Dia Hanya Mengingatku

Xiao Mo Memiliki Penyakit Bawaan Yang Sama Seperti Paman



Xiao Mo Memiliki Penyakit Bawaan Yang Sama Seperti Paman

0Salju turun dengan lembut, dan Wen Qiao dengan sengaja bertanya, "Ma, aku ingin tahu mengapa Wen Jianmin sangat percaya bahwa ada sesuatu yang salah dengan gen dari keluarga Su?"     

Su Yun memandang ke bawah, lampu di dalam kamar sudah dimatikan, mereka hanya diterangi oleh lampu jalan yang redup di luar halaman, cahaya lampu itu menembus sedikit di tepi jendela, Wen Qiao bisa merasakan kepedihan yang sedang dirasakan oleh ibunya.     

"Harusnya aku tidak bertanya ya?" Celetuk Wen Qiao melihat ibunya yang murung.     

Su Yun menepuk punggungnya, dan menghela nafas, "Apakah kamu ingat pamanmu?"     

"Paman? Ayah Su Ying?"     

"Bukan, kamu masih punya paman lagi, apakah kamu ingat?"     

Wen Qiao terkejut, "Aku masih punya paman lagi? Mama tidak pernah memberitahuku tentang hal itu, bagaimana caranya aku bisa ingat?"     

"Pamanmu usianya hanya terpaut sembilan tahun lebih tua darimu."     

Itu artinya umurnya kurang lebih sama dengan Fu Nanli, pikir Wen Qiao.     

"Lalu dimana paman sekarang?"     

Su Yun meraih tangannya, "Dengarkan baik-baik, mama akan menceritakan kepadamu. Pamanmu lebih tua sembilan tahun darimu. Dia anak yang cerdas seperti Xiao Mo, dia tidak suka banyak bicara tapi dia kondisinya jauh lebih baik daripada Xiao Mo. kondisi Xiao Mo saat ini tidak mau mengatakan sepatah kata pun, sedangkan pamanmu masih mau berbicara dengan mama. Setelah kamu lahir, dia sangat menyayangimu. Pada saat menginjak usia sembilan tahun, dia sendiri masih anak-anak. Begitu dia tiba di rumah Wen, dia akan menggendongmu tanpa mau melepaskanmu sebentar saja. Semua orang mengatakan kamu mirip dengan paman. Alis dan matamu benar-benar seperti pamanmu, terutama di bagian mata.     

"Lalu?"     

Su Yun tenggelam dalam ingatannya, suaranya terdengar lirih seolah sedang diliputi kesedihan, "Ketika kamu berusia tiga tahun dan pamanmu berusia dua belas tahun, dia sudah duduk di bangku SMA. Usinya beberapa tahun lebih muda dari teman-temannya disana, tiap tahun dia selalu menjadi juara kelas."     

Wen Qiao berpikir sekarang sekolah tidak membiarkan siswanya lompat kelas. Jika tidak, mungkin Xiao Mo kini sudah duduk di bangku kuliah.     

"Saat itu juga sedang musim dingin. Malam sebelumnya, dia bermalam di rumah keluarga Wen. Mama menyuruh supir untuk mengantarnya pergi ke sekolah. Malam itu, pengemudi pergi ke sekolah untuk menjemputnya, tetapi pamanmu tidak ada di sekolah."     

Wen Qiao mengerutkan kening dan berusaha tegar.     

"Mama langsung menuju ke sekolah begitu mendapat kabar dari supir. Hampir sama seperti hari ini, saat itu di luar turun salju. Mama dan kepala sekolah mencari di setiap sudut sekolah, tetapi tidak menemukan pamanmu. CCTV di gerbang sekolah kebetulan sedang rusak hari itu, mama mencoba menghubunginya tetapi ponselnya mati. Mama benar-benar cemas pada hari itu. Mama menghubungi polisi dan mencari ke mana-mana, tetapi dia...menghilang begitu saja."     

Hati Wen Qiao terenyuh, "Apa yang dikatakan guru dan teman sekelasnya?"     

"Mama sudah mencoba bertanya kepada kepala sekolah dan teman satu mejanya, apakah dia menunjukan gelagat yang aneh pada hari itu, dan mereka menjawab tidak ada tingkah aneh yang dilakukan oleh pamanmu itu. Dia tidak berbicara sama sekal pada hari itui. Tidak ada perbedaan antara hari itu dengan hari biasanya di sekolah. Seperti biasanya, dia mengikuti kelas, duduk di kursinya untuk bermain rubik. Saat masuk ke jam pelajaran berikutnya, dia pergi ke kamar mandi, setelah itu dia menghilang tidak kembali."     

Menjelang akhir dari cerita, suara Su Yun terdengar sedikit tersendat.     

Meskipun Wen Qiao tidak memiliki satupun ingatan tentang pamannya, tetapi karena adanya ikatan keluarga di antara mereka, Wen Qiao pun juga ikut merasakan kesedihan saat mendengar kejadian yang dialami oleh pamannya itu.     

"Setelah lama mencari, tidak ada kabar dan perkembangan sama sekali. Mama setiap hari mencemaskannya. Meskipun dia pintar, dia tidak pintar bicara dan tidak pandai bergaul. Jika dia dicelakai oleh orang jahat, dia pun tidak berdaya. Selama bertahun-tahun, mama mengalami mimpi buruk di hampir setiap malam, bermimpi pamanmu menderita, dan saat itu papamu Wen Jianmin, awalnya masih mau membantu mama mencari pamanmu, tetapi lama kelamaan dia pun lelah dan menghentikan pencarian."     

Wen Qiao mengepalkan tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.