Dia Hanya Mengingatku

Sakit Hati



Sakit Hati

0Tuan Muda Fu menundukkan kepalanya dan mengakui kesalahannya. Bagi Fu Nanli, asalkan saat ini Wen Qiao masih selamat, dia rela melakukan apapun yang diminta oleh gadis ini.     

Wen Qiao bersandar ke dinding, suaranya sedih, "Ada seseorang yang sengaja mencelakai Fang Duo, semua orang menuduh aku yang melakukannya, padahal bukan aku pelakunya. Kamu menyuruhku mencarimu ketika aku mengalami masalah, tetapi ketika aku mencarimu dan sudah berusaha menghubungimu beberapa kali, kamu justru menghindar untuk bertemu denganku. Sebelum pergi ke kantor polisi untuk penyelidikan, aku sempat berpikir, andai saja ada kamu di sampingku, aku pasti akan lebih tenang dalam menghadapi masalah ini."     

Wen Qiao mengeluarkan semua rasa sakit hatinya secara detail, dan semua keluhannya yang menusuk ke hati Fu Nanli.     

Fu Nanli berpikir bagaimana cara dia menebusnya?     

Kalau dipikir lagi, dia seharusnya mengirim seseorang untuk mengikuti gadis ini dari awal dan mengikuti setiap gerakannya saat dia pergi, daripada memblokir semua berita tentang gadis itu hanya untuk menjaga hatinya agar tidak goyah.     

Tapi apa gunanya membahas hal itu sekarang?     

Lagi pula, dia tidak bisa kembali ke masa lalu, dan Qiao Er telah melalui lebih dari sepuluh hari dalam ketakutan.     

Wen Qiao masih menceritakan bagaimana dia melalui sepuluh hari itu, dan setiap kata yang keluar darinya membuat hati Fu Nanli terasa sakit.     

Wen Qiao berkata, "Aku sudah membaca laporan medismu, dan mengetahui ingatanmu sudah pulih kembali. Aku mengira kamu pergi meninggalkanku begitu saja karena ingin menghukumku atas kebohongan yang sudah kubuat."     

Fu Nanli memegang tangannya dan berkata, "Tidak, aku tidak menghukummu. Bagaimana mungkin aku bisa menghukummu?"     

Fu Nanli sangat mencintainya, rasa cinta itu telah membuatnya memaafkan kebohongan yang sudah gadis ini perbuat. Jadi, bagaimana mungkin dia tega menghukumnya?     

Wen Qiao menjawab, "Aku tidak menyalahkanmu, aku pun akan marah jika aku dibohongi. Jadi wajar saja kamu menghukumku."     

Wajah Fu Nanli pucat pasi dan berkata, "Kamu masih ingin aku menghukummu?"     

Perkataan itu membuat Wen Qiao kesal lagi.     

Wen Qiao berpikir jika susah berhadapan dengan Tuan Muda satu ini.     

"Apa aku salah bicara lagi?" Tanya Wen Qiao.     

Kedua mata Wen Qiao mulai berair, dia terlihat sangat menyedihkan, Fu Nanli merasa bahwa dia hampir dibuat gila oleh gadis ini.     

Dia tidak menghukum Wen Qiao, tetapi dia merasa sebaliknya, setiap perkataan dan sikap gadis ini seakan sedang menghukumnya.     

Tapi semua ini memang salah Fu Nanli sendiri.     

"Ini bukan salahmu, bukan salahmu." Dia hanya bisa membujuk Wen Qiao dengan nada lembut.     

Dia berkata lagi, "Kamu mengembalikan rumah dan uang kepadaku, apakah kamu berencana tidak ingin bertemu lagi denganku seumur hidup?"     

Wen Qiao menjawab, "Aku kira diriku akan mati. Aku tidak ingin mati dalam keadaan masih memiliki tanggungan hutang."     

Fu Nanli mengerutkan dahi, "Aku jelas-jelas sudah memberikan rumah itu untukmu. Apakah kamu sengaja tidak pindah ke rumah yang kuberikan kepadamu, karena kamu sudah berencana meninggalkanku?"     

Wen Qiao hanya mengalihkan pandangannya tanpa menjawab pertanyaan Fu Nanli.     

Fu Nanli sungguh merasa kesal dan bingung, jika dia bertanya ke topik yang lebih serius, jawaban gadis ini akan menusuk hatinya, tetapi jika dia tidak bertanya, justru akan membuat hatinya khawatir. Dia sungguh tidak mengerti bagaimana menghadapi Wen Qiao.      

"Ikut aku pulang." Ucap Fu Nanli.     

Wen Qiao melihat sekelilingnya, dia masih ingin tahu bagaimana cara dia bisa selamat, tetapi sekarang tidak ada orang lain di sini kecuali Fu Nanli.     

Wen Qiao masih merasa ragu, tetapi Fu Nanli tidak memberinya ruang untuk menolak. Wen Qiao berkemas dan segera naik pesawat pribadi untuk kembali ke Haicheng bersama Fu Nanli dan menuju ke apartemen Fu Nanli.     

Zhou Jin sedang melayani biksu tua, sedangkan Fu Chuan memberinya bayaran yang cukup besar atas jasa ramalannya dan mereka beristirahat sejenak.     

Wen Qiao tertidur di pesawat dan sepertinya dia sangat kelelahan. Sesampainya di apartemen, Fu Nanli menggendong Wen Qiao ke kamar dan dengan lembut membaringkannya di tempat tidur dengan gerakan yang sangat lembut. .     

Ruangan kamar bercahaya remang-remang, hanya diterangi oleh pantulan cahaya lampu jalan. Sudah beberapa hari ini Fu Nanli tidak tidur, tetapi dia tetap ingin tetap terjaga untuk menjaga dan memastikan Wen Qiao aman, dengan begitu dia bisa merasa tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.