Dia Hanya Mengingatku

Pilihan



Pilihan

0Matahari secara perlahan bersembunyi di balik gedung, langit berubah menjadi kuning dan abu-abu sedikit demi sedikit, dan kemudian berubah menjadi gelap.     

Wen Qiao berjalan ke lantai tiga. Lantai tiga adalah area asrama, dan yang lainnya adalah ruang gym. Dia ingin pergi ke gym untuk melihat apakah ada yang kurang. Dia harus melewati kamar Wen Chi dan Gu Xiao .     

Saat melewati kamar Gu Xiao, tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari dalam.     

Cahaya di ruangan itu redup, dan suara gemerisik tampaknya semakin keras dalam kegelapan. Tidak ada lampu yang menyala, dan koridor tampak seperti lorong gelap seperti di kastil kuno. Suara gemerisik itu agak aneh.     

Suara itu sepertinya berasal dari kamar Gu Xiao.     

Wen Qiao dengan santai berjalan sampai di depan pintu, dia menempelkan telinganya ke pintu, dan samar-samar mendengar suara seseorang mengerang kesakitan.     

Apakah ada orang di kamarnya?     

Apakah Gu Xiao?     

Wen Qiao mengetuk pintu, "Gu Xiao?"     

Tidak ada jawaban dari dalam, dia mengetuk pintu lagi, "Gu Xiao?"     

Erangan itu masih berlanjut. Wen Qiao menyadari ada yang tidak beres dan segera memutar pegangan pintu, pintu itu tidak terkunci. Setelah pintu dibuka, suasana ruangan di dalam gelap. Gu Xiao sedang duduk pada karpet di samping tempat tidur dan memeluk perutnya dengan kedua tangannya. Wen Qiao melangkah maju, dengan setengah berjongkok dia bertanya kepada Gu Xiao, "Kamu kenapa?"     

Kemudian Wen Qiao menyalakan lampu di samping tempat tidur, Gu Xiao langsung menutupi matanya.     

Baru pada saat itulah Wen Qiao melihat bahwa wajah Gu Xiao sepucat kertas, dan rambut yang menutupi dahinya basah oleh keringat.     

"Kamu kenapa?"     

Gu Xiao tampak menahan sakit, dan kesulitan berkata-kata, "Sepertinya…infeksi usus."     

Wen Qiao segera berkata, "Aku akan membawamu ke rumah sakit."     

Gu Xiao mengulurkan tangannya untuk bertopang pada tempat tidur agar bisa berdiri.     

Ponsel Wen Qiao berdering. Itu adalah panggilan dari pengawal Fu Nanli yang bernama Qin Bei. Meskipun sedang dalam kondisi terburu-buru, dia masih bisa menjawab telepon, "Ada apa?"     

"Tuan Muda terluka, Xiao Wen, cepat datang ke rumah sakit."     

Hati Wen Qiao rasanya tercekik, "Apa? Bagaimana dia bisa terluka? Di mana dia terluka?"     

Gu Xiao yang masih setengah sadar menatap Wen Qiao yang sedang cemas.     

"Kami pergi ke lokasi konstruksi untuk memeriksa proyek yang sedang dibangun. Tiba-tiba saja ada sepotong struktur baja yang jatuh mengenai kami. Sekarang Tuan Muda di rawat di rumah sakit swasta pribadinya. Anda sudah tahu alamatnya, cepatlah datang ke sini."     

Wen Qiao tiba-tiba panik.     

Gu Xiao menatapnya, dan dia samar-samar juga sudah mendengar suara orang yang ada di telepon.     

Reaksi Wen Qiao saat tahu Gu Xiao terluka dengan saat tahu orang yang dimaksud di telepon itu terluka sungguh berbeda.     

Wen Qiao selalu tampak tenang dan rasional di depan, kini Wen Qiao terlihat sangat panik.     

Wen Qiao memandang Gu Xiao yang sedang duduk di karpet, keringat Gu Xiao bercucuran, dan urat-urat tangannya yang menutupi perutnya terlihat jelas. Wen Qiao tahu apabila Gu Xiao sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.     

Tapi Fu Nanli terluka, Fu Nanli terluka, dan sesaat dia menjadi blank.     

Setelah beberapa saat, dia mengeluarkan ponselnya dan berkata kepada Gu Xiao, "Aku akan memanggil ambulans untukmu, dan aku akan menelepon Kakak Dong untuk segera kembali. Ambulans akan tiba paling lama dua puluh menit. Bisakah kamu tunggu?"     

Keringat mengucur dari dahi Gu Xiao, keringat itu mengalir ke ujung hidungnya, dan tubuhnya gemetar, Gu Xiao menatap Wen Qiao dan meraih pergelangan tangannya, "Apakah kamu tidak jadi mengantarku ke rumah sakit?"     

Wen Qiao menghubungi rumah sakit dan meminta ambulans segera datang setelah memberitahukan alamatnya kepada pihak rumah sakit. Kemudian Wen Qiao menutup telepon dan berkata kepada Gu Xiao, "Pihak rumah sakit akan segera mendatangkan ambulans ke sini, dan nanti ada peralatan P3K serta ada dokter di ambulans. Sebentar lagi ambulans akan segera datang. Maafkan aku, aku harus pergi."     

"Wen Qiao..." Gu Xiao memanggil dengan lirih, namun sosok Wen Qiao sudah pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.