Dia Hanya Mengingatku

Pengagum Idola



Pengagum Idola

0Entah sampai kapan Fu Nanli akan terus menerus melarang Wen Qiao untuk minum bir.     

Minum bir dalam jumlah sedikit tidak akan membahayakan tubuh Wen Qiao, justru dia akan terlihat imut ketika sedang mabuk.      

Sekali lagi Wen Qiao menunjukkan wajah yang memelas. Fu Nanli langsung berkata, "Berikan dia satu kaleng bir lagi."     

Mata Wen Qiao langsung berbinar, dengan senang hati dia mengambil kaleng yang telah dibuka Fu Nanli untuknya, dia tidak sabar untuk meminumnya, dan menatapnya sambil tersenyum, "Enak."     

"Jangan minum lagi kalau kamu sudah merasa mabuk." Ucap Fu Nanli.     

"Baiklah."     

Fu Nanli mengambil beberapa sayuran untuk Wen Qiao, dia sendiri hanya makan dua suap, dia kemudian menyuapi Wen Qiao makan.     

Suasana di meja berangsur-angsur menghangat, dan Fu Nanli sesekali mengobrol dengan Xu Shen tentang masalah pekerjaan, "Kehati-hatian adalah prioritas utama."     

Xu Shen berkata dengan serius, "Iya, saya tahu hal itu, saya tidak akan mempermalukan reputasi Anda."     

Fu Nanli berkata lagi, "Selalu jadikan keselamatan penumpang sebagai tujuan kerjamu."     

"Iya."     

Beberapa pramugari muda berkomentar.     

"Kapten dan Xiao Wen benar-benar sepasang kekasih yang saling mencintai."     

"Kapten terlihat sangat mencintai Xiao Wen."     

"Aku sangat iri."     

"Xiao Wen patut mendapatkan kasih sayang dari Kapten. Dia adalah gadis yang baik."     

Zhao Yuan melirik mereka dan menegur mereka pelan, "Jangan membahas ini di depan kapten."     

"Kakak Yuan, sepetinya Kapten tidak keberatan dengan apa yang kami katakan."     

Zhao Yuan mengangguk, memang sepertinya Kapten tidak keberatan dengan perkataan mereka.     

Setelah beberapa saat, Wen Qiao minum sekaleng bir, dan makan hot pot yang baunya sekarang sudah harum. Mulut Wen Qiao kering, dia mengambil kesempatan dari perbincangan Fu Nanli dan Xu Shen mengenai pekerjaan, lalu dia mengedipkan mata pada Kakak Yuan di hadapannya dan memberi isyarat padanya untuk mengambilkan sekaleng bir lagi.     

Zhao Yuan mengambil sekaleng bir lagi dari bawah meja dan memberikan kepada Wen Qiao.     

Wen Qiao seperti hamster yang sedang mencuri makanan, diam-diam dia membuka kaleng bir itu.     

Terdengar suara kaleng yang sedang di buka, Fu Nanli menoleh ke sumber suara.     

Wen Qiao… "Hehehe..."     

Zhao Yuan seketika menjadi gugup.     

Fu Nanli menyentuh kepalanya, "Apakah kamu belum merasa mabuk?"     

Wen Qiao menggelengkan kepalanya, "Aku tidak merasakan apa-apa."     

Jadi, dia minum sekaleng lagi. Zhao Yuan memperhatikan gadis yang duduk di hadapannya itu sudah mulai mabuk, jadi dia buru-buru berkata, "Xiao Wen, jangan...jangan minum lagi."     

Wen Qiao melambaikan tangannya, "Tidak apa-apa, Kakak Yuan."     

Setelah makan malam selesai, Xu Shen berkata, "Kapten, saya lihat Xiao Wen sudah sedikit mabuk. Kami akan membereskan meja ini, kalian pergi ke ruang tamu dulu."     

Wen Qiao melingkarkan lengannya di bahu Fu Nanli, dan dia mulai mengeluarkan kata-kata pujian kepada Fu Nanli, "Kakak Nanli, seorang Kapten yang berjasa besar, aku sungguh bangga."     

Semua orang tampak bersorak, "Betul, betul. Kami semua juga sangat mengagumi kapten."     

Wen Qiao memandang Fu Nanli dengan polos, "Sungguh, aku bangga padamu."     

Dengan wajah yang memerah dan matanya yang sudah berair, gadis itu memeluk bahunya, mengelus lengannya, dan berkata dengan suara lembut bahwa gadis itu bangga padanya.     

Bagaimana dia bisa menahan diri.     

Ketika gadis ini mabuk, kata-kata yang keluar darinya bisa menggetarkan hati.     

Sejak saat itu, Fu Nanli memberi Wen Qiao aturan, "Kamu hanya boleh minum saat ada aku."     

Dia hanya boleh mabuk di depannya saja.     

Fu Nanli menggendong Wen Qiao dan berjalan masuk ke kamar sambil berkata kepada para tamunya, "Kalian bisa langsung pergi setelah selesai membereskan meja."     

"Baik, baik." Jawab mereka bersamaan.     

Fu Nanli memeluk Wen Qiao dan dengan lembut menendang pintu hingga terbuka. Kamar tidurnya gelap, lalu gadis itu diletakkan di tempat tidur. Wen Qiao bergumam, "Enak."     

Fu Nanli menuangkan secangkir air hangat, duduk di tepi tempat tidur, dan menegakkan air itu ke mulut Wen Qiao. Ada air yang keluar dari sudut mulutnya, dia meletakkan cangkir dan dengan hati-hati menyeka sudut mulutnya.     

Wen Qiao bersandar di lengannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.