Dia Hanya Mengingatku

Menampar Diri Sendiri



Menampar Diri Sendiri

0Wen Qiao bertanya, "Tangan sebelah mana yang Nona Xie gunakan untuk menampar artisku?"     

Xie Fei menggertakan gigi, tanpa menanggapi pertanyaan dari Wen Qiao.     

Wen Qiao menunjuk ke tangan kanannya, "Kamu menggunakan tangan yang sebelah ini, kan? Aku tidak akan mempersulitmu, sekarang kamu tampar wajahmu sendiri sebanyak 3 kali dengan menggunakan tangan yang kamu gunakan untuk menampar artisku."     

"Kamu…"     

"Apakah kamu keberatan?"     

Di pojokan tidak jauh dari mereka, Xu Lu yang baru saja mengangkat ponselnya, tiba-tiba merasakan terpaan angin yang dingin. Saat dia menengadahkan kepala, dia melihat Wen Qiao sudah berdiri di hadapannya.     

"Apakah kamu berniat merekam video?" Wen Qiao mengambil ponsel Xu Lu yang jelas-jelas terlihat aplikasi kamera sedang dibuka.     

Xu Lu sangat ketakutan sehingga kata-katanya hanya tercekat di tenggorokannya. Wen Qiao bisa menebak rencana Xu Lu dengan sempurna. Dia tahu Xu Lu berdiri di pojokan dan mengeluarkan ponsel demi merekam Wen Qiao yang sedang 'mengintimidasi' Xie Fei, Xu Lu tidak menyangka rencananya bakal ketahuan.     

"Aku tidak melakukannya." Merekam atau tidak, Xu Lu berpikir dirinya perlu berkelit.     

Di sebelahnya adalah bilik kamar mandi, Wen Qiao melemparkan ponsel Xu Lu langsung masuk ke dalam kloset.     

Xu Lu merasa sangat ketakutan dan tidak berani mengatakan sepatah kata pun.     

Wen Qiao berjalan mendekati Xie Fei lagi, sambil menggosok lengannya, seolah-olah dia sedang menghilangkan aroma tubuh Xu Lu. Xu Lu menggertakkan giginya dan berkata dalam hati, Wen Qiao, dasar gadis jalang!.     

"Nona Xie, lakukan saja, bayar harga yang sudah kamu lakukan. Hutang harus dibayar, membunuh orang harus berhutang nyawa. Kamu sudah menampar orang lain, itu artinya kamu juga harus ditampar. Jangan sampai aku yang melakukannya, wajahmu lembut, jika aku yang menamparmu dua kali, aku khawatir jika kamu tidak bisa syuting tepat waktu."     

Xie Fei marah sekaligus takut, jadi dia hanya bisa menurut untuk menampar dirinya sendiri.     

"Satu…"     

Plak! Plak!     

"Dua… tiga, bagus. Aku peringatkan lagi, Tong Wei adalah artis dari perusahaan entertainment Nan Qiao. Aku berharap lain kali Nona Xie bisa menghargainya. Kalau kamu tidak menghargainya, itu sama saja dengan tidak menghargaiku sebagai bosnya. Jika hal ini terjadi lagi, maka kita akan langsung bertemu di pengadilan."     

Sesudah itu, Wen Qiao menarik tangan Tong Wei dan berjalan keluar dari kamar mandi.     

Nafas Xie Fei tersengal-sengal, kakinya terkulai lemas. Dia bersandar di wastafel, Xu Lu melangkah maju dan mengulurkan tangan untuk menahan tubuhnya, "Apakah kamu baik-baik saja?"     

Xie Fei ketakutan hingga keringat dingin mengucur deras dari dahinya, tetapi dia masih bisa berkata, "Dia merasa dirinya hebat, mentang-mentang ada bos besar yang bisa melindunginya."      

Xu Lu berkata pelan, "Dia memang selalu sombong dan merasa dirinya lebih hebat dibandingkan orang lain. Lama-lama kamu akan terbiasa."     

Hal yang paling membuat Xie Fei jengkel adalah Tong Wei dinominasikan untuk penghargaan Golden Lion sebagai aktris terbaik dalam film drama "Xia Kong".     

Bahkan jika pada akhirnya nanti tidak memenangkan penghargaan, tetapi itu merupakan prestasi luar biasa karena bisa masuk nominasi kategori A di dalam ajang Festival Film Internasional.     

Jika saja Xie Fei masih main di film drama "Xia Kong", pasti yang terpilih adalah dirinya dan itu bisa menjadi pijakan yang kuat baginya untuk dapat berkarir di dunia hiburan.     

Kebenciannya terhadap Tong Wei semakin besar. Jelas-jelas gadis jalang itu membela Wen Qiao dan memberikan kesaksian palsu. Dunia hiburan telah dirusak oleh penjahat tak tahu malu ini!     

Rasa sakit di wajahnya masih sangat terasa. Xie Fei membenci gadis hina itu yang telah menggunakan kekuasaannya untuk memaksanya menampar dirinya sendiri sebanyak tiga kali.     

Dia pasti bisa populer kembali dan membalaskan dendam ke gadis hina itu.     

Di koridor, Wen Qiao memandang Tong Wei, "Lain kali jangan takut menghadapi mereka. Mereka memang suka menindas orang yang lemah. Semakin kamu memperlihatkan kelemahanmu, mereka akan semakin menindasmu. Apa kamu mengerti?"     

Tong Wei masih meneteskan air mata, "Apakah aku terlalu lemah?".     

Wen Qiao merasa tidak tega untuk mengatakan apa-apa saat melihat dia menangis. Wen Qiao hanya bisa menepuk pundaknya, "Kamu bukan lemah, tapi kamu terlalu baik dan menghormati seniormu, tetapi satu hal yang perlu kamu ingat bahwa kamu harus kuat, dan mengingat bahwa ada beberapa orang yang tidak pantas untuk kamu hormati. Apakah kamu mengerti?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.