Dia Hanya Mengingatku

Ini Semua Untuk Kebaikannya



Ini Semua Untuk Kebaikannya

0Dulu keluarga Ye dan keluarga Fu sepakat melakukan pernikahan politik dan bisnis.     

Wen Qiao memiliki latar belakang yang buruk dan juga memiliki riwayat penyakit bawaan keluarga, Wen Qiao pasti tidak akan bisa masuk kualifikasi Kakek Fu.     

He Yan tersenyum dan berkata kepada Paman Li, "Tolong beritahu Kakek Fu, saya masih ada urusan jadi saya tidak jadi makan siang di sini."     

Kamar tidur Kakek Fu berada di lantai dua. Paman Li mengetuk pintu dan menemukan bahwa tidak ada seorang pun di dalam, jadi dia pergi ke lantai tiga dan melihat ruang baca Tuan Fu terbuka. Paman Li menghela nafas dalam hatinya. Selama ini Tuan Besar Fu tidak berani masuk ke ruang baca lantai 3 ini karena takut kerinduan terhadap putranya yang telah tiada akan muncul kembali.     

Tuan Besar Fu mengulurkan tangan dan dengan lembut membelai bingkai foto di atas meja, wajahnya tampak sedih.     

Paman Li berdiri di pintu, dia bingung harus maju atau mundur.     

"Apakah kamu tahu mengapa Xianyuan bunuh diri?"     

Hati Paman Li sedikit gemetar. Ini adalah topik tabu dalam keluarga Fu. Tuan Fu saat itu meninggal di luar negeri. Tidak ada yang berani bertanya, dan tidak ada yang berani berbicara tentang hal itu. Apalagi dirinya yang hanya seorang pelayan, tidak memiliki hak untuk ikut campur.      

"Saya tidak tahu." Paman Li menjawab dengan jujur.     

Fu Huaiyong memegang bingkai foto di tangannya, dan matanya sedikit merah, "Dia mengalami depresi."     

Paman Li terdiam beberapa saat, tidak tahu harus berkata apa.     

"Aku masih tidak mengerti mengapa dia mengalami depresi. Dia adalah seorang jenius yang memiliki segalanya. Kenapa dia bisa mengalami depresi?"     

Paman Li tidak berani berbicara. Tuan Fu selalu tidak merasa bahagia, dia tidak menentang keinginan ayahnya ingin dirinya sekolah jurusan bisnis di luar negeri, tetapi dia juga tidak melepas hobinya yaitu bermain biola, setelah lulus kuliah, Tuan Fu tidak bekerja di perusahaan ayahnya.     

Karena itu, pertengkaran antara ayah dan anak sering terjadi.     

Tuan besar Fu memperlakukan putranya jauh berbeda dengan saat dia memperlakukan cucunya. Tuan Besar Fu lebih bersikap disiplin kepada Tuan Fu.     

Oleh karena itu, Tuan Fu sangat tertekan.     

Tapi apakah Paman Li tega untuk menyampaikan kata-kata ini kepada Tuan Besar Fu? Kematian putranya telah membuat hatinya hancur. Kalau sampai dia menyampaikan kepada Tuan Besar Fu bahwa putranya depresi karena dia, dia pasti tidak akan sanggup menanggung perasaan bersalah.     

"Anda kembali meratapi kematian Tuan Fu, bertahun-tahun telah berlalu, mungkin Tuan Fu sudah bereinkarnasi menjadi keluarga yang baik. Jadi Tuan Besar jangan terlalu larut dalam kesedihan."     

"Jadi, aku tidak akan membiarkan Nanli bersama gadis yang memiliki riwayat penyakit bawaan itu."     

Paman Li tidak berani menjawab.     

"Kalau aku membiarkan mereka menikah, bagaimana jika mereka melahirkan anak yang cacat?"     

Paman Li meyakinkannya, "Mereka belum sejauh itu, Tuan Muda saat ini masih tahap berpacaran dengan gadis itu, belum tentu juga mereka akan menikah. Anda tidak perlu memberitahu Tuan Muda tentang hal ini, jangan sampai hubungan antara kakek dan cucu menjadi renggang."     

Ekspresi Fu Huaiyong serius, "Usianya kini sudah 29 tahun, sudah waktunya dia menikah. Bagaimana menurutmu tentang Xiao Yan? Keluarga Fu sudah sangat dekat dengan keluarganya, Aku rasa dia lebih cocok menjadi pasangan Fu Nanli.     

Paman Li berkata, "Masalah ini tergantung pada apa yang diinginkan Tuan Muda."     

Fu Huaiyong berkata, "Aku melakukan ini demi kebaikan Nanli."     

Paman Li hanya bisa mendesah pelan di dalam hatinya.     

Setelah empat hari di pulau Nanbin, Fu Nanli bergegas pulang. Wen Qiao menerima teleponnya dan pergi ke apartemennya. Ketika dia tiba di rumahnya, pengawal langsung membawakan kopernya. Fu Nanli mengerjakan pekerjaannya dengan sangat cepat dan buru-buru pulang, karena sekarang batas toleransi berpisah sudah semakin singkat menjadi seminggu, jadi dia tidak bisa pergi bekerja dengan tenang.      

"Kamu tidak perlu terburu-buru kembali." Wen Qiao merasa kasihan padanya.     

Fu Nanli melepas ikatan dasinya dengan satu tangan, membuka dua kancing di kemeja yang dia kenakan. Tiba-tiba telepon berdering, di saat Wen Qiao menarik dia ke ruang tamu.      

"Tuan muda."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.