Dia Hanya Mengingatku

Pertemuan Yang Kebetulan



Pertemuan Yang Kebetulan

0Pada perjalanan keluar negeri dengan Fu Nanli kali ini, Wen Qiao tidak membohongi ibunya, dengan terus terang dia memberitahu ibunya tentang rencananya ini sambil mengemasi barang-barangnya, "Ma, aku akan pergi ke Islandia bersama Fu Nanli."     

Su Yun terhenyak, "Bersama Tuan Muda Fu?"     

"Iya."     

Su Yun meliriknya, "Kamu...tidak boleh dengannya..."     

Wen Qiao mengedipkan mata pada ibunya, "Tidak boleh apa?"     

Su Yun terbatuk ringan, "Kamu tidak boleh tidur di kamar yang sama dengannya nanti, kalian harus tidur di kamar yang terpisah, apa kamu mengerti?"     

Mendengar peringatan dari ibunya, Wen Qiao hampir tersedak oleh air liurnya, "Itu...tentu saja, aku sama sekali tidak pernah tidur satu kamar dengannya."     

Su Yun senang, "Iya, kamu masih muda dan saat ini masih sekolah. Jangan terburu-buru untuk melakukan itu."     

"Melakukan apa?"     

Wen Qiao belum pernah berpacaran, dan Fu Nanli adalah pacar pertamanya, sehingga dia tidak begitu mengerti tentang hubungan antara pria dengan wanita.     

Su Yun berkata, "Setidaknya tunggu sampai kamu sudah mencapai usia pernikahan yang cukup, barulah dia boleh menyentuhmu."     

Setelah Wen Qiao menyadari itu, dia kembali sadar, dan ujung telinganya sedikit memerah, "Tentu..tentu saja."     

Terkadang, takdir adalah hal yang cukup membingungkan, atau lebih tepatnya, takdir terkadang berujung dengan tragedi.     

Wen Qiao naik ke pesawat, dan Zhao Yuan dengan antusias membimbingnya untuk duduk di kursinya. Kapten Fu berulang kali memintanya untuk menjaga gadis itu selama perjalanan, dia sangat mematuhi perintah dari Fu Nanli itu.     

Begitu Wen Qiao duduk, dia menoleh ke kanan dan kiri, dia merasa bahwa orang yang sedang duduk di sisi sebelahnya itu sangat familiar.     

Ternyata orang itu adalah Zhuang Yan dan kakak perempuannya yang duduk di sebelah Zhuang Yan. Kakaknya mengatakan bahwa dia akan pergi ke Islandia dalam rangka ingin melihat cahaya aurora, jadi dia mengajak adiknya kesana.     

Tanpa diduga, Wen Qiao bertemu dengan mereka.     

Ketika orang di sebelahnya sedang memandangnya, Wen Qiao mengalihkan pandangannya dan hanya duduk diam.      

Namun, hati Zhuang Yan menjadi gelisah untuk waktu yang lama, dia dan Wen Qiao sedang berada di penerbangan yang sama, dan mereka kini duduk bersebelahan.     

Dan semua ini hanya kebetulan.     

Setelah semua penumpang naik ke atas pesawat, tidak lama setelah pintu telah ditutup, suara Fu Nanli terdengar, suara itu masih terdengar seksi dan dengan mudah membuat orang yang mendengarnya menjadi tergila-gila dan juga merasa aman.     

Karena ini adalah penerbangan kelas bisnis, meskipun tempat duduk Wen Qiao dan Zhuang Yan bersebelahan, masih ada jarak yang cukup longgar di antara keduanya.     

Dari sudut pandang Zhuang Yan, begitu suara Fu Nanli muncul di speaker, wajah Wen Qiao dipenuhi dengan senyuman, senyuman yang sangat lembut, sebuah ekspresi yang belum pernah gadis itu perlihatkan kepada dirinya.     

Senyuman yang terlukis di wajah Wen Qiao itu membuatnya iri kepada Fu Nanli itu.     

Ratusan kali dia membayangkan bagaimana jadinya jika Wen Qiao tersenyum padanya dengan begitu lembut seperti itu.     

Tapi wajah Wen Qiao yang dingin selama ini juga disebabkan oleh perlakuan kejamnya dulu terhadap gadis itu.     

Pesawat perlahan mulai lepas landas.     

Dibutuhkan waktu hampir sebelas jam untuk terbang langsung dari Haicheng ke Helsinki. Haicheng memiliki waktu enam jam lebih cepat dari Helsinki. Pada pukul empat sore, mereka telah sampai di Helsinki.     

Wen Qiao tertidur selama perjalanan, sesekali dia membuka matanya, dia bisa merasakan pria yang duduk di sampingnya sedang memandangnya, namun dia tidak menghiraukannya.     

Sampai pesawat telah berhenti, dia merenggangkan pinggangnya dan duduk diam di kursi seperti biasa dan menunggu Fu Nanli.     

Zhuang Yan akhirnya membungkuk, "Apakah kamu akan pergi ke Islandia?"     

Wen Qiao berkata dengan nada datar dan ketus, "Itu bukan urusanmu."     

Zhuang Yan merasa tersinggung dan berkata dengan raut wajah yang muram, "Apakah kamu akan terus berkata pedas kepadaku seperti ini?"     

"Jika saja kamu tidak mengajakku bicara, kamu tidak akan mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulutku. Pilihan itu ada di tanganmu." Jawab Wen Qiao sambil menatap Zhuang Yan dengan ekspresi datar.     

Kegigihan gadis itu saat mengejarnya ketika masih remaja, sekarang hanya sebuah khayalan belaka baginya. Apakah Wen Qiao sudah melupakan perasaannya yang dulu, saat gadis itu mengejarnya?     

Kakak perempuan Zhuang Yan merasa tidak terima adiknya telah diperlakukan kasar oleh gadis itu, dia berkata, "Xiao Yan, apakah dia teman sekolahmu?"     

Mereka tampaknya seumuran, jadi kelihatannya mereka teman sekolah, pikir kakak Zhuang Yan.     

Zhuang Yan memejamkan matanya, "Iya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.