Dia Hanya Mengingatku

Fu Jiang Lepas Kendali



Fu Jiang Lepas Kendali

Paman Li berjalan sambil membawa cangkir porselen dengan pegangan emas, kemudian meletakkannya di sebelah Fu Nanli, dan menyerahkan handuk panas kepadanya. Setelah Fu Nanli menyeka tangannya, dia mengambil handuk dan melangkah ke samping.     

Fu Nanli tersenyum sambil bertanya dengan sopan, "Kakek kedua datang kesini ada perlu apa?"     

Fu Huaide menghela nafas dan berkata, "Cucuku telah membuat masalah besar."     

Di luar sedang turun hujan, hujan di musim dingin terasa sangat dingin, sama seperti hatinya, tidak terasa kehangatan yang ada di dalamnya.     

"Oh? Apa masalahnya?"     

"Dia sudah bermain hutang dengan orang lain, yang dikenal sudah cukup handal. Orang itu meyakinkannya bahwa Investasi ini pasti akan menghasilkan uang, kenyataannya perusahaan itu mengalami krisis subprime mortgage. Sebagian besar uang yang diinvestasikan kini sudah lenyap, itu mengakibatkan perputaran uang di Perusahaan Zhongheng mengalami masalah, jadi..."     

Fu Nanli tersenyum.     

He Cong ingin meminta bantuannya.     

Fu Jiang juga datang ke rumahnya untuk meminta bantuan.     

Ini adalah suatu hal yang cukup menarik.     

"Kakek kedua seharusnya sudah tahu bahwa saya telah berinvestasi dalam nominal yang besar dengan membeli Tim bola, selain itu, beberapa waktu lalu Xianzheng sedang mengalami masalah di maskapai, dan saya ikut membantunya dengan memberikan uang dalam nominal yang cukup besar untuk menyelesaikan krisis yang sedang dialami olehnya, jadi…."     

Fu Huaiyong melirik cucunya dengan penuh arti, tetapi dia tidak berbicara sepatah katapun.     

Fu Huaide menghela nafas dan berkata, "Hei, Nan Li, apakah kamu tega melihat perusahaan kakek keduamu ini mengalami krisis seperti ini? Bantulah kami sebanyak yang kamu bisa."     

Fu Nanli menanggapinya sembari meminum tehnya, "Kita akan bicarakan hal ini nanti."     

Ekspresinya datar dan tatapannya hanya dingin.     

Fu Huaide tahu dengan baik bagaimana watak Fu Nanli, dia adalah orang yang cuek, dan tidak pernah mempedulikan kesusahan orang lain.     

Fu Huaide buru-buru berkata, "Baiklah, kalau begitu Fu Jiang dan aku akan pulang dulu."     

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Fu Huaiyong, keduanya pun pergi.     

Fu Huaiyong berkata, "Sebelum kamu sampai disini, kakek sudah berjanji untuk membantunya."     

Ketika Fu Huaiyong belum sempat menyampaikan keinginannya untuk membantu mereka, cucunya tiba-tiba sudah sampai di rumah.      

Fu Nanli bersandar di sofa dan melirik kakeknya, "Jika kakek tahu bahwa cucu kakek hampir saja meninggal karena sudah direncanakan, dan Fu Jiang adalah pelakunya, apakah kakek masih bersedia membantu mereka?"     

Wajah Fu Huaiyong tiba-tiba berubah serius, "Apa maksudmu?"     

Fu Nanli memegang cangkir porselen putih yang mengkilap, jari-jarinya yang ramping menyentuh gagang emas cangkir itu, lalu dia memandang ke bawah dan berkata, "Sebenarnya aku tidak mau memberitahu kakek karena takut kakek akan menjadi khawatir. Bulan Juni lalu, aku mengalami kecelakaan."     

Fu Huaiyong buru-buru maju mendekat ke Fu Nanli dan memeriksa pergelangan tangannya untuk memeriksa kondisi cucunya, "Nak, kamu kecelakaan bulan Juni, dan baru memberitahu kakek bulan Januari ini. Kamu benar- benar membuat kakek kesal."     

Fu Nanli menepuk bahu kakeknya, "Aku tidak memberitahu kakek karena takut kakek akan menjadi khawatir seperti saat sekarang ini, dan itu bisa memberi pengaruh buruk terhadap jantung kakek. Aku tidak ingin membuat kakek kaget."     

Fu Huaiyong berangsur-angsur menjadi tenang, "Kamu bilang itu adalah kecelakaan mobil yang dirancang oleh Fu Jiang? Apakah ada buktinya?"     

"Supirnya yang melakukan aksi pembunuhan itu, dia melakukannya sesuai instruksi dari Fu Jiang."     

Fu Huaiyong mulai marah dan berkata, "Selama ini aku melindungi musuh dalam selimut."     

Fu Nanli menepuk tangan kakeknya itu, "Sudah, Kakek Jangan khawatir. Aku bisa menangani masalah ini."     

Mobil melaju kencang, Fu Jiang pulang bersama kakeknya. Fu Jiang memasang wajah cemberut, "Apakah kita akan terus-terusan bertekuk lutut di hadapan mereka? Kek, kakek adalah adik Kakek pertama, bukan seorang pembantunya. Kapan kakek bisa menggantikan posisinya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.