanli duduk di sofa yang ada di sebelah kakeknya itu, dia memandang Fu Jiang dan kakeknya, Fu Huaide.     

Fu Huaiyong, kakek Fu Jiang menengadahkan kepalanya dan melirik Fu Jiang sambil berkata, "Apa yang kamu lakukan sambil berdiri? Duduklah."     

Baru saat itulah Fu Jiang segera duduk dengan tubuh yang gemetar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.