Dia Hanya Mengingatku

Wen Qiao Adalah Penyelamat Jiwanya



Wen Qiao Adalah Penyelamat Jiwanya

0Wen Mo ikut merasa kesal.     

Wen Qiao mengelus kepala Wen Mo, "Tenang saja, kakak bisa menyelesaikannya, kamu jangan khawatir."     

Selesai makan malam, Xia Bai dan Ding Hai masih berada di rumah Wen Qiao.     

Paman Ji yang memasak untuk makan malam kali ini, mereka makan dengan puas.     

Xia Bai mengambil cakar ayam dan berkata sambil mengunyah, "Kakak Chi, apakah kamu tahu seorang Aquaman?"     

"Aquaman?" Wen Qiao bertanya dengan santai.     

Wen Chi memuntahkan tulang, "Dia adalah pemain hebat dalam lingkaran permainan kami, karena nama Inggrisnya adalah Poseidon, nama yang sama dengan Aquaman, jadi kami semua memanggilnya Aquaman. Sebelum bergabung di klub CG, klub terkuat saat itu adalah VG, dan Aquaman adalah pelatih mereka, dia melatih tim VG untuk memenangkan semua kejuaraan pada semua kompetisi yang ada. Kemudian ketika semua klub menginginkan jasanya dan ingin merekrut dia, dia tiba-tiba mundur dari pekerjaannya. Dia mendengar kabar bahwa dia adalah anak orang kaya, dia akhirnya memutuskan berkeliling dunia, karena tidak menemukan hobi baru."     

"Bagaimana rupanya Aquaman itu?" Wen Qiao semakin penasaran.     

Wen Chi menggelengkan kepala, "Tidak seorangpun yang pernah bertemu dengannya, kecuali Tim Klub VG."     

"Dia tidak Hadir di pertandingan regular?"     

"Tidak, beredar kabar bahwa saat Klub VG memenangkan pertandingan internasional, dia sedang melihat orang bermain mahjong."     

Wen Qiao mengira orang itu sungguh aneh.     

Malam harinya, dia menerima email yang menawarkan diri untuk menjadi pelatih di Klub AF. Selama dua hari terakhir ini, setiap hari dia menerima banyak email yang mirip. Dia buru-buru membaca email yang isinya sederhana, mereka tidak mempermasalahkan berapapun gaji yang diberikan, asalkan disediakan makan, minum dan tempat tinggal.     

Tidak mau bernegosiasi tentang gaji? Itu bisa berarti kemampuannya tidak seberapa.     

Wen Qiao menyingkirkan email itu.     

Keesokan harinya, Fu Nanli pergi menemui Wen Qiao, dia melihat raut wajah kekasihnya itu serius. Dia bertanya kepada Wen Qiao apa yang telah terjadi.     

Wen Qiao tersenyum, "Aku akhir-akhir ini lelah karena sedang menghadapi ujian."     

Fu Nanli berkata, "Sore nanti akan ada lelang di Zhongcheng, kamu temani aku pergi kesana, ya?"     

"Pulangnya kapan?"     

"Besok malam kita akan pulang, jadi tidak mengganggu sekolahmu di hari Senin."     

"Baiklah."     

"Di perjalanan kali ini, Fu Chuan ikut serta."     

Ketika melihat Wen Qiao, Fu Chuan jelas sedikit terkejut. Nanli mengajak Wen Qiao disaat mereka akan melakukan negosiasi proyek dalam skala yang besar dan penting, selain itu, pastinya ada sebuah rahasia bisnis di dalamnya.     

Di ruang tunggu bandara, saat Wen Qiao pergi ke toilet, Fu Chuan bertanya kepada Fu Nanli secara terang-terangan, "Kamu yakin mau mengajaknya ikut?"     

Fu Nanli duduk, kakinya menyilang dan melirik sinis ke arah Fu Chuan sambil berkata, "Dia gadis yang cerdas, dia sangat pintar dalam hal hitung menghitung. Biarkan saja dia ikut untuk menambah wawasannya saja, karena kedepannya, dia akan lebih fokus karir di bidang musik."     

Fu Nanli ingin mengembangkan kemampuan gadis itu dalam bidang bisnis, dia tidak ingin memendam setiap potensi dan bakat yang dimiliki oleh kekasih yang dicintainya itu.     

Saat Fu Chuan masih ingin mengatakan beberapa kata kepada Fu Nanli, Wen Qiao sudah kembali dari toilet, dan Fu Chuan mengurungkan niatnya.     

Wen Qiao duduk di sebelah Fu Nanli, dia mengenakan earphone dan mendengarkan lagu berjudul Nutcracker dan Swan Lake Tchaikovsky. Meskipun dia memainkan alat musik pipa, dia tetap memperhatikan musik tradisional tiongkok dan juga musik barat. Dia menginginkan suatu saat nanti musik tradisional bisa lebih berkembang dan bisa melebur dengan musik barat. Musik tidak boleh memiliki batas.     

Fu Nanli mengambil satu sisi earphone dari telinga Wen Qiao, lalu memasangnya ke telinganya sendiri. Dia mendengarkan lagu bersama Wen Qiao.     

Tak lama kemudian, mereka naik pesawat, tidak membutuhkan waktu perjalanan yang lama, Pesawat mulai lepas landas. Wen Qiao dan Fu Nanli duduk di kursi bisnis.     

Fu Nanli tiba-tiba teringat akan suatu hal.     

Dia bertanya kepada Wen Qiao, "Kamu berulang tahun pada tanggal dua puluh tujuh Oktober, kan?"     

Wen Qiao mengangguk, "Iya."     

Fu Nanli lalu menggenggam tangannya dan memainkan jari kekasihnya itu, "Berarti pada tanggal dua puluh tujuh Oktober saat kamu lahir ke dunia ini, aku sudah berusia sembilan tahun."     

"Iya."     

Fu Nanli memandang ke arah jendela, "Di hari kamu lahir, tanggal dua puluh tujuh Oktober, mama mengirimku ke luar negeri untuk belajar. Saat itu, aku duduk di suatu pesawat menuju ke Inggris, aku masih ingat dengan jelas cuaca saat itu sangat cerah."     

Pada saat ayahnya meninggal dunia, Fu Nanli merasa bahwa dunianya telah hancur.     

Sepertinya ini sudah takdirnya.     

Qiaoqiao yang saat ini bersamanya adalah penyelamat jiwanya yang pernah hancur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.