Dia Hanya Mengingatku

Jangan Ganggu Bibimu



Jangan Ganggu Bibimu

Fu Nanli menatap Shen Tian dengan tajam, dan anak itu segera meralat komentarnya, "Tapi aku rasa interior apartemen paman cukup bagus."     

Berapa banyak orang yang mampu membeli rumah seluas 300 meter persegi di pusat kota?     

Fu Nanli melihat arlojinya, "Setiap akhir pekan, kamu akan tinggal di sini, dan setiap di akhir pekan kamu harus bangun pukul setengah tujuh pagi, kemudian selanjutnya waktu harus kamu pakai untuk belajar. kamu boleh keluar, tapi pukul sembilan, kamu sudah harus pulang, kalau pukul sembilan kamu belum pulang, maka jangan pulang ke sini."     

Shen Tian memasang ekspresi sedih dan berkata, "Paman, jangan terlalu ketat."     

Fu Nanli membuka pintu kamar tidur di lantai pertama, "Bagaimana menurutmu?"     

Melihat ekspresinya yang santai, Shen Tian dengan ragu-ragu berkata, "Kamarnya bagus."     

"Kamu tidurmu di lantai satu dan paman di lantai dua, jadi kamu tidak perlu naik."     

Shen Tian berpikir, Mana berani aku naik untuk mengganggumu!     

Terdengar suara ketukan kata sandi datang dari pintu. Fu Nanli tidak melarang Wen Qiao datang, meskipun ada Shen Tian yang menginap di rumahnya. Sekarang mereka sudah resmi berpacaran dan memutuskan melupakan kebohongan yang sudah dilakukan oleh gadis itu di masa lalu.     

Dia tidak pernah mengajak Wen Qiao bertemu keluarganya, tetapi juga tidak berniat menyembunyikan status mereka di depan keluarganya.     

Ketika pintu terbuka, Shen Tian melihat gadis cantik yang menyelamatkannya, dan dia menunjuk ke arah Wen Qiao yang mendekat dengan bingung, "Kamu… kenapa kamu datang ke rumah pamanku?"     

Fu Nanli memeluk pinggang Wen Qiao, "Sebenarnya, dia adalah calon bibimu."     

Shen Tian membuka mulutnya dan hendak berbicara, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa untuk sementara waktu.     

Kemudian Shen Tian berkata, "Tapi dia terlihat sangat muda."     

Fu Nanli mengerutkan kening, dan wajahnya berubah muram.     

Wen Qiao mengerutkan keningnya, "Kakak Nanli belum tua kok."     

Baru pada saat itulah Shen Tian memperhatikan tatapan muram pamannya, dan mengetahui bahwa dia mungkin sudah mengatakan sesuatu yang salah, dan dia dengan cepat berkata, "Ah iya, ya, kalian pasangan yang serasi. Sekarang banyak juga pasangan bahagia yang perbedaan umurnya jauh."     

Lima menit kemudian, Fu Nanli berdiri di depan jendela dan menghubungi Ji Xianyi, "Jemput anakmu."     

Ji Xianyi langsung merasa pening, "Dia baru saja di rumahmu dan sudah membuatmu kesal?"     

"Iya."     

"Aku akan memarahinya. Tapi biarkan dia tinggal di rumahmu, Kakak mohon. Kamu juga boleh memarahi dan memukulnya."     

Fu Nanli menyalakan speakerphone, dan Shen Tian yang berdiri tidak jauh menatap pamannya yang marah dengan gemetar, dan ketika dia mendengar ungkapan 'Boleh memukul', dia tidak bisa menahan rasa merinding di sekujur lehernya.     

Siapa yang tidak tahu bahwa pamannya adalah ahli jiu-jitsu, jika pamannya memukulnya, apakah dia akan terluka parah?     

Apakah benar dia adalah anak kandung dari ayah dan ibunya? Pikir Fu Nanli dalam hati.     

Fu Nanli menutup telepon dan melirik Shen Tian, "Ibumu sudah memberi izin paman untuk memukulmu."     

Shen Tian berlutut di depan pamannya, "Aku akan mendengarkanmu."     

"Satu hal lagi, kamu tidak boleh mengganggu bibimu."     

Kenapa sudah meminta anak ini memanggilnya bibi?     

"Iya,iya. Aku tidak akan mengganggu bibi."     

Shen Tian berkata di depan pamannya bahwa dia tidak akan mengganggu Wen Qiao, tapi tidak di belakangnya. Dia berencana mentraktir Wen Qiao makan bersama.     

Bagaimanapun, Wen Qiao sudah menyelamatkan nyawanya. Di tengah masyarakat yang tidak peduli terhadap orang lain, ternyata masih ada orang yang masih berbaik hati untuk menolong orang.     

Dia menyukai bibinya ini.     

Menanggapi ajakan Shen Tian, ​​​​Wen Qiao menjawab, "Apa yang kulakukan hanya hal kecil. Jadi, jangan merasa berhutang budi."     

Shen Tian berkata, "Jika kamu tidak pergi bersamaku, itu artinya kamu menghinaku!"     

Wen Qiao berkata dalam hati, Baiklah, aku terima saja ajakannya, agar dia tidak berbuat onar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.