Dia Hanya Mengingatku

Wen Qiao Berhasil Ditemukan



Wen Qiao Berhasil Ditemukan

0Fu Nanli menahan napas saat dia melihat biksu tua itu melafalkan berbagai macam kata dari mulutnya. Tempurung kura-kura yang digunakan untuk meramal sedang berputar di atas meja yang halus. Seluruh proses ramalan itu begitu sunyi, tidak ada satu pun yang berani untuk berbicara.     

Meskipun Zhou Jin tidak percaya kepada ramalan, tetapi ketika dia melihat Fu Nanli menaruh semua harapannya pada biksu tua itu, dia tidak tega untuk melarangnya.     

Setelah satu jam meramal, Fu Nanli tidak sabar menunggu hasil ramalan yang keluar, keringatnya perlahan menetes dari dahinya, tetapi dia tidak berani mendesak biksu itu.     

Karena ini adalah harapan terakhirnya.     

Kemudian pada akhirnya biksu tua itu berkata, "Arah tenggara, jaraknya 1.500 kilometer dari sini."     

Fu Nanli berkata dengan cepat, "Ambilkan aku sebuah peta."     

Zhou Jin mengerutkan dahi, Fu Nanli dengan mudah percaya saja pada biksu tua ini.     

Fu Chuan mengambil tabletnya, dan membuka peta satelit, lalu dia berkata, "1.500 kilometer arah tenggara Haicheng adalah Zhongcheng."     

Fu Nanli seolah sedang tersambar petir, dan segera berjalan keluar, "Kita pergi ke Zhongcheng sekarang juga."     

Zhongcheng, mungkin saja dia ada disana, di kota itu, tempat kenangan di mana mereka pernah berteduh dari hujan bersama.     

Walaupun belum pasti, dia tetap harus ke sana untuk memastikannya.     

Zhou Jin menahannya sambil berkata, "Kamu sungguh mau ke sana?"     

Fu Nanli mengabaikannya, Zhou Jin hanya bisa mengikuti Fu Nanli dan menemani orang gila ini melakukan hal yang gila.     

Ketika Wen Qiao bangun, hari sudah malam. Dia memandang ke sekeliling, ini bukan tempat terakhir dia tinggal.     

Dia menggunakan identitas palsu untuk memesan hotel di dekat toko bunga. Melalui jendela di lantai tiga, dia bisa melihat toko bunga dan minimarket. Terdengar suara deru lonceng yang ditiup angin, suara itu sama persis saat dia dan Fu Nanli sedang berteduh dari hujan.     

Saat menanti ajalnya menjemput, dia merasa sangat menyesal, sebenarnya dia tidak ingin mati, dan dia juga merasa takut, tetapi dia melihat kegelapan datang, dia bisa merasakan detak jantungnya semakin melemah, dan dunianya langsung berubah menjadi gelap.     

Tapi sekarang, dia benar-benar terbangun, dia berada di kamar hotel biasa, tetapi bukan hotel yang kecil yang semula dia tinggal. Terdengar kicau burung dari luar. Dia melirik ponselnya, hari ini adalah hari keempat belas.      

Dia tidak mati.     

Fu Nanli berhasil menemukannya.     

Dia melepas selimut tipis di tubuhnya dan tidak punya waktu untuk memakai sepatunya. Dia berlari keluar dan barulah menyadari dirinya berada di sebuah rumah. Senja menyelimuti halaman, ada pohon besar di tengah halaman dan meja batu di sebelahnya, suasana di halaman itu sunyi.     

"Fu Nanli." Wen Qiao berjalan tanpa alas kaki di bebatuan biru sambil memanggil namanya dengan lembut dan ragu-ragu.     

Tapi tidak ada tanggapan sama sekali. Rumah ini memiliki dua kamar tidur, dapur, dan sebuah gudang kecil. Dia mencari ke semua kamar dan tidak melihat siapa pun.     

Dia kebingungan, lalu dia duduk di bangku batu sambil menatap matahari terbenam, dia mencubit wajahnya, masih terasa sakit, ini artinya dia masih hidup.     

Fu Nanli telah menemukan dan menyelamatkannya, tetapi dia masih marah karena Wen Qiao berbohong padanya dan tidak ingin melihatnya, jadi Fu Nanli pergi lagi.     

Tiba-tiba ada langkah kaki dari luar rumah, ketika pintu dibuka, dia masih terpaku saat melihat yang datang adalah Fu Nanli.     

Fu Nanli melihat Wen Qiao duduk di bawah pohon besar, cahaya senja datang menyelimuti gadis itu yang tampak agak bingung.      

Hati Fu Nanli yang sebelumnya gundah gulana, kini telah sirna. Ketika Fu Nanli berjalan mendekat ke arahnya, gadis itu dengan sikap waspada bangkit berdiri dan mundur dua langkah, matanya memandang Fu Nanli dengan waspada dan perasaan gelisah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.