Dia Hanya Mengingatku

Menggendong Kekasih Dengan Satu Tangan TanpaTerengah-engah



Menggendong Kekasih Dengan Satu Tangan TanpaTerengah-engah

0Sepuluh menit kemudian, pasta steak, sup tomat dan jamur disajikan di atas meja, Wen Qiao duduk di meja dengan bibir yang sedikit bengkak, lalu dia menendang kaki Fu Nanli, "Siapa yang mengizinkanmu…"     

Pergelangan kaki itu segera dicengkeram oleh tangan yang kuat, "Bukankah kita belum dekat, tetapi kenapa kamu berani mendekatiku?"     

Wen Qiao seketika terdiam.     

Dia baru paham perasaan Wen Chi, saat itu adiknya tidak berdaya membalas perkataan maupun pukulan dari kakaknya.     

Ternyata rasanya sangat menjengkelkan.     

Melihat Wen Qiao terdiam, Fu Nanli merasa sedikit lebih ceria, dia melepaskan pergelangan kaki gadis itu dan berkata, "Ayo makan."     

Wen Chi yang merupakan jagoan di SMP 9, tetapi tidak berdaya saat berhadapan dengan kakaknya.     

Begitu pula dengan Wen Qiao, dia bisa melawan siapa saja yang menindasnya saat di sekolah, tetapi dia tidak berdaya saat sedang berhadapan dengan Fu Nanli.     

Hal ini terasa sangat menyakitkan bagi Wen Qiao.     

"Bukankah kamu sedang sibuk?"     

Ketika Fu Nanli membantunya memotong steak, Wen Qiao terlihat bosan, jadi Fu Nanli mengajaknya mengobrol.     

"Iya."     

"Dulu, jadwal penerbanganku cukup padat, tetapi sekarang jadwal lebih padat lagi. Aku harus bekerja sebagai kapten, harus berurusan dengan urusan Zhonghuan, dan harus melakukan perjalanan bisnis setiap tiga hari."     

"Lalu bagaimana kamu punya waktu untuk gym?" Tanya Wen Qiao.      

Steak dipotong-potong, dan piring didorong ke dekat tangannya. Brokoli rebus tidak terlihat menggugah selera Tuan Muda Fu, tetapi untuk kesehatan, Fu Nanli terpaksa untuk memakannya.     

"Aku selalu menyempatkan waktu untuk ke gym."     

"Apakah kamu ke gym setiap hari?"     

"Hampir setiap hari."     

Wen Qiao menatapnya, "Buat apa kamu begitu rajin?"     

"Kelak, aku ingin memeluk kekasihku dengan satu tangan saja tanpa merasa terengah-engah." Suaranya seksi, jari-jarinya yang ramping memegang pisau dan garpu, sedangkan telinga Wen Qiao terasa panas mendengar jawabannya.     

"Kamu tidak harus bekerja terlalu keras, pekerjaanmu sudah banyak, hal-hal yang tidak penting ini bisa dikesampingkan dulu."     

Fu Nanli meliriknya, Wen Qiao terlihat gugup melihat tatapannya, seakan bisa membaca isi pikirannya.     

"Aku ke gym hanya setengah jam saja."     

Wen Qiao membalik steak di piring dan menjawab "Oh" dengan suara yang rendah.     

Setelah makan malam, mereka masih bisa melihat matahari yang terbenam dari jendela ruang tamu. Fu Nanli yang telah mencuci piring, datang menghampirinya. Fu Nanli memakai baju rumah, atasan putih dan celana linen berwarna khaki yang sedikit longgar.      

Fu Nanli duduk di samping Wen Qiao, mengambil remote control, dan menyalakan TV.     

Gawat, Wen Qiao terkejut melihat acara televisi yang sedang menyiarkan berita pemindahan lukisan bunga matahari yang terkenal itu.     

Wen Qiao terbatuk ringan lalu berkata, "Aku ingin menonton variety show."     

Fu Nanli memeluk gadis itu dengan akrab. Dia sudah muak dengan permainan cinta anak kecil, cukup sampai di sini saja. Mulai sekarang mereka berpacaran seperti biasa, tanpa memainkan sebuah sandiwara berjudul 'Aku mengejarmu, dan kamu mengejarku".     

"Nanti saja."     

Acara ini menggambarkan dengan sangat rinci aksi pencurian lukisan bunga matahari dalam perjalanan dari Museum Van Gogh di Amsterdam ke Museum Inggris.     

Wen Qiao menghela nafas lega, klub M-nya tidak disebutkan. Mereka tidak ingin identitasnya ketahuan.     

Fu Nanli berkata dengan serius, "Teman-temanku di Inggris mengatakan bahwa mereka memiliki beberapa rumor di sana."     

Wen Qiao bertanya, "Rumor apa?"     

"Katanya ada beberapa pencuri yang mengincar lukisan bunga matahari itu."     

Wen Qiao perlahan-lahan merasakan keringat dingin yang ada di dahinya setelah apa yang Fu Nanli katakan ternyata tepat sasaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.