Dia Hanya Mengingatku

Penyesalan



Penyesalan

0Mainan yang tidak Wen Qiao dapatkan dari ayahnya ketika berusia dua tahun, kini baru dia dapatkan saat usianya sudah menginjak dua puluh tahun.     

Dan ayahnya membelikan mainan itu bukan karena sudah menyadari kesalahan yang diperbuatnya, tetapi karena ayahnya tahu apabila kekasihnya adalah seorang pria kaya raya.     

Xu Lu buru-buru berkata, "Paman Wen, letakkan saja hadiahnya. Kita sudah berniat baik datang kesini, lebih baik sekarang kita pulang, Wen Qiao pasti sudah menerima niat baikmu."     

Wen Jianmin sudah memahami sifat temperamen putrinya, kemudian dia memandang mantan istrinya dengan perasaan penuh penyesalan.     

Dulu dia memiliki istri yang lembut dan juga berbudi luhur, serta seorang putri dan dua putra yang pintar dan berbakat.     

Wen Jianmin yang melihat kondisinya saat ini hanya bisa menghela nafas dan menyesal.     

Acara pernikahan berlanjut, dan Wen Qiao tersentuh dengan doa yang diberikan oleh para tetangga untuk ibunya. Begitu dia duduk, dia melihat bibinya yang selalu banyak bicara mendekatinya, dan berkata, "Qiaoqiao, ayahmu sudah datang tapi kenapa kamu tidak membiarkan dia masuk? Ayahmu sudah berbaik hati untuk datang kesini, kamu sudah tidak sopan dengan mengusirnya seperti itu. Jangan ingat-ingat lagi kebencianmu di masa lalu."     

Wen Qiao tersenyum dan menatap bibinya sambil berkata, "Apakah bibi juga ingin diusir seperti Wen Jianmin?"     

He Mei mengumpat, gadis sialan!     

"Kalau bukan untuk kebaikan kalian sendiri..."     

Wen Qiao tersenyum lagi dan berkata: "Aku harap bibi tidak mencampuri urusan keluarga kami. Satu hal lagi, aku bisa mengusir siapa pun, bibi sudah mengenalku dengan baik, bahwa aku tidak main-main dengan ucapanku."     

He Mei langsung pergi meninggalkan Wen Qiao sambil menggerutu dalam hati, Gadis sialan itu sungguh tidak berperasaan. Jika dia tetap melanjutkan perdebatan, aku pasti akan diusir oleh gadis sialan itu.     

Acara pernikahan berlanjut dengan hangat dan indah.     

Di meja makan, Wen Mo meraih tangan Wen Qiao, dan Wen Qiao balas menatapnya, "Ada apa?"     

Meskipun Wen Mo sudah dapat berbicara, tetapi dia hanya mau berbicara dengan Wen Qiao jika ada masalah. Dr. Chen mengatakan bahwa tidak perlu terburu-buru, dan Wen Qiao diminta untuk sering mengajak Wen Mo berbicara. Setelah nanti Wen Mo sudah terbiasa, dia akan bisa berbicara dengan orang lain.     

"Kakak ipar…kenapa dia tidak datang?" Tanya Wen Mo.     

Wen Mo masih berbicara dengan terbata-bata, belum sepenuhnya lancar.     

Wen Chi juga datang dan bertanya, "Iya, benar. Kenapa kakak ipar tidak datang?"     

Kedua adiknya ini...memanggil sebutan kakak ipar dengan luwes sekali.     

Di saat ibu dan Paman Ji sedang bersulang di meja, Wen Qiao mengerutkan keningnya dan berkata, "Bukankah aku sudah memberitahumu? Dia sedang keluar negeri untuk bekerja, jadi dia tidak bisa datang."     

Wen Chi menjawab sambil memegang dagunya, "Bukankah kakak iparku sangat peduli denganmu? Tidak bisakah dia meluangkan waktu sebentar untuk datang ke pernikahan ibu dan Paman Ji?"     

Wen Qiao mendorong kepala Wen Chi, "Kenapa kamu masih bertanya lagi? Jika aku katakan dia tidak bisa datang, itu artinya dia benar-benar tidak bisa datang."     

Dia harus bersikap sedikit kasar dengan adiknya.     

Wen Chi kesal, "Kenapa kamu jahat sekali?"     

Wen Qiao mengambil kepiting dan memberikannya kepadanya, "Diam dan makanlah."     

Wen Chi menggodanya, "Nanti aku akan laporkan perbuatanmu kepada kakak ipar, biar dia memberi pelajaran kepadamu karena sudah berbuat kasar kepada adikmu."     

Di bawah meja, Wen Qiao menginjak kakinya, Wen Chi hampir berteriak karena injakan kakaknya itu..     

"Kakak minta kamu diam dan makan. Tidak bisakah kamu diam?"     

"Bisa, bisa, bisa...bisa."     

Wen Chi si petarung dari SMP 9 tidak menyangka bahwa dia bisa dikalahkan oleh seorang wanita.     

Wen Qiao memberinya potongan paha ayam lagi, "Bagus."     

Wen Qiao menoleh ke Wen Mo, dia melihat Wen Mo sedang menatapnya dengan cemas. Wen Qiao mengelus kepala adiknya dan berkata, "Dia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia tidak bisa datang hari ini."     

Wen Mo memiliki kepribadian yang lembut dan sensitif, berbeda dengan Wen Chi. Wen Mo khawatir kakaknya dan kakak iparnya putus. Kakak iparnya adalah pria yang baik, dia tidak ingin mereka sampai putus.     

Wen Qiao menuangkan minuman untuknya, "Ayo makan, ayo makan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.