Dia Hanya Mengingatku

Tiba tepat waktu



Tiba tepat waktu

0Gu Xiao berjalan ke arahnya, berjongkok, memiringkan kepalanya dan menatap gadis yang tergeletak di lantai, dia teringat dengan perkataan Hai Li , Gadis kecil itu sangat cantik, jangan-jangan kamu menyukainya?     

Gu Xiao mendengus ringan, gadis ini hanya ingin dia peralat, bagaimana mungkin dia bisa menyukai gadis ini?      

Dia perlahan bangkit, Wen Qiao menggenggam ujung celananya dengan kuat, Gu Xiao berjongkok lagi, menyingkirkan tangan Wen Qiao dari ujung celananya, dan kemudian dia keluar, pintu dibiarkan terbuka.     

Dia mengangkat payungnya dan berjalan keluar dari taman. Dari sudut matanya, dia melihat Wen Qiao berjuang untuk keluar dari rumah. Hanya melangkah sebanyak dua langkah, dia terjatuh di tengah hujan dan tidak bisa bangun lagi.     

Hujan deras mengguyurnya, tetapi sakit kepalanya tidak juga berkurang, Wen Qiao berpikir, seharusnya nanti akan ada orang yang menolongnya karena sekarang dia sudah tidak memiliki kekuatan untuk bangun.     

Gu Xiao hanya berhenti sejenak sambil diam-diam menatap gadis yang jatuh di tengah hujan lebat itu.     

Penglihatan Wen Qiao berangsur-angsur kabur, dan akhirnya kini menjadi gelap. Kini dia benar-benar pingsan.     

Gu Xiao berbalik dan berjalan keluar dari daerah perkantoran. Setelah berjalan di sepanjang jalan yang panjang dan sepi selama sepuluh menit, dia tiba di rumah kecil neneknya. Ada beberapa pot tanaman di atas dinding putih, dan cabang-cabang tanaman itu bergoyang karena terpaan hujan.     

Ketika dia masuk rumah, neneknya sedang menonton TV. Neneknya sangat senang ketika melihat cucunya datang, "Apakah kamu sudah makan malam?"     

Gu Xiao tersenyum, "Aku sudah makan."     

"Hujan di luar sangat deras, tidurlah di sini malam ini. Kamarmu sudah nenek bersihkan setiap hari."     

Gu Xiao duduk di samping neneknya dan mengangguk, "Baiklah."     

Sepasang nenek dan cucu itu sedang duduk di sofa menonton drama ibu mertua dan menantu perempuan pada pukul delapan, dan terlihat hujan masih turun di ambang jendela.     

Meskipun Gu Xiao sedang menatap TV, sosok Wen Qiao tanpa sadar muncul di benaknya.     

Hujan malam ini benar-benar deras.     

——     

Di Apartemen yang sunyi, hanya terdengar suara orang sedang membalik halaman dokumen. Fu Nanli merasa gelisah dan bingung tanpa alasan. Dia tidak tahu apa yang salah dengannya, jadi dia meletakkan dokumen itu di tangannya dan menghubungi Wen Qiao.     

Namun tidak ada jawaban dari gadis itu, bukan bunyi ponsel yang dimatikan, tetapi tidak ada yang menjawab.     

Dia menelepon beberapa kali dan berturut-turut, tetapi tidak ada jawaban sama sekali, jadi dia tidak bisa duduk dengan tenang.     

Saat ini adalah liburan musim panas, kemungkinan Wen Qiao ada di rumah atau di klubnya. Fu Nanli menghubungi ayah sambung Wen Qiao, Ji Mingyuan, dan mereka mengatakan bahwa Qiaoqiao pergi ke klub.     

Fu Nanli meminta sopir untuk mengemudi langsung ke klubnya.     

Gu Xiao yang duduk di ruang tamu, tiba-tiba berdiri dan berjalan keluar, Nenek Gu Xiao memanggilnya, "Mau kemana kamu?"     

"Oh, aku mau pergi ke klub. Sepertinya aku lupa mematikan komputer. Aku ke sana untuk mematikan komputer sebentar."     

Setelah itu, dia bergegas pergi dengan payung, dan nenek bergumam di pintu, "Bukankah lebih baik teman-temanmu saja yang mematikan komputer untukmu? Hujan masih lebat seperti ini."     

Gu Xiao berlari sampai ke gerbang masuk wilayah perkantoran, dan ada sebuah mobil melaju kencang melewatinya, hingga genangan air terciprat di kakinya, kelihatan jelas pengendara mobil itu dalam kondisi terburu-buru.     

Ketika Gu Xiao tiba di pintu masuk klub, dia mendengar geraman rendah, "Qiao Er..."     

Di bawah payung, dia melihat pria itu memeluk Wen Qiao di tanah, dan rasa sakit yang terpancar dari suara Fu Nanli membuat orang lain bisa merasakan apa yang sedang dia rasakan.     

Ketika Fu Nanli melihat Wen Qiao berbaring dengan tenang di bawah hujan badai, detak jantungnya seolah berhenti secara tiba-tiba, dia langsung turun dari mobil yang masih belum posisi berhenti dan tanpa payung.     

Hujan deras mengguyur wajah Wen Qiao, tetapi gadis itu tampak tak bernyawa. Dia tergeletak tak bergerak diatas tanah.     

Fu Nanli tidak tahu sudah berapa lama gadis ini pingsan di tengah hujan lebat. Dia setengah berlutut di sampingnya dan mengangkatnya. Song An buru-buru keluar dari mobil dengan payung untuk membantu tuan mudanya memegang payung. Fu Nanli berkata, "Buka pintunya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.