Dia Hanya Mengingatku

Cara Terbaik Adalah Membuat Wen Qiao Bosan



Cara Terbaik Adalah Membuat Wen Qiao Bosan

0Ji Mingyuan dan Su Yun tidak mengadakan acara resepsi di hotel. Perjamuan resepsi mereka adakan di rumah Ji Mingyuan. Ada enam meja yang tersedia, resepsi itu mengundang kerabat dan temen-teman dari kedua belah pihak.     

Su Ying memandang keluarga bibinya, dan berbisik kepada ibunya, "Wen Qiao ternyata sedang mendekati pria kaya.'"     

He Mei segera tertarik dengan yang dikatakan Su Ying dan bertanya, "Siapa yang dia dekati?"     

"Apakah ibu tahu keluarga Fu?"     

"Keluarga Fu yang memiliki perusahaan Zhonghuan?"     

"Benar. Tuan Muda Fu juga bekerja sebagai kapten di Dongchuan Airlines."     

He Mei mengepalkan tinjunya, "Gadis ini memiliki selera yang tinggi. Apakah dia bisa berhasil?"     

Su Ying mendengus pelan, "Menurut ibu? Sudah bisa ditebak, Tuan Muda Fu akan menolaknya mentah-mentah."     

He Mei berbisik pelan, "Sebenarnya kalau Wen Qiao berhasil mendekati Tuan Muda Fu, hal itu juga ada baiknya. Kita juga bisa diuntungkan."     

Su Ying menatap ibunya dan berkata, "Apa yang ibu katakan? Pertama-tama Tuan Muda tidak akan mau dengannya. Kalaupun Tuan Muda telah dibutakan oleh cinta dan jatuh cinta kepadanya, apakah ibu kira kita akan dapat keuntungan? Yang ada justru gadis itu akan menyombongkan diri di depan kita. Jadi bu, jangan mengharapkan dia bisa dekat dengan Tuan Muda Fu. Orang kaya sepertinya tidak akan mau dengan gadis cantik tetapi terlahir dari keluarga miskin seperti Wen Qiao."     

"Tuan muda Fu itu sepertinya tidak dekat dengan wanita." Su Ying menambahkan.     

He Mei berkata, "Ibu kira Wen Qiao adalah bidadari, yang kecantikannya bisa membuat pria langsung jatuh cinta begitu melihatnya. Wajah gadis itu benar-benar bisa menarik hati pria, dia cantik dan menawan."     

Acara pernikahan sudah dimulai. Su Yun dan Ji Mingyuan berjalan ke karpet merah sederhana dengan karangan bunga yang melengkung di depan pintu, Wen Qiao merasa sangat puas melihat ibunya telah memiliki kehidupan baru.     

Saksi pernikahan mereka adalah bibi yang baik hati berusia lima puluhan, dia menjabat sebagai Ketua RT setempat, dan yang merawat Wen Qiao dan keluarganya sehari-hari.     

Para tetangga, seperti keluarga Kakak Kai dan beberapa tetangga lain yang memiliki hubungan baik dengan mereka semuanya datang.     

Seperti yang Wen Qiao percayai, tetangga justru lebih dekat daripada dengan kerabat sendiri.     

Bibi Cui, si Ketua RT, memulai pidatonya sebagai saksi pernikahan. Di pertengahan pidatonya, tiba-tiba sebuah suara datang dari luar pintu. Wen Qiao mendongak dan melihat bahwa ayahnya, Wen Jianmin, yang sudah menelantarkan istri dan anak-anaknya, datang di waktu yang tidak tepat.     

Ayahnya menggertak Paman Ji yang merupakan orang baik.     

Ayahnya bisa menggertak Paman Ji, tetapi jangan harap bisa menggertak Wen Qiao dan Wen Chi.     

Wen Jianmin datang bersama Xu Lu. Wen Jianmin melihat mantan istrinya, yang berusia empat puluhan tahun itu mengenakan gaun pengantin putih. Dia terlihat cantik dalam balutan gaun itu. Akhir-akhir ini, barulah dia menyadari bahwa mantan istrinya itu adalah wanita yang cantik dan baik hati.     

Namun, tatapan Xu Lu langsung tertuju pada Wen Qiao, gadis itu juga mengenakan gaun putih karena ini adalah acara pernikahan ibunya.     

Xu Lu melihat sekelilingnya, namun dia tidak melihat sosok Fu Nanli yang hadir pada acara ini bersama Wen Qiao.     

Di hari yang sangat penting seperti ini, Fu Nanli tidak datang? Ini jelas membuktikan bahwa sepertinya Tuan Muda Fu sudah bosan dengannya. Xu Lu merasa ini adalah berita bagus!     

Dia merasa tidak sia-sia dia datang ke sini.     

Wen Qiao berdiri di depan Wen Jianmin, dan melihat Wen Jianmin mengangkat sebuah benda di tangannya. Wen Qiao berkata sambil tersenyum, "Kami menerima niat baik kalian. Silahkan kalian berdua pulang, karena kursi sudah penuh."     

Wen Qiao berusaha untuk bersikap sopan.     

Wen Jianmin nyaris tidak bisa mempertahankan senyum di wajahnya, dia berkata, "Hari ini hari bahagia ibumu. Apakah kamu masih saja bersikap kasar? Apa kamu tidak malu dengan para tamu yang melihat kita?"     

Wen Qiao mengulurkan tangannya di kusen pintu, dan berkata, "Aku tidak malu. Para tetangga kami tidak akan menertawakanku karena mereka semua tahu apa yang telah terjadi di keluarga kita, mereka semua tahu bahwa Anda telah menelantarkan kami, dan merekalah yang membantu kami melewati kesulitan, oleh karena itu kami mengundang mereka ke acara hari ini. Sekarang, pergilah dari sini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.