Dia Hanya Mengingatku

Bertemu Dengan Murid Penyuka SKS (Sistem Kebut Semalam)



Bertemu Dengan Murid Penyuka SKS (Sistem Kebut Semalam)

0Kakak Shan merasa terhormat dan tersentuh. Selama ini dia mengira seumur hidupnya akan dihabiskan dengan bermain musik di jalanan. Dia tidak menyangka sama sekali akan bisa bermain musik di atas panggung dan bisa mendengar suara tepuk tangan dari para penonton serta mendapat hadiah bunga dari seorang gadis kecil.     

Saat pertunjukan telah usai, Kakak Shan dan yang lainnya segera mengemasi alat musik mereka di atas panggung, Wen Qiao berjalan menghampiri mereka, lalu duduk di tepi panggung sambil menggoyangkan kakinya dengan santai, kemudian dia memanggil Kakak Shan.     

Kakak Shan baru saja mengemasi Erhu. Ketika dia mendengar seseorang memanggilnya, dia segera berbalik dan melihat Wen Qiao sambil tersenyum.     

Lampu di atas panggung padam satu per satu, hanya satu yang tersisa, dan tirai merah yang ada di belakangnya telah terlipat. Wen Qiao tidak bisa menahan perasaan bahagia ketika melihat senyuman Kakak Shan.     

"Kenapa kamu bisa di sini?"     

Wen Qiao tersenyum, "Aku mendapat berita bahwa ada band bagus yang tampil di teater ini, jadi aku datang ke sini, dan tidak menyangka jika kalian adalah pemainnya. Penampilan kalian sungguh menakjubkan."     

Kakak Shan berjalan dengan susah payah dan duduk di samping Wen Qiao. Teater sudah kosong, lampu di kubah gedung teater sudah dimatikan dan suasana menjadi sunyi.     

"Aku beruntung, aku tidak tahu bagaimana pemilik teater ini tahu tentang kami dan meminta kami tampil di teater ini. Aku sangat berterima kasih kepadanya."     

Wen Qiao tersenyum, "Sekarang Internet telah berkembang, seseorang mungkin telah mengunggah video penampilanmu di Internet, lalu pemilik teater ini menontonnya dan tertarik dengan permainanmu."     

Kakak Shan berkata, "Aku belum melihat pemilik teater ini sampai sekarang. Aku benar-benar ingin bertemu dan berterima kasih kepadanya."     

"Kamu juga membantu pemilik teater ini untuk mendapatkan keuntungan. Jadi kamu tidak perlu sungkan, kalian saling menguntungkan."     

Kakak Shan melihat sekeliling dan menghela nafas, "Pada awalnya, setiap hari aku merasa seperti sedang bermimpi, dan aku takut ini hanya sekedar mimpi dan kembali ke kehidupan di jalanan. Saat itu yang paling kami takutkan adalah hari hujan, karena setiap kali hujan turun, tidak ada orang yang mau menonton kami. Pernah suatu kali di Haicheng hujan tidak berhenti-berhenti, itu membuat kami tidak bisa tampil sama sekali."     

Wen Qiao menggoyangkan kakinya, "Sekarang kehidupan kalian lebih baik, kan?"     

"Iya, lebih baik sekarang."     

Wen Qiao mengobrol dengannya cukup lama, kemudian dia berpamitan dengan Kakak Shan. Ah Hai yang hanya memiliki satu tangan memapah Kakak Shan berdiri.     

Kakak Shan melihat punggung Wen Qiao sambil berkata, "Waktu aku menyumbangkan uang kepadanya, aku sama sekali tidak mengharapkan dia membalas budi kepadaku. Aku tidak salah menilainya, dia gadis yang baik hati dan lembut walaupun dari luar dia tampak dingin. Aku tidak mengira jika dia sehebat ini."     

"Apa maksudmu?"     

Kakak Shan menundukkan kepalanya dan tersenyum, "Tidak apa-apa, berlatihlah lebih keras lagi, Kita tidak bisa membalas kebaikannya, jadi kita harus membalas kebaikannya dan penonton dengan memberikan penampilan yang bagus."     

Luka Wen Qiao pulih lebih cepat dari yang telah diperkirakan, sama seperti ketika tulang pergelangan tangannya yang patah. Biasanya kondisi seperti itu baru pulih setelah 100 hari, tetapi Wen Qiao hanya membutuhkan waktu 1 bulan.     

Sekarang juga sama, dia telah ditikam di bagian pinggang, sayatannya tidak dangkal, biasanya butuh waktu sebulan untuk pulih, tetapi dia hanya butuh seminggu.     

Ketika dia kembali ke apartemen Fu Nanli, kebetulan dia bertemu Shen Tian yang sedang menekan kata sandi di pintu.     

"Bibi, kebetulan sekali bertemu denganmu. Ada hal yang mau aku bicarakan denganmu."     

Wen Qiao memasukkan tangannya ke saku dan meliriknya dengan dingin, "Ada apa?"     

Shen Tian menyeretnya ke dalam, "Hasil ujian sekolah sudah keluar, dan butuh tanda tangan orang tua."     

Wen Qiao menjawab santai, "Aku bukan orang tuamu."     

"Ibuku menitipkanku pada pamanku, dan pamanku akhir-akhir ini sibuk. Bibi tanda tangan mewakili paman."     

Transkrip itu tersebar di meja depan sofa. Ketika Wen Qiao melihat angka di atasnya, dia kelihatan bingung, "Apakah sekarang ada perubahan penilaian? Bukankah harusnya nilai totalnya 660?"     

"Iya, 660."     

Wen Qiao bertanya, "Kalau begitu, kenapa total nilaimu hanya 200?"     

"Itulah alasannya aku meminta tolong bibi yang tanda tangan. Akhir-akhir ini aku malas belajar."     

Kalau yang mendapat nilai jelek seperti ini adalah Wen Chi, pasti sudah dia pukuli sejak tadi. Hanya karena Shen Tian adalah keponakan Fu Nanli, yang notabene tidak ada hubungan darah dengannya, jadi Wen Qiao menahan emosinya.     

Namun tanpa sadar, Wen Qiao mendorong kepalanya hingga Shen Tian terguling di lantai. Shen Tian menatapnya polos, "Apa yang kamu lakukan?"     

"Apa yang kulakukan? Aku ingin memukulmu!"     

"Bibi, jangan kejam padaku. Tolonglah aku, paman pasti akan memukulku ketika dia tahu."     

Wen Qiao mengangkat kakinya dan menendang Shen Tian, "Apa kamu kira pamanmu sekejam itu? Dia tidak akan memukulmu hanya karena masalah ini."     

Fu Nanli tidak akan marah kecuali jika ada suatu hal yang berhubungan dengan Wen Qiao.     

Shen Tian memohon sambil berkata, "Bibi, tolonglah aku. Kalau bibi membantuku, pahala bibi akan besar di Surga."     

Wen Qiao duduk di sofa seperti seorang bos dan berkata, "Aku bisa membantumu, tapi kamu harus janji dulu denganku, di ujian akhir nanti kamu harus bisa dapat nilai sesuai keinginanku"     

Shen Tian tampak tertekan, "Ujian akhir kurang dari sebulan lagi, bibi berharap aku dapat total nilai berapa?"     

"Tiga ratus."     

Raut wajah Shen Tian langsung berubah lesu, "Itu terlalu berat buatku."     

Wen Qiao mengeluarkan ponselnya, "Kalau begitu, sebaiknya aku meminta pamanmu untuk pulang dan menandatangani hasil ujian itu untukmu."     

"Jangan, Bibi!"     

Saat Shen Tian mau merebut ponsel Wen Qiao, kaki Shen Tian tergelincir dan hampir menindih Wen Qiao. Tiba-tiba dia teringat sesuatu yang membuat tangannya bergerak secara otomatis untuk menahan tubuhnya dengan berpegangan di sandaran sofa.      

Iya, dia teringat bahwa dia tidak boleh menyentuh bibinya seujung rambut pun, kalau tidak pamannya pasti akan membunuhnya.     

Untungnya, dia merespon cepat dengan menahan tubuhnya sendiri tanpa menyentuh sehelai rambut pun dari bibi kecilnya itu. Namun posisi mereka saat Ini sedikit ambigu.      

Klik, suara pintu tertutup disertai dengan suara langkah kaki, Shen Tian menoleh ke belakang dan melihat wajah pamannya yang begitu tampan tetapi tampak suram. Raut wajah Shen Tian seketika memucat dan sekujur tubuhnya gemetaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.