Dia Hanya Mengingatku

Munculnya Si Pembohong Besar



Munculnya Si Pembohong Besar

0Fu Nanli memiliki banyak musuh, dan tidak sedikit yang telah menyerangnya secara diam-diam.     

Lalu terdengar suara dengkuran dari Wen Qiao, mengingatkan Fu Nanli bahwa dia juga memiliki banyak saingan cinta, dia menjadi semakin kesal dan menggigit bagian ujung bibir Wen Qiao. Wen Qiao yang tertidur nyenyak menjadi terbangun, gadis itu berusaha membuka matanya dan berkata dengan nada mengantuk, "Apa yang kamu lakukan?"     

Tuan Muda Fu hanya berkata dengan lembut, "Tidurlah, tidurlah."     

Wen Qiao menutup matanya dan tertidur lagi, tetapi hanya butuh beberapa detik, terdengar kembali suara dengkurannya. Gadis ini bisa kembali tertidur dengan begitu cepat.     

Fu Nanli memejamkan matanya, tak lama kemudian ponselnya berbunyi, ternyata ada sebuah pesan teks dari Fu Chuan. Fu Nanli segera membacanya, Kamera CCTV di titik lokasi kejadian semuanya rusak, tidak ada bukti yang dapat ditemukan.     

Wajah Fu Nanli berubah menjadi serius, ternyata si pelaku sudah merencanakan semua ini dengan baik.     

Satu-satunya hal yang dia syukuri adalah Wen Qiao yang masih hidup.     

Tak peduli berapa pun biaya yang harus aku keluarkan, terus selidiki kasus ini sampai tuntas.     

Aku mengerti. Jawab Fu Chuan.     

Saat fajar menyingsing, Wen Qiao merasa seperti sudah tidur dalam waktu lama. Masih terdengar samar-samar suara sisa tetesan air hujan di jendela. Saat dia membuka matanya, dia melihat tetesan hujan pada dedaunan pohon dari jendela, terlihat begitu segar.     

Selain pemandangan pohon, dia juga melihat seraut wajah yang berada tepat di depannya.     

Kesadaran Wen Qiao masih belum sepenuhnya pulih. Jari-jarinya menyentuh dagu Fu Nanli, kelopak mata pria itu bergerak dan Fu Nanli membuka matanya.     

"Kamu sudah bangun?" Mata pria itu merah, kelelahan terukir jelas di matanya, dan suaranya terdengar serak. Wen Qiao mengangguk dan menjawab, "Iya, tidurlah lagi."     

Wen Qiao melihat Fu Nanli yang terlihat kelelahan.     

Tangan Fu Nanli dengan lembut menyentuh wajahnya.     

Tangannya yang begitu besar berada di wajah Wen Qiao yang sangat kecil, Fu Nanli membelai wajahnya, hingga Wen Qiao merasa geli.     

"Aku rasa ini kurang pantas," Kata Wen Qiao.     

Fu Nanli mengerutkan kening, "Apa yang kamu anggap tidak pantas?"     

"Kita bukanlah sepasang kekasih lagi. Apakah pantas kamu membelai wajah gadis yang bukan kekasihmu lagi?"     

Fu Nanli mengencangkan pelukannya di pinggangnya, "Apa maksudmu?"     

Wen Qiao adalah orang yang berpikir rasional. Selama ini hubungan mereka berdua hanyalah sebuah sandiwara belaka. Sekarang kebohongannya sudah terbongkar, itu artinya mereka juga sudah tidak memiliki ikatan hubungan apa-apa lagi.     

"Aku telah berbohong kepadamu, aku sama sekali bukanlah kekasihmu lagi."     

"Memang pada awalnya, saat kamu mengaku sebagai kekasihku, itu adalah suatu kebohongan. Tetapi apa yang sudah kita lewati bersama selama ini, perhatian yang kita tunjukan satu sama lain, itu bukanlah suatu kebohongan."     

Suara Fu Nanli terdengar lembut dan persuasif. Suasana hujan di pagi hari memang membuat perasaan menjadi melankolis. Wen Qiao merenungkan apa yang dikatakan oleh Fu Nanli.     

Tiba-tiba, Wen Qiao menatapnya dan berkata, "Kapan kamu menemukanku?"     

Fu Nanli terkejut, ternyata Wen Qiao juga menyadari kejanggalan itu.     

Dia membelai tangan Wen Qiao dengan lembut, dan kemudian menatap langsung ke arahnya, "Di hari ketiga belas, kamu pingsan di dekat toko bunga, dan aku menemukanmu."     

Wen Qiao sedikit bingung, "Hah? Benarkah di hari ketiga belas? Lalu mengapa saat aku di halaman rumah, kamu baru muncul seolah kamu baru saja menemukanku? Lalu kenapa saat kamu menemukanku, kamu justru membiarkanku berada di rumah itu dan bukan langsung membawaku pulang ke Haicheng?"     

Wen Qiao sungguh pintar, gadis ini tidak mudah dibodohi.     

Pembohong kecil pensiun, dan saat ini muncul si pembohong besar.     

Tampaknya selalu ada kebohongan di antara mereka.     

Menurut Fu Nanli, kebohongannya tidak sebesar kebohongan yang sudah dilakukan oleh kekasihnya.     

"Karena pada saat itu kondisimu pingsan. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu, jadi aku membiarkanmu tinggal di rumah itu untuk sementara waktu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.