Dia Hanya Mengingatku

Hanya Fu Nanli Yang Bisa Melakukannya



Hanya Fu Nanli Yang Bisa Melakukannya

0Jendela rumah nenek Gu Xiao setengah terbuka. Fu Nanli keluar dari mobil dan melihat Wen Qiao yang masuk ke rumah sederhana itu. Dia mengawasi Wen Qiao dengan bersandar di tembok yang rendah.     

Wen Qiao berpikir sejenak. Saat dia mengalami rasa sakit kepala yang hebat, dia yakin ada pria yang masuk. Dia sempat menanyakan kepada Wen Chi, apakah semua anggota klub ikut makan malam bersamanya malam itu.     

Wen Chi berkata bahwa Kakak Dong pergi ke tempat mahjong untuk menonton orang-orang bermain kartu seperti biasa, dan Gu Xiao tidak terlalu suka pesta makan malam, jadi dia tidak pergi.     

Jadi dia mengira bahwa pria di malam itu adalah Gu Xiao.     

Ada pohon anggur di halaman rumah ini, buahnya masih kecil.      

Gu Xiao dan neneknya sedang sarapan di meja kecil.     

Ketika wanita tua itu melihat Wen Qiao, dia sangat senang dan menyapa dengan hangat, "Mengapa nona datang ke sini?"     

Wen Qiao tersenyum, "Karena aku ingin berbicara sebentar dengan Gu Xiao."     

"Eh, kenapa wajahmu terlihat seperti sedang sakit?" Nenek Gu menatapnya dengan cemas.     

Wajah dan bibir Wen Qiao terlihat pucat, kelihatan seperti sakit parah. Gu Xiao meliriknya, kemudian dia menunduk lagi sambil memegang sumpitnya. Masih teringat jelas bagaimana kondisi gadis ini ketika dia jatuh di tengah hujan deras malam itu.     

Dadanya terasa sesak setiap mengingat kejadian malam itu.     

Gu Xiao berusaha menahan perasaannya dan menatap Wen Qiao, "Ada perlu apa?"     

"Kemarin lusa pada malam hari sebelum jam tujuh, apakah kamu… apakah kamu kembali ke klub?" Wen Qiao terbatuk beberapa kali setelah mengucapkan beberapa patah kata. Amandelnya meradang sehingga dia harus terus minum obat. bahkan setelah dia keluar dari rumah sakit.     

Wen Qiao menatap wajah Gu Xiao dengan hati-hati, sambil memeriksa ekspresi wajah Gu Xiao. Ekspresi wajahnya terlihat tenang dan tidak berubah sama sekali, dan dia sangat bingung: "Hah? Kemarin lusa malam harinya? Aku tidak kesana karena hujan deras, jadi aku pergi lebih awal. Memangnya ada apa?"     

Ketika berbicara, Gu Xiao menatap langsung ke mata Wen Qiao tanpa berkedip sedikit pun.     

Wen Qiao tersenyum, suaranya serak, jarang sekali dia melihat Wen Qiao dengan kondisi selemah ini. Wen Qiao berkata, "Oh, tidak apa-apa, aku hanya asal bertanya saja. Ya sudah, aku pulang dulu. Sampai jumpa lagi, nek."     

Wanita tua itu melambaikan tangannya dengan riang.     

Wen Qiao meninggalkan rumah nenek Gu Xiao, dan Fu Nanli memeluk pinggangnya yang ramping, keduanya masuk ke mobil bersama, dan Mobil maybach hitam perlahan menjauh dari rumah Nenek Gu Xiao.     

Ketika suara mobil menghilang, sang nenek melirik Gu Xiao, "Kenapa kamu berbohong? Bukankah kamu kembali kemarin malam dan mengatakan bahwa komputermu belum mati? Bukankah saat itu sekitar jam tujuh?"     

Gu Xiao menunduk dan berkata, "Nenek, makanlah, jika Wen Qiao bertanya, jawab saja seperti yang aku katakan."     

Nenek sedikit cemas, "Kenapa berbohong? Apakah kamu sudah melakukan suatu hal yang buruk? Ah Xiao, kamu harus bersikap jujur ​​​​dan baik hati. Jangan tiru ibumu. Apa kamu mengerti?"     

Gu Xiao menekan tangan nenek dan menatapnya sambil tersenyum, "Nenek, aku tidak akan meniru ibu. Jangan khawatir, jangan khawatir."     

Gu Xiao Kembali ke kamarnya, dia melihat kalender, lalu menunduk dengan dirundung rasa kesepian yang besar.     

Dia masih ingat percakapan antara dirinya dengan Dokter Su.     

Dokter Su pernah mengatakan, Ah Qiao, jangan sampai dia jauh-jauh dari Fu Nanli lebih dari 13 hari, kalau tidak, dia akan mati.     

Gu Xiao saat itu menjawab, Aku adik Fu Nanli, itu artinya sama dengan Fu Nanli, asalkan aku berada di sisi gadis itu, maka penyakit gadis itu bisa sembuh.     

Dokter Su menjawab, Tidak, hanya Fu Nanli yang bisa melakukannya, kecuali kamu membunuh Fu Nanli, maka kamu bisa menggantikannya untuk sementara waktu.     

Gu Xiao memandang pohon phoenix yang ada di luar jendela dengan pikiran yang melayang, Di dunia ini, tidak ada seorang pun yang membutuhkan aku, tidak ada satu pun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.