Dia Hanya Mengingatku

Di Ketinggian 30.000 Kaki



Di Ketinggian 30.000 Kaki

0Ketika Wen Qiao pergi ke acara makan malam amal di kapal pesiar pada tanggal 6 April, perban yang ada di pergelangan tangannya telah dilepas. Tangannya kini hanya terbungkus gips yang masih terpasang dan dibalutnya dengan saputangan, sehingga gips yang ada di tangannya tidak kelihatan.     

Fu Nanli sedang dalam penerbangan menuju Helsinki, sementara anggota klub M-Desain Wen Qiao sedang di Inggris untuk mengawal keamanan lukisan Bunga Matahari.     

Fu Nanli sudah menyiapkan mobil untuk menjemputnya.     

Wen Qiao mengajak Wen Chi dan Wen Mo pergi bersama. Awalnya, dia ingin ibunya ikut tetapi Ibunya tidak suka keramaian.     

Wen Chi dan Wen Mo terlihat cocok saat memakai setelan jas. Mereka dua bocah lelaki yang tampan dan memiliki kepribadian yang sama sekali berbeda. Mereka menarik perhatian banyak orang saat turun dari mobil.     

Tidak ada media yang hadir malam ini, jadi Wen Qiao merasa lega membawa kedua adik laki-lakinya.     

Saat memasuki kapal pesiar, Wen Qiao menyerahkan mantel kepada pelayan. Dia mengenakan gaun berkilau berwarna sampanye. Rambut keriting panjangnya menutupi bahu. Bahkan hanya dengan riasan tipis dia terlihat sangat cantik dan menarik perhatian para tamu yang lain.      

Fu Nanli tidak pernah membawanya ke acara seperti itu sebelumnya, jadi sebagian besar orang yang hadir tidak mengenali Wen Qiao.     

Wen Qiao hanya datang untuk mendapatkan wawasan baru, dia tidak memiliki tujuan yang lain.     

Wen Qiao meraih lengan Wen Mo, dan Wen Chi mengikutinya sambil berkata, "Untungnya, aku tidak besar di lingkungan keluarga kaya. Sekali-sekali menghadiri acara seperti ini bukanlah suatu masalah, tapi kalau sampai setiap hari seperti ini, sepertinya akan cukup menderita."     

Wen Qiao meraih tangannya, "Jangan bicara omong kosong."     

Banyak pria berjas dan juga berdasi, banyak pria yang ingin berkenalan dengan Wen Qiao, tetapi mereka mundur karena tatapan tajam Wen Chi, "Kakakku sudah punya pacar."     

Pada ketinggian 30.000 kaki, pesawat sudah beralih ke mode autopilot, Xu Shen menghela nafas lega dan bertanya kepada Fu Nanli, "Saya mendengar bahwa Xiao Wen terluka."     

Fu Nanli menjawab santai, "Iya."     

"Kenapa Kapten tidak mengajaknya ikut?"     

Xu Shen mengetahui jika Kapten Fu sangat menyayangi Wen Qiao. Apalagi saat ini Wen Qiao sedang terluka, dia pasti ingin menjaganya 24 jam.     

Fu Nanli mengerutkan alisnya, "Hari ini dia sedang menghadiri sebuah acara makan malam amal."     

Xu Shen terkejut, "Kapten, apakah Anda tidak khawatir membiarkan Xiao Wen pergi sendirian?"     

"Ada kedua adiknya yang ikut menemaninya."     

Inilah alasan mengapa Fu Nanli meminta kedua adik laki-laki Wen Qiao untuk ikut menemaninya, karena meskipun dia ingin Wen Qiao menjadi orang yang kuat, di sisi lain dia juga khawatir kecantikannya akan menyebabkan masalah yang tidak perlu.     

Dengan kehadiran kedua adik laki-lakinya, tidak akan ada satu pun pria yang berani mendekatinya.     

Di atrium kapal pesiar, Wen Qiao memakai earphone mini di telinganya, dan terdengar suara Yu Shu, "Kami baru saja tiba di London dari Amsterdam. Aku akan menyalakan kamera mini pada kacamata sebentar lagi. Kamu juga akan bisa melihat sekelilingmu apakah ada orang yang mencurigakan di sekitar. Apakah kamu bisa melakukannya?"     

Wen Qiao menepuk tangan Wen Mo dan berkata kepada Wen Chi, "Kalian makanlah dulu. aku masih ada urusan sebentar."     

Wen Chi bertanya, "Apakah kamu mau bersosialisasi?"     

"Kakak Nanli menelpon, aku ingin menjawabnya."     

Wen Qiao berjalan ke sudut di sisi tangga spiral. Xiao Mo dan Xiao Chi ada di depan matanya. Dia berpura-pura menelpon dan menonton siaran langsung dari Yu Shu yang muncul di layar secara real time.     

Setelah turun dari pesawat, kendaraan khusus yang digunakan untuk menuju ke museum sudah parkir di dekat pesawat. Para penumpang turun dari tangga pesawat. Wen Qiao dengan hati-hati memperhatikan kerumunan di sekitarnya, tetapi untuk saat ini, dia tidak dapat melihat petunjuk apa pun.     

Dia melirik ponselnya dari waktu ke waktu, lalu menatap Xiao Mo.      

Wen Mo sedang minum segelas air, dan tubuhnya agak kejang, entah kenapa tubuhnya mengalami kejang, bisa saja karena dia merasakan ada orang jahat mendekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.