Dia Hanya Mengingatku

Bibi Xiaojun



Bibi Xiaojun

0Wen Qiao memeluk ibunya, "Aku sekarang juga merasa bahagia, karena sekarang ada pria yang akan selalu mencintai ibu."     

Su Yun berkata, "Dasar anak cengeng, jangan menangis."     

"Siapa yang menangis? Aku tidak menangis."     

Orang yang menangis itu sebenarnya adalah Bibi Xiaojun, sahabat baik dari Su Yun, dia adalah orang baik yang mau menyewakan rumahnya untuk mereka tinggal pada saat mereka diusir.     

Ketika mendengar kabar bahwa Su Yun menikah, dia langsung pulang ke Tiongkok.     

Bibi Xiaojun berasal dari keluarga kaya, karena dia dikirim ke luar negeri oleh perusahaannya, kemudian dia bertemu suaminya disana dan tinggal di New York.     

Dia juga berusia 40-an awal, tetapi dia awet muda, rambutnya ditata rapi, kulitnya putih, dan dia terlihat seperti orang barat.     

Ketika para tamu sudah pulang, dia menyempatkan waktu untuk mengobrol dengan mereka.     

Dia meraih tangan Wen Qiao dan berkata, "Bibi lama tidak pulang dan sudah lama tidak bertemu denganmu. Qiaoqiao, kamu semakin cantik. Apakah kamu sudah memiliki kekasih? Bibi punya keponakan yang tampan dan juga tinggi, bagaimana? Apakah kamu mau berkenalan denganya?"     

Su Yun tersenyum sambil memegang tangan Bibi Xiaojun, "Qiaoqiao sudah memiliki kekasih."     

Bibi Xiaojun terlihat kesal, "Oh ya? Qiaoqiao kan cantik, pasti banyak pria yang mengejarnya."     

Wen Qiao berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu, silahkan kalian berbincang berdua, tetapi jangan terlalu lama, jangan sampai membuat Paman Ji menunggu lama."     

Su Yun pura-pura marah, "Kamu ini..."     

Wen Qiao bergegas keluar.     

Wen Qiao dan dua adik laki-lakinya berdiri di halaman dekat jendela dan samar-samar bisa mendengar tangisan ibunya dan Bibi Xiaojun.     

Mereka pasti sedang mengobrol tentang tentang masa lalu, berbicara tentang tahun-tahun yang menyedihkan dan kelam itu, siapa yang tahan? Siapa yang tidak akan menangis jika mengingat masa-masa itu?     

Ketika senja datang, Bibi Xiaojun, Wen Qiao dan kedua adiknya mengantar ibunya pulang ke rumah Paman Ji.     

Jaraknya hanya empat rumah dari rumah mereka, dekat sekali jaraknya.     

Paman Ji tersenyum dan berkata kepada Bibi Xiaojun, "Terima kasih telah menyewakan rumah kepada mereka, kalau itu tidak terjadi, aku tidak akan mengenal Su Yun seperti sekarang."     

Bibi Xiaojun membenarkannya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Kamu harus memperlakukannya dengan baik, kalau tidak, aku akan membuat perhitungan denganmu."     

Wen Qiao tiba-tiba teringat Youyou. Wen Qiao merasa dia dan ibunya sungguh beruntung karena memiliki seorang sahabat dekat.     

Ji Mingyuan menjawab dengan serius, "Aku akan menjaganya dengan baik."     

Wen Qiao mengantar Bibi Xiaojun kembali ke mobil, dan kemudian memberikan kartu ATM kepadanya, "Bibi Xiaojun, aku sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Rumah yang kami sewa ini, akan kami beli. Bawa kartu ATM ku, sisa pembayaran akan aku transfer."     

Bibi Xiaojun mengusap kepala Wen Qiao, "Gadis kecil, kamu senang bisa menghasilkan uang sendiri ya? Apakah kamu kira bibi menginginkan uangmu?"     

Wen Qiao dengan keras kepala berkata, "Aku tahu bibi sudah punya banyak uang, tapi…"     

Bibi Xiaojun memeluknya, "Wen Qiao, bibi tidak menginginkan uangmu. Bibi tahu kamu sudah mengalami masa-masa berat tahun ini. Karena ibumu tubuhnya lemah, jadi kamu yang harus menjadi tulang punggung keluarga ini dan membantu pengobatan kedua adikmu. Bibi tidak bisa membantumu apa-apa, jadi anggap saja rumah ini sebagai hadiah."     

Mata Wen Qiao sedikit basah, di masa lalu dia memiliki ayah yang kejam, kini dia memiliki orang-orang yang baik hati dan tulus.      

"Terima kasih, Bibi Xiaojun."     

Bibi Xiaojun memeluk Wen Qiao, "Bibi dan pamanmu telah mendiskusikannya. Beberapa waktu lagi, kami akan fokus dengan pekerjaan di Haicheng, jadi kita dapat sering bertemu."     

Wen Qiao melihat Bibi Xiaojun pergi, lalu dia bersama kedua adiknya menemui Paman Ji dan mengatakan bahwa mereka akan sering berkunjung ke rumahnya. Paman Ji juga menyampaikan kekhawatirannya jika mereka tidak akan mau datang ke rumahnya.     

Setelah keluar dari rumah Paman Ji, mereka pulang ke rumah dengan menyusuri gang panjang yang penuh dengan kenangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.