Dia Hanya Mengingatku

Anak Nakal



Anak Nakal

0Wen Qiao, Lu Youyou dan Gu Xiao masing-masing membawa dua tas besar dan kembali ke klub AF. Kakak Dong sedang makan paha ayam dan memuji keterampilan memasak bibi pekerja, "Pertimbangkan untuk memintanya bekerja penuh waktu."     

Wen Qiao memikirkannya, "Apakah menurutmu kerjanya cukup bagus?"     

"Menurutku, Bibi Chen tidak buruk. Dia rajin, bersih dan juga rapi. Selain itu keterampilan memasaknya juga bagus, dan dia juga jujur."     

Wen Qiao mengangguk, "Baiklah, saat dia ke sini lagi, tanyakan padanya apakah dia mau bekerja penuh waktu."     

"Baiklah."     

"Wen Chi dan teman-temannya akan mengikuti ujian masuk SMA yang akan diadakan bulan depan. Tidak ada cara lain untuk meminta mereka latihan di setiap akhir pekan dan setelah mereka selesai mengikuti ujian masuk SMA."     

Kakak Dong meludahkan dua tulang ayam dan berkata, "Tidak apa-apa, aku akan meminta Gu Xiao dan Yu Zhan berlatih dulu."     

Saat ini, pemain utama adalah Wen Chi, Xia Bai, Gu Xiao dan Yu Zhan. Sedangkan Ding Hai menjadi pemain cadangan. Ketika dia mendengar berita itu, Ding Hai menangis dan pingsan di toilet.     

Skill-nya memang tidak sebagus teman-temannya yang lain, jadi dia harus patuh.     

Gu Xiao memasuki ruang pelatihan, dan Wen Qiao bertanya pada kakak Dong, "Apakah dia rajin latihan?"     

"Dia sangat rajin. Dia menghabiskan dua hari latihan di klub pada akhir pekan, dia berlatih selama lebih dari 16 jam, dan biasanya datang ke sini pada malam hari. Levelnya sudah sangat tinggi, dan dia juga sangat pekerja keras, jarang ada pemain yang serajin dirinya."     

Wen Qiao agak khawatir dengan Wen Chi, apakah setelah ujian masuk SMA, kemampuan bermain Wen Chi akan lebih jauh tertinggal dari Gu Xiao?     

Tidak ada jalan lain, bagaimanapun juga Wen Chi tetap harus ikut ujian masuk SMA.     

Setelah meninggalkan klub, Wen Qiao pulang ke rumah. Kedua adiknya sedang mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Wen Qiao berpikir bahwa adiknya benar-benar tidak bisa memperhatikan pelajaran mereka untuk sementara waktu. Wen Qiao menuju ke meja, Wen Mo memberi jalan ke samping agar kakaknya bisa lewat dan duduk. Wen Qiao memandangi Wen Mo yang sedang memainkan game sudoku di ponselnya.     

Ujian masuk SMA hampir tiba, Xiao Mo tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah, dan masih asyik bermain game.     

Wen Qiao menoleh ke arah Wen Chi dan teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas rumah, tampak perbedaan mereka dengan Xiao Mo besar sekali.     

"Bagaimana tugas rumahmu akhir-akhir ini?" Tanya Wen Qiao.     

Wen Qiao membolak-balik kertas ujian fisika Wen Chi, dan ketika dia selesai menulisnya, Xiao Mo membantu menilainya, dan dia mendapat nilai seratus.     

Wen Qiao mengangkat alisnya, "Apakah ini kertas ujian milik Wen Chi?"     

Wen Chi menepuk meja, "Kalau bukan punyaku, lalu punya siapa?"     

Wen Qiao tersenyum dan bertanya pada Wen Mo, "Apakah dia yang menulisnya?"     

Wen Mo mengangguk, "Iya, dia yang menulisnya."     

Wen Qiao tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, dan akhirnya dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Wen Chi, "Kamu dapat nilai sempurna di ujian Fisika? Kapan?"     

"Kamu selalu mempedulikan kekasihmu. Kapan kamu akan mempedulikan adikmu?"     

Wen Qiao menyipitkan mata, Wen Chi benar-benar anak yang nakal.     

Begitu dia melihat ekspresi kakaknya, Wen Chi berkata, "Aku bercanda."     

Wen Qiao bertanya lagi, "Bagaimana dengan tugas rumah lainnya?"     

"Semuanya bagus, matematika sering mendapat nilai sempurna juga. Nilaiku yang masih kurang di pelajaran sastra dan bahasa Inggris. Tetapi aku masuk peringkat kelima di kelas dengan rata-rata nilaiku berada di tiga besar saat di kelas. Menurutmu aku hebat atau tidak?"     

Wen Qiao mengangkat alisnya, "Sungguh menakjubkan, bagaimana dengan Xia Bai dan Ding Hai?"     

"Kakak Qiao, nilaiku dan Ding Hai juga mengalami kemajuan pesat. Kami berharap bisa masuk ke sekolah yang sama dengan dengan Kakak Chi. Ini semua berkat Xiao Mo." Ujar Xia Bai.     

Wen Qiao akhirnya menghela nafas lega, anak-anak nakal ini yang dulunya berandalan di mata orang-orang, tetapi sekarang mereka sudah membuktikan bahwa mereka semua bisa masuk ke SMA ternama. Kehidupannya kini jauh lebih baik.     

Dia masih ingat bagaimana dulu mereka mengecat rambut mereka dengan berbagai warna, dan mengajak Wen Chi bermain di warnet. Semua kenakalan itu berbanding terbalik dengan mereka sekarang yang rajin belajar untuk mempersiapkan ujian.     

Kini kehidupannya jauh lebih baik.     

Di tengah perbincangan mereka, bau barbekyu yang berasal dari halaman rumah menyelinap masuk ke dalam. Paman Ji sedang memanggang daging di atas api arang dan mengadakan barbekyu malam ini dengan bir dingin yang sudah diletakkan di atas meja.      

Pada bulan Juni, musim panas pun tiba.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.